All Chapters of Menantu Miskin Itu Ternyata Sultan: Chapter 261 - Chapter 270

344 Chapters

Bab 261. Arumi, Kakek.

Kakek melengos. "Apa peduli ku. Mau mirip atau tidak, kamu berharap kalian berjodoh? Haha.. Mana bisa!" Kakek menolak untuk melihat Arumi."Bukan begitu Kek? Lihatlah, dia begitu mirip dengan menantumu. Dengan Ibu!" Al' kini memaksa Kakek untuk bangun."Biarkan saja! Aku tetap tidak akan merestuimu untuk menikah sebelum kamu menemukan cucu kesayanganku Al'! Hanya dia yang bisa menjadi pengganti menantu kesayanganku."Kakek berontak, menepis tangan Al' yang meraih lengannya dan kembali memalingkan wajahnya.Al' mendengus, kemudian mendekatkan wajahnya."Dia Arumi, Kek." Al berbisik."Hah!" Kakek menoleh, menatap Al'."Kamu berbohong ya?" Kakek memukul pelan kepala Al'."Al' tidak berbohong. Dia cucumu." Al' mengulurkan Kertas hasil Tes DNA milik mereka.Tangan Kakek meraih kertas itu. Tanpa bangun dari berbaringnya dia melirik kertas itu. Matanya melotot.Seketika Kakek bangun. Kemudian berdiri. Menatap seksama Arumi Menoleh lagi pada Al'."Apa semua ini benar?"Al' Mengangguk. "Al' m
Read more

Bab 262. Tidak ingin terlalu lama.

"Bagaimana pun juga, Kakek harus berterima kasih pada Tuan muda Azam." sambung Kakek."Kakek mau bertemu dengannya? Dia ada disini." ucap Arumi."Benarkah? Kalau begitu Kakek ingin bertemu. Ayo!"Arumi mengangguk dengan senang, segera membimbing Kakek untuk melangkah keluar menemui Azam.Al', pria itu terlihat bersungut-sungut. Hatinya masih belum bisa menyukai Pria yang pernah didengarnya sebagai Playboy itu."Tuan Muda Azam!" sapa Kakek setelah berada di hadapan Azam.Azam cepat berdiri, mengangguk kepada Kakek."Duduklah, Nak!" Kakek mengajak Azam untuk duduk kembali."Tuan muda Azam, Arumi kekasihmu ini, benar cucuku yang selama ini kami cari. Kakek sungguh tidak menyangka bisa dipertemukan seperti ini." ucap Kakek."Oh, iya Kek. Aku ikut senang. Melihat Arumi masih memiliki keluarga." sahut Azam melirik Arumi yang terlihat bahagia."Terima kasih ya, Nak? Sudah menjaganya selama ini. Hidupnya pasti sangat sulit sebelum bertemu denganmu." ucap Kakek."Iya Kek. Tidak masalah. Itu su
Read more

Bab 263. Hobi mengompori orang.

"Ya Allah.. makasih ya Mbak Nita. Tapi biarlah mbak, kalau gak di cicil sekarang, takutnya susah lagi nanti. Cari kerjaan susah mbak. Ini aja Suamiku belum dapat lagi kerjaan. Nanti utangnya malah kelamaan." Meskipun ditawari kebaikan oleh Nita, Ainun tidak ingin mengambil kesempatan. Hutang baginya sangat membebani dirinya. Sebenarnya jika ada, dia lebih memilih untuk menjual barang yang ada dari pada hutang. Jadi, dia kembali mengulurkan uang itu."Terima Mbak, untuk mengurangi hutang kami." Kembali Ainun berkata.Nita menghela nafas, dia mengerti maksud Ainun. Ternyata Teteh ini tidak seperti yang dibicarakan oleh Eni dan Rani yang katanya kalau berhutang susah bayar. Susah, mungkin karena belum ada.Buktinya ini, dia sangat bertanggung jawab dan tahu diri.Nita juga tidak ingin merusak niat baik Ainun hanya karena belas kasihannya."Oke lah kalau begitu ya Teh, aku terima. Sisanya aku catat lagi. Kalau Teteh ada perlu lagi, ambil lagi saja. Jangan sungkan. Jangan takut, Allah past
Read more

Bab 264. Tawaran kebun.

