Share

Part 36. Situasi Buruk

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-06 18:09:02
Mbak Sinar, Mas Surya dilarikan ke rumah sakit. Dia pingsan dan jantungnya berdenyut lemah. Sekarang dia sedang berada di UGD dan tengah ditangani.”

Lutut Sinar seakan tidak bisa diajak berdiri ketika mendapatkan kabar buruk itu dari Bibi. Dunianya seakan hancur dalam hitungan detik. Apa yang membuat Surya tiba-tiba drop? Yang dia tahu, pengobatan berjalan lancar dan organ dalam tubuhnya hampir normal.

Masih dengan tubuh yang bergetar, Sinar mengambil sweeter di lemari, lalu keluar dari kamar dengan wajah panik.

“Sinar? Kamu kenapa?” Praba yang mendapati Sinar pucat pasi itu segera bertanya. Lelaki itu segera menangkpat tubuh Sinar yang sedikit limbung.

Yang ada di dalam pikiran Praba adalah Sinar tengah mengalami kram lagi di perutnya. Dia mencoba untuk menuntut Sinar kembali masuk ke kamar, tetapi Sinar menahannya. Sinar medongak menatap Praba sebelum menjelaskan.

“Saya harus pergi ke rumah sakit, Pak. Surya masuk UGD.” Ada riak keterkejutan yang tampak di wajah Praba setelah itu da
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 37. Di Balik Duka

    "Ketubannya sudah pecah. Ibu Sinar akan segera melahirkan.”Informasi itu membuat Praba terdiam seketika. Tak cuma Praba, Sinar pun merasakan keterkejutan yang sama. Dokter bilang HPL-nya masih dua minggu lagi. Lalu bagaimana mungkin bayinya akan lahir sekarang?Dokter menjelaskan jika itu terjadi karena beban pikiran yang tiba-tiba memberat di otak Sinar. Praba tidak terlalu memusingkan apa pun penjelasan dari dokter. Lantas dia hanya meminta agar dokter memberikan penanganan terbaik untuk Sinar.Seperti yang sudah direcanakan sejak awal, Sinar akan melahirkan dengan operasi caesar. Sebagai seorang suami, Praba ikut masuk ke dalam ruang operasi dan menemani perjuangan istri keduanya tersebut melahirkan.Melihat betapa kesakitannya Sinar, Praba membulatkan kepalan tangannya. Seandainya kejadian ini tidak terjadi, apa Sinar tetap akan kesakitan seperti sekarang. Praba dalam hati bersumpah jika dia tidak akan membuat ini mudah.Talita! Geramnya dalam hati.Operasi itu berjalan dengan lan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 38. Anfal

    “Menyembunyikan?” ulang Sinar tidak mengerti. “Maksud Ibu menyembuyikan?”Pertanyaan itu belum terjawab, tetapi tiba-tiba pintu kamar terbuak dan suster yang ditugaskan untuk menemani Surya saat di rumah itu datang. Tampak terengah seolah dia baru saja diburu waktu.“Maaf, Mbak Sinar. Surya sudah siuman.”“Sudah siuman?” tanya Sinar terkejut. “Tolong bawa saya ke sana, Sus.” Suster itu menganguk dan segera mengambil kursi roda untuk Sinar.Dengan susah payah dia bergerak untuk turun dari ranjang, tetapi tanpa diduga-duga, Praba mengangkat tubuh Sinar dan mendudukkannya di kursi roda. Suster tersebut mendorong kursi roda Sinar dan membawa gadis itu ke ruangan di mana Surya berada.Jantungnya berdetak tak karuan. Rasa penasaran yang memuncak terkait kedatangan Talita ke rumahnya menjadi fokus utama Sinar selain kesembuhan Surya. Suster itu pun membawa Sinar di samping ranjang Surya sebelum dia keluar dan memberikan waktu kepada kakak beradik itu untuk bicara. Surya sekarang sudah berad

