All Chapters of Istri Kedua yang Diinginkan: Chapter 31 - Chapter 40

86 Chapters

Part 31. Kedatangan Gina

Praba berdiri di balkon ruangannya. Mengeluarkan rokok dari tempatnya, lalu menyalakan ujungnya. Segera, kepulan asap itu menari di udara. Tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celana, sedangkan tangan kanannya memegangi rokok dan menghisapnya terus menerus.Pikirannya terlalu berisik sampai dia tak tahu harus menanggapi yang mana dulu. Tarikan napasnya panjang. Masih sibuk menghisap rokoknya, tatapannya mengarah pada langit malam yang berbintang.Tapi, tidak ada bulan yang muncul.Praba mengeluarkan asap rokoknya dengan kasar ketika ingatannya mengarah pada Sinar yang selalu suka dengan bulan purnama. Tidak sekalipun gadis itu melewatkan menatap benda langit tersebut saat memancar dan menunjukkan keindahannya.Mood Praba sangat buruk ketika sampai di kantor keesokan harinya. Terlebih lagi, dia tidak bisa tidur semalaman. Hal itu berimbas pada suasana hatinya yang tidak terkontrol. Dia bahkan memarahi siapa pun yang membuat kesalahan meskipun hal terkecil sekalipun.“Hari ini selain
Read more

Part 32. Sekamar

“Kamu bicara dengan saya?”Jantung Gina hampir melompat dari sarangnya ketika suara Praba tiba-tiba saja memenuhi ruangan. Wajah Gina bahkan tampak pucat pasi ketika dia menoleh dan mendapati Praba sudah menatapnya.“Bu-kan, Pak. Saya bicara dengan Sinar.” Suaranya bahkan bergetar ketika menjawab.Praba melanjutkan langkahnya meninggalkan ruangan tersebut dengan wajah sedingin salju. Akhir-akhir ini moodnya sangat buruk dan ada banyak hal yang membuatnya ingin marah. Celetukan seringan apa pun bisa memantik api kemarahan dalam tubuhnya.Gina tak lama berada di rumah Sinar karena waktu juga sudah malam. Gadis itu pamit tak lama setelah itu dan berjanji akan datang lagi dan menemani Sinar.Sinar kembali sibuk dengan pekerjaannya ketika Praba menuruni tangga.“Temanmu sudah pulang?” tanyanya.“Sudah.”Praba menarik sebuah topi rajut berwarna coklat yang ada di atas meja. Ada sebuah gambar teddy bear yang ditempel di sana. Topi itu kecil dan terlihat menggemaskan. Sinar terlihat benar-bena
Read more

Part 33. Jebakan

“Tidak. Biarkan saja dia istirahat.”Talita merasa belum perlu menggunakan Surya untuk sekarang. Nanti setelah dia benar-benar gagal menemukan Sinar, barulah opsi tersebut akan digunakan. Dan dia yang akan menentukan bagaimana nasib lelaki itu. Karena hidup dan mati Surya ada di tanganya.Talita pada akhirnya mencoba untuk mencarinya sendiri. Tampaknya orang-orang itu tengah berkonspirasi. Bahkan Bibi yang diutus menjaga Sinar pun tidak bisa dihubungi. Sinar pun sama. Jadi, Praba tampaknya memang sudah merencanakan ini.“Ke mana mereka!” gumam Talita pada keheningan. Merasa jengah dengan suaminya yang menyembunyikan Sinar tanpa bisa ditemukan.Membuktikan ucapan orang-orangnya, Talita akhirnya mencoba mengikuti sang suami. Dia datang ke kantor Praba dan berdiam diri di dalam mobil untuk menunggu Praba keluar. Ada seringai muncul di bibirnya ketika lelaki itu terlihat oleh matanya.Menit berlalu dan Talita masih bisa membuntuti mobil Praba, tetapi setelah itu, ada dua mobil yang tiba-ti
Read more