"Berantem kayaknya." Jawab orang yang diajaknya berbisik."Tidak seperti biasa ya, mereka?" Lainnya menimbal.Mereka terkejut, merasa aneh. Biasanya Eni dan suaminya memang pasangan yang tidak pernah bertengkar. Meskipun semua orang juga tau bagaimana tabiat Anton, tapi mereka juga tau jika Eni adalah wanita yang selama ini super penyabar."Semua orang pasti punya batas kesabaran lah. Palingan Eni udah capek. Suaminya nggak pernah mau bekerja. Hidup itu butuh uang. Bukan cuma makan cinta aja." Rani rupanya ikut nimbrung, dia berkata penuh kekesalan. Seolah-olah dia yang sedang mewakili perasaan Eni."Eni itu, maunya Anton kerja di tempat Bapaknya, sementara' Anton kan gak mau kalau kerja tempat mertuanya memang. Katanya diocehi mulu. Makanya dia malas. Eni diajak pulang ke kampung si Anton juga gak mau, padahal Anton kalau disana punya bengkel motor yang cukup besar." Sahut salah satu bapak- bapak.Tak tau mana yang benar atau salah, tapi keributan di dalam rumah Eni masih berlangsung
Read more

Bab 265. Kapan dia akan melamarmu?

Heru ingin tertawa sebenarnya, bukannya apa, kebun sawit itu pasti sangat mahal harganya. Tabungan Nita memang ada, tapi tidak akan cukup bila untuk membeli Kebun sawit itu.Tapi dia melirik wajah Istrinya. Nita terlihat mendekat."Tanya dulu berapa, Di?" Ucap Nita."Katanya tadi, Lima hektar. Nggak tau berapa ribu batang. Minta 250 juta. Itu termasuk pasaran sih. Gak mahal. Mana udah jadi kan? Tapi kalau mau kalian beli, aku tawar habis habisan nanti." Jawab Adi."250 juta. Uang dari mana? Gajian istriku gak sampai segitu juga kali, Di." Sahut Heru."Kalau niat, bisa pikirkan jalan lain lah, Her. Pinjem duit kek untuk kurangannya. Bisa punya kebun sawit itu, sangat bagus untuk masa depan Her. Bayangkan saja jika tiap bulan panen. Tinggal ngitung.""Pinjem kemana? Emang ada orang mau pinjemin uang ratusan juta. Ratusan ribu aja payah." Sahut Heru."Bank dong, Her. Kan kamu punya sertifikat tanah." Ujar Adi."Oh iya, Mas." Nita tiba-tiba menyahut. Membuat kedua pria di hadapannya itu l
Read more

Bab 266. Arumi diculik?

"Kenapa? Bukankah kalian pacaran? Atau jangan-jangan, kamu jadi pacarnya hanya karena paksaan?" kini Al' yang bertanya pada Arumi."Eh, bukan begitu. Tapi, tapi,""Jika kamu tidak benar-benar menyukainya sebaiknya putuskan saja dia. Aku juga tidak suka punya calon adik ipar macam dia!""Kak Al'. Kenapa kak Al' sangat membenci Azam sih? Dia itu yang sudah menjagaku selama ini!" Arumi melotot."Aku tidak membencinya. Aku hanya tidak menyukai. Dia itu Playboy, Arumi. Siapapun juga tidak akan suka jika adik kesayangannya akan salah dalam memilih pendamping hidup!" jawab Al'."Kakak sudah tau alasan Azam menjadi Playboy. Kenapa masih tidak percaya padanya?" Kini Arumi marah."Apapun alasannya, yang namanya Playboy, tetap Playboy. Tidak ada yang baik." ucap Al'."Lalu bagaimana dengan Kak Al' sendiri? Kamu juga Playboy kan? Gonta ganti pacar!" Kini Arumi menunjuk Al'."Ayo. Apa alasanmu punya banyak pacar?""Aku.. aku, beda donk? Aku karena belum bertemu dengan yang cocok. Itu saja." elak
Read more