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 39. Dia Pergi

    akdir sudah menggariskan kehidupan setiap makluk yang hidup di dunia. Kematian adalah salah satu takdir yang tidak bisa dihindari. Tangis kesedihan tidak akan membawa kembali nyawa yang sudah pergi. Mengiklaskan adalah jalan satu-satunya cara agar tidak menyalahkan takdir.Hal itu yang sekarang dilakukan oleh Sinar. Dia harus kehilangan keluarga satu-satunya yang dimiliki karena kejahatan seseorang. Benci? Tentu saja, tetapi akal sehat harus tetap digunakan.Semua memang terlalu mendadak. Pengorbanan Sinar terasa tidak sebanding dengan kepergian Surya. Terbersit pertanyaan kenapa Tuhan harus mengambil adiknya secepat itu? Kenapa dia harus kehilangan orang yang paling dicintai? Namun, lagi-lagi itu adalah takdir.“Kenapa kamu harus pergi, Sur?” gumam Sinar menatap gundukan tanah yang masih basah. “Kakak sendirian sekarang. Seharusnya kamu bawa Kakak pergi bersamamu.”Tidak bisa dijabarkan bagaimana perasaan Sinar saat ini. Jika ada kata lebih buruk dari hancur, maka itulah yang pantas d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 40. Itu Aku

    “Kamu udah bangun.”Orang pertama yang Sinar lihat saat dia baru saja keluar dari kamar adalah Praba. Lelaki itu memberikan tatapan tidak seperti biasanya. Apa? Lelaki itu mengasihaninya? Tidak! Sinar tidak perlu rasa kasihan dari siapa pun.“Kenapa Bapak belum pergi?” tanya Sinar dan pergi begitu saja.Di sofa ruang keluarga, Talita duduk diam dengan kepala menunduk. Sesekali dia menarik napasnya panjang seolah ada beban berat yang tengah dipikulnya. Tatapan Sinar semakin tajam ketika tiba-tiba saja Talita mendongak dan tatapan mereka bertemu.Sinar berjalan ke sofa. Duduk di sana dan tepat di depan Talita. Aura yang dikeluarkan adalah aura permusuhan yang kental. Sinar sudah tidak akan lagi menghormati perempuan itu. Talita sudah berbuat sadis di luar perjanjiannya.Praba menyusul dan duduk tepat di samping Sinar.“Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan kepada Ibu dan saya harap Ibu bisa menjawabnya dengan jujur.”Ada decisan yang keluar dari mulut Talita. “Sekarang kamu bertindak s

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 41. Tak Terima

    “Ke mana perginya hati nurani kalian!”Talita tidak bisa menahan buncahan kemarahan yang membludak di dalam hatinya. Perempuan itu tidak akan pernah merasa bersalah meskipun dia adalah biang dari segala masalah itu sendiri. Jika dulu dia tidak memaksakan kehendak untuk menikah dengan Praba, semua ini pasti tidak akan pernah terjadi.Praba juga tidak akan pernah memiliki dendam kepada Talita sampai menggunakan Sinar sebagai alat. Dia mungkin juga akan menikah dengan perempuan yang dicintai, dan tidak akan membuang waktunya selama tiga tahun untuk menjalani hubungan kosong dengan Talita.“Kenapa tidak Ibu tanyakan kepada diri Ibu sendiri? Ke mana perginya hati nurani Ibu sampai tega melibatkan Surya dan membuat Surya mati.”Bukan hanya Talita, Praba pun ikut andil. Itulah yang dikatakan oleh Sinar di dalam hatinya. Hanya saja, dia tak akan mengatakannya secara lugas. Nanti, dia juga akan membalas Praba. Hanya saja, biarlah dia sekarang berlindung di bawah kuasa Praba karena dia membutuhk

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 42. Keputusan Praba

    Praba melemparkan tubuhnya di kursi kerja miliknya dan menyandarkan punggungnya dengan sedikit kasar. Memijat pelipisnya dengan kuat merasakan denyutan nyeri kepalanya. Menghadapi masalah ini benar-benar membuatnya harus bersabar.Talita tidak akan berhenti sampai di sini, terlebih lagi Sinar. Dia mungkin sekarang tengah menyusun rencana untuk menjatuhkan Talita sampai titik terendah.Tentu, ini sedikit menguntungkannya karena Sinar berdiri di kubu yang sama dengannya. Namun, dia juga harus tetap waspada akan hal-hal yan akan dilakukan oleh Talita.“Dante!” Praba beranjak dari kursi berjalan ke luar ruangan dan berhenti di balkon. Dia tengah menghubungi asisten pribadinya untuk menjalankan tugas yang akan diberikan. “Pastikan tidak perlu menunggu lama.”Panggilan terputus dan Praba lagi-lagi harus menghisap nikotin untuk menenangkan pikirannya. Dia sudah mengambil keputusan untuk hubungannya dengan Talita. Hanya saja dia tidak akan menjatuhkan bom itu saat semuanya masih berantakan.Di

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 43. Alasan Dibalik Kebencian