Part 34. Hal Penting Terlupakan

Talita memberikan obat perangsang dalam minuman Praba. Dia ingin mendapatkan apa yang dia inginkan setelah suaminya itu terus menolaknya. Dia adalah istri Praba, dia sah melakukan itu ketika suaminya tidak bisa diajak kerja sama.Talita menyadari jika Praba semakin jauh darinya. Praba sudah asyik dengan dunianya sendiri. Dia pasti mendapatkan pelayanan yang luar biasa dari seorang Sinar. Jadi, dia tak mau kalah.“Aku pikir hidupku baik-baik saja meskipun Mas nggak pernah mencintaiku.” Talita mengelus wajah Praba yang sedang tertidur. Permainan panas mereka membuat Talita semakin jatuh cinta kepada sang suami.Sayangnya, hatinya harus tercubit ketika Praba memanggil nama Sinar. Lelaki itu menganggap Talita adalah Sinar dan itu mengoyak habis harga dirinya.“Sekarang aku tahu apa yang harus aku lakukan.” Telunjuknya kini mengarah pada dada Praba yang tidak tertutupi selimut.Mencuri kecupan di bibir Praba, Talita menyeringai. “Kamu boleh menyembunyikan perempuan itu dariku. Lakukan kewaj
Read more

Part 35. Kabar Buruk

“Apa nama yang kamu usulkan?” tanya Praba lagi karena Sinar tak kunjung bersuara. “Barangkali saya bisa mempertimbangkannya.”Sinar menyebutkan satu nama. “Nama itu memiliki arti sinar atau cahaya. Saya tahu saya tidak berhak. Saya hanya berharap ada sesuatu dalam diri saya yang tersemat di dalam kehidupan anak ini.” Sinar mengelus perutnya dengan lembut.Nama yang diusulkan itu terdengar gagah. Praba bisa melihat ketulusan yang diberikan Sinar oleh putranya.“Saya yakin Bapak sangat menyayangi bayi ini. Saya pun sama.” Sinar mengeluarkan senyum kecil, netranya mengarah lurus pada Praba dengan terang-terangan. “Kalau suatu hari nanti tanpa sengaja kita bertemu dan Bapak bersamanya, tolong izinkan saya untuk menyapanya.”Praba tidak menjawab, tetapi ada sebuah palu besar yang terasa menggedor hatinya. Gadis itu bersikap seolah dia akan pergi besok.Entah kenapa hanya memikirkan tidak adanya perempuan itu di hidupnya membuat Praba resah. Tidak bisa melihat Sinar ada di dapur saat pagi ha
Read more

Part 36. Situasi Buruk

Mbak Sinar, Mas Surya dilarikan ke rumah sakit. Dia pingsan dan jantungnya berdenyut lemah. Sekarang dia sedang berada di UGD dan tengah ditangani.”Lutut Sinar seakan tidak bisa diajak berdiri ketika mendapatkan kabar buruk itu dari Bibi. Dunianya seakan hancur dalam hitungan detik. Apa yang membuat Surya tiba-tiba drop? Yang dia tahu, pengobatan berjalan lancar dan organ dalam tubuhnya hampir normal.Masih dengan tubuh yang bergetar, Sinar mengambil sweeter di lemari, lalu keluar dari kamar dengan wajah panik.“Sinar? Kamu kenapa?” Praba yang mendapati Sinar pucat pasi itu segera bertanya. Lelaki itu segera menangkpat tubuh Sinar yang sedikit limbung.Yang ada di dalam pikiran Praba adalah Sinar tengah mengalami kram lagi di perutnya. Dia mencoba untuk menuntut Sinar kembali masuk ke kamar, tetapi Sinar menahannya. Sinar medongak menatap Praba sebelum menjelaskan.“Saya harus pergi ke rumah sakit, Pak. Surya masuk UGD.” Ada riak keterkejutan yang tampak di wajah Praba setelah itu da
Read more

Part 37. Di Balik Duka

"Ketubannya sudah pecah. Ibu Sinar akan segera melahirkan.”Informasi itu membuat Praba terdiam seketika. Tak cuma Praba, Sinar pun merasakan keterkejutan yang sama. Dokter bilang HPL-nya masih dua minggu lagi. Lalu bagaimana mungkin bayinya akan lahir sekarang?Dokter menjelaskan jika itu terjadi karena beban pikiran yang tiba-tiba memberat di otak Sinar. Praba tidak terlalu memusingkan apa pun penjelasan dari dokter. Lantas dia hanya meminta agar dokter memberikan penanganan terbaik untuk Sinar.Seperti yang sudah direcanakan sejak awal, Sinar akan melahirkan dengan operasi caesar. Sebagai seorang suami, Praba ikut masuk ke dalam ruang operasi dan menemani perjuangan istri keduanya tersebut melahirkan.Melihat betapa kesakitannya Sinar, Praba membulatkan kepalan tangannya. Seandainya kejadian ini tidak terjadi, apa Sinar tetap akan kesakitan seperti sekarang. Praba dalam hati bersumpah jika dia tidak akan membuat ini mudah.Talita! Geramnya dalam hati.Operasi itu berjalan dengan lan
Read more