    Lalu bagaimana dengan Bu Talita? Bapak sungguh-sungguh akan meninggalkannya? Lalu bagaimana dengan keluarga Bapak?”Ada banyak pertanyaan yang muncul di dalam kepala Sinar. Tak hanya itu, dia juga merasakan sedikit ketakutan yang menelusup masuk ke dalam hatinya. Demi Tuhan, dulu dia pikir perjanjian itu akan berjalan dengan normal tanpa menimbulkan huru-hara tak penting seperti sekarang.Menghadapi satu Talita memang bukan perkara mudah, terlebih lagi kalau nanti dia harus berhadapan dengan orang tua Praba, semuanya hanya akan semakin rumit.Akal sehat Sinar seolah terkikis dan dia tak bisa berpikir jernih. Sekarang satu keinginannya sudah terwujud. Dia sudah menjadi ibu sah dari seorang Askara. Dia berhasil mengambil satu hal yang berharga dalam hidup Talita sebagai balasan atas apa yang dilakukan oleh perempuan itu.Sinar tentu saja bahagia. Lalu setelah ini apa? Konflik antara dirinya dengan Talita semakin menjadi. Dia yakin setelah Talita tahu Praba mengabulkan permintaan Sinar, m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-11
  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 44. Ibu

    “Saya lelaki, Sinar,” ucap Praba mencoba menjelaskan. “Tanpa cinta, saya bisa menjamah tubuh perempuan mana pun. Sayangnya saya bukan lelaki brengsek yang suka berganti pasangan hanya untuk nafsu dan melampiaskan pada tempat yang tidak seharusnya. Jadi, ada yang halal kenapa saya harus bermain dengan perempuan lain di luar sana dan menumpuk penyakit?”Praba berhenti sebentar. “Talita bahkan mampu memberikan obat perangsang ketika saya menolaknya,” imbuh Praba ketika dia mengingat kejadian beberapa malam yang lalu.Mendengar rentetan cerita yang diungkap Praba secara cuma-cuma di hadapannya, dia bisa menyimpulkan satu hal, Talita adalah perempuan yang mengerikan. Dia bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Pantas saja kalau Praba begitu tidak menyukai Talita dan ingin melepaskan perempuan itu. Telebih lagi, karena Talita lah, Praba harus kehilangan perempuan yang dicintai. Baik Praba maupun Sinar adalah dua orang yang menjadi tumbal kekejamam Talita. Mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14

Bab terbaru

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 125. End

    Halaman belakang rumah besar Praba dipenuhi keceriaan yang luar biasa. Askara, Bhumi, dan Cherry berdiri di depan panggangan barbeque sambil sesekali saling menyenggol. Namun, kali ini tidak ada yang mencoba untuk melerainya.Para pekerja juga membantu mereka memanggang banyak makanan. Aroma makanan menguar tiada henti. Begitu nikmat luar biasa. Cherry pergi lebih dulu, lalu duduk dan bergabung dengan kedua orang tuanya.“Makan dulu, Bos.” Begitu katanya kepada sang ayah juga ibunya. “Ayo, Bunda makan dulu. Mengobrol juga butuh tenaga.”Ya, tidak ada yang salah dengan panggilan Cherry karena di sana memang ada Talita. Setelah obrolan Talita dan Sinar saat itu, hubungan dua perempuan itu lambat laun membaik. Mereka menekan ego mereka demi Askara.Begitu juga dengan Praba dan anak-anak mereka. Bhumi dan Cherry bahkan ikut-ikutan memanggil Talita dengan bunda. Jika dalam kondisi yang lalu, Talita pasti akan merasa keberatan, tetapi sekarang tentu berbeda. Dia bahkan merasa memiliki tiga

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 124

    “Sebagai seorang ibu, kita adalah dua orang yang sama-sama menyayangi dan mencintai Askara. Dia memintaku untuk mempertimbangkan agar kita bisa berdamai.”Talita secara pribadi datang ke rumah Sinar dan membicarakan masalah tersebut setelah dia berpikir secara terus menerus. Dia menarik garis ke belakang dan memikirkan tentang masa lalu yang sudah terjadi. Jika dia menyalahkan Sinar sepenuhnya dan menganggap perempuan itu salah, maka itu tidak benar.Sinar dulu juga seorang korban. Dia juga perempuan yang sudah memberikan cintanya dengan penuh kepada Askara. Tidak sekalipun dia merasa terganggu dengan kehadiran putranya tersebut.“Selama ini saya tidak pernah ingin berseteru dengan Ibu secara terus menerus. Hanya saja, Ibu masih menganggap saya adalah orang yang harus Ibu musuhi.” Itu adalah jawaban yang diberikan oleh Sinar. “Melihat bagaimana hubungan kita selama ini, saya yakin itu menjadikan tekanan sendiri bagi Askara. Itulah kenapa dia ingin melihat kita berdamai.”Sinar menging

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 123

    “Abang nggak jadi ke luar negeri, Ma.”Sinar yang sedang membuatkan sandwich untuk Askara itu segera mendongak menatap putranya yang tengah duduk di stole bar. Anggota keluarganya yang lain sedang sibuk sendiri-sendiri dan hanya ada Sinar dan Askara saja di sana.“Abang bicara banyak dengan Bunda. Bunda pun mengerti tentang keinginan Abang. Kalaupun toh nanti misalnya Abang ingin sekolah di sana, itu atas dasar keinginan Abang sendiri. Tapi, sampai sekarang, Abang belum ingin. Abang masih lebih suka di negeri sendiri.”Sinar meletakkan sandwich-nya ke atas piring lalu meletakkan di depan Askara. “Mama senang mendengar itu.” Perempuan itu duduk di samping putranya dan menemani makan.“Abang berharap, Mama dan Bunda bisa berbaikan.”Kalimat itu membuat Sinar segera menoleh ke arah putranya. Tatapan remaja itu penuh pengharapan. Dia tampaknya ingin melihat kedua orang yang disayanginya tidak lagi berselisih paham. Askara tentulah tahu jika sebenarnya yang selalu membuat masalah antara ke

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 122

    Untuk pertama kalinya, Askara menghadiri acara keluarga Talita. Dia berusaha berbaur dengan keluarganya yang menerima Askara dengan sangat baik. Nenek dan kakeknya begitu bahagia melihat cucunya akhirnya datang dan berumpul dengan keluarga.“Nenek senang kamu ada di sini.” Askara menoleh dan mendapati seorang perempuan tua yang tampak masih begitu sehat. Tentu jika bersama dengan nenek dan kakeknya bukan pertama kalinya mereka bertemu, hanya saja dia selalu menolak untuk hadir ketika acara-acara seperti ini dilakukan.“Nenek sudah makan?” tanya Askara mencoba untuk perhatian. “Aku lihat, sejak tadi hanya mondar-mandir ke sana-kemari. Nenek harus menjaga kesehatan.”Perempuan tua itu tersenyum lembut. Menarik tangan Askara, lalu menggenggamnya. “Nenek senang kalau cucu-cucu Nenek berkumpul seperti ini, hati Nenek terasa bahagia sekali.”Askara menatap langit yang mucul sekumpulan bintang-bintang. Indah sekali. Sayangnya ini bukan bulan purnama. Jika bulan purnama, sekarang ibunya pasti

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 121

    Kedua tangan Askara maupun Talita penuh dengan barang belanjaan. Talita benar-benar membeli banyak barang untuk dirinya sendiri dan juga Askara. Setelah keluarga bersama dengan Talita, melepaskan segala beban yang selama ini dirasakan, Askara sedikit luluh dengan sikap ibunya.“Terima kasih. Abang sudah bersedia berjalan-jalan dengan Bunda.”Mereka sudah sampai di rumah dan sama-sama melepas lelah dengan duduk di sofa. Askara segera membaringkan tubuhnya di sofa dan memeluk bantal sofa. Memainkan ponselnya sebentar sebelum meletakkannya kembali.“Kalau ngantuk, naik gih, tidur di kamar.” Talita menepuk kaki Askara, lalu mengelus pelan kaki tersebut.“Aku di sini aja. Jendelanya biarin kebuka aja, Bun. Nggak usah pakai AC.” Askara menutup matanya setelah itu. Dia sepertinya benar-benar lelah luar biasa.Talita membuka jendela-jendela lebar itu agar angin bisa masuk. Membuat Askara menjadi nyaman luar biasa. Lelaki itu segera saja terlelap dalam tidurnya. Jika Askara sudah memutuskan un

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 120

    “Cerita Tante ternyata cukup rumit.” Tanggapan Bastian setelah itu. Menatap Askara setelah itu. “Bagaimana tanggapan lo tentang itu, Askara?”Askara menanggapi santai. “Gue udah pernah cerita itu dari Papa. Nggak beda jauh. Hanya beda sudut pandang.”“Papamu menceritakannya?” Talita mengernyit, lalu dia mengingat sesuatu. “Apa karena saat Bunba minta kamu bertanya tentang waktu itu ….”“Ya.” Askara memotong ucapan ibunya. “Papa sudah cerita semuanya.”“Lalu, apa tanggapanmu?” tanya Bastian lagi. “Menurut gue, ini terlalu rumit.”“Kehidupan orang tua selalu rumit dan gue benci itu.” Askara menarik napasnya panjang. “Bukankah keegoisan mereka sehingga membuat gue harus berada dalam masalah? Harus memilih di antara dua ibu.” Askara tersenyum kecil. “Percayalah, itu sangat menyebalkan.”Akhirnya, Askara mengungkapkan isi hatinya yang terpendam. Sejak kecil dia harus ditarik ke sana-kemari untuk hidup dan tinggal bersama mereka. Dia kesal luar biasa.Ruangan itu seketika hening karena keju