Part 38. Anfal

“Menyembunyikan?” ulang Sinar tidak mengerti. “Maksud Ibu menyembuyikan?”Pertanyaan itu belum terjawab, tetapi tiba-tiba pintu kamar terbuak dan suster yang ditugaskan untuk menemani Surya saat di rumah itu datang. Tampak terengah seolah dia baru saja diburu waktu.“Maaf, Mbak Sinar. Surya sudah siuman.”“Sudah siuman?” tanya Sinar terkejut. “Tolong bawa saya ke sana, Sus.” Suster itu menganguk dan segera mengambil kursi roda untuk Sinar.Dengan susah payah dia bergerak untuk turun dari ranjang, tetapi tanpa diduga-duga, Praba mengangkat tubuh Sinar dan mendudukkannya di kursi roda. Suster tersebut mendorong kursi roda Sinar dan membawa gadis itu ke ruangan di mana Surya berada.Jantungnya berdetak tak karuan. Rasa penasaran yang memuncak terkait kedatangan Talita ke rumahnya menjadi fokus utama Sinar selain kesembuhan Surya. Suster itu pun membawa Sinar di samping ranjang Surya sebelum dia keluar dan memberikan waktu kepada kakak beradik itu untuk bicara. Surya sekarang sudah berad
Read more

Part 39. Dia Pergi

akdir sudah menggariskan kehidupan setiap makluk yang hidup di dunia. Kematian adalah salah satu takdir yang tidak bisa dihindari. Tangis kesedihan tidak akan membawa kembali nyawa yang sudah pergi. Mengiklaskan adalah jalan satu-satunya cara agar tidak menyalahkan takdir.Hal itu yang sekarang dilakukan oleh Sinar. Dia harus kehilangan keluarga satu-satunya yang dimiliki karena kejahatan seseorang. Benci? Tentu saja, tetapi akal sehat harus tetap digunakan.Semua memang terlalu mendadak. Pengorbanan Sinar terasa tidak sebanding dengan kepergian Surya. Terbersit pertanyaan kenapa Tuhan harus mengambil adiknya secepat itu? Kenapa dia harus kehilangan orang yang paling dicintai? Namun, lagi-lagi itu adalah takdir.“Kenapa kamu harus pergi, Sur?” gumam Sinar menatap gundukan tanah yang masih basah. “Kakak sendirian sekarang. Seharusnya kamu bawa Kakak pergi bersamamu.”Tidak bisa dijabarkan bagaimana perasaan Sinar saat ini. Jika ada kata lebih buruk dari hancur, maka itulah yang pantas d
Read more

Part 40. Itu Aku

“Kamu udah bangun.”Orang pertama yang Sinar lihat saat dia baru saja keluar dari kamar adalah Praba. Lelaki itu memberikan tatapan tidak seperti biasanya. Apa? Lelaki itu mengasihaninya? Tidak! Sinar tidak perlu rasa kasihan dari siapa pun.“Kenapa Bapak belum pergi?” tanya Sinar dan pergi begitu saja.Di sofa ruang keluarga, Talita duduk diam dengan kepala menunduk. Sesekali dia menarik napasnya panjang seolah ada beban berat yang tengah dipikulnya. Tatapan Sinar semakin tajam ketika tiba-tiba saja Talita mendongak dan tatapan mereka bertemu.Sinar berjalan ke sofa. Duduk di sana dan tepat di depan Talita. Aura yang dikeluarkan adalah aura permusuhan yang kental. Sinar sudah tidak akan lagi menghormati perempuan itu. Talita sudah berbuat sadis di luar perjanjiannya.Praba menyusul dan duduk tepat di samping Sinar.“Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan kepada Ibu dan saya harap Ibu bisa menjawabnya dengan jujur.”Ada decisan yang keluar dari mulut Talita. “Sekarang kamu bertindak s
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status