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 119

    “Ma, Abang akan menginap di rumah Bunda,” pamit Askara kepada Sinar. Weekend ini dia ingin mencoba membuka hatinya untuk ‘melihat’ lebih dekat kehidupan yang dijalani oleh Talita. Seperti yang Bastian katakan, dia ingin benar-benar memahami posisi Talita.Dia selama ini selalu marah dan tertekan jika Talita memintanya untuk tinggal bersama dengannya. Baginya, Talita tidak seperti Sinar yang sangat dia sayangi. Sekarang, dia sudah berpikir lebih dingin dan dia ingin menjalani semuanya dengan lebih tenang.“Abang sudah bilang kepada Bunda kalau Abang mau datang?” tanya Nilam. “Biasanya Bunda yang akan menjemput Abang.”“Nanti pulang sekolah langsung diantar supir ke rumah Bunda, Ma. Aku udah bilang sama Bunda juga.”Sinar diam tak segera menanggapi karena dia merasa Askara sudah mulai terbuka dengan Talita. Ada rasa takut, tetapi dia juga tidak bisa menghentikan.“Ya sudah. Abang hati-hati. Kalau ada apa-apa langsung bilang ke Mama.” Sinar mengelus pundak putranya dengan lembut.“Iya, M

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 118

    “Askara!”Panggilan itu membuat Askara menoleh. Dia mendapati seorang lelaki muda berdiri tak jauh darinya dan menatapnya. Lelaki itu tersenyum sebelum mendekat ke arahnya.“Gue udah lama nunggu.”Askara tidak mengenal lelaki itu. Oleh karena itu dia hanya memberi tatapan penuh tanya ke arah lelaki itu. Tahu jika dia harus memperkenalkan dirinya, lelaki itu lantas mengulurkan tangannya.“Gue Bastian. Sepupu lo.”Barulah Askara menyadari jika lelaki itu adalah lelaki yang dimaksud oleh bundanya. Sepupu yang kuliah di luar negeri. Askara menerima uluran tangan lelaki itu. “Askara.”Bastian tampak masih tersenyum. “Ada kafe di depan, kita ke sana? Sekalian ngobrol.” Askara tidak langsung menjawab dan tampak berpikir, tetapi Bastian segera bersuara. “Nanti gue antar pulang.”“Nggak perlu, gue bisa pulang sendiri. Gue nunggu sopir atau adik-adik gue buat pamit.” Askara menoleh ke sana-kemari untuk mencari keberadaan kedua adiknya, tetapi mereka tidak juga muncul.Lantas dia mengeluarkan po

  • Istri Kedua yang Diinginkan   Part 117

    “Kalau bukan karena dia, Talita masih tetap akan menjadi menantu keluarga kita.”“Cukup!” Dimas berteriak membentak Cindy. “Mama ini benar-benar, ya. Mau sampai kapan Mama terus memusuhi Sinar. Ini sudah lama sejak Praba dan Sinar menikah. Kehidupan mereka baik-baik saja sampai sekarang, tapi Mama masih bertahan dengan ego Mama.”“Kalau Oma nggak suka sama kami, sebenarnya nggak masalah.” Bhumi bersuara. “Tapi nggak perlu menjelekkan Mama. Mama adalah mama terbaik buat kami.”“Tahu apa kamu tentang ibumu? Ibumu adalah perempuan yang mengambil suami perempuan lain. Dia itu pelakor.” Cindy semakin tua mulutnya benar-benar luar biasa menyebalkan.“Kalau Mama terus saja menyebut istriku seperti itu, lebih baik Mama tidak perlu datang ke rumah ini.” Praba sudah muak dengan segala macam hinaan yang dikeluarkan Cindy kepada istrinya.Tidak sedikitpun Cindy merasa tersentuh dengan kebaikan Sinar selama ini. Bahkan suatu hari dia pernah dirawat di rumah sakit dan Sinar yang menjaganya sampai k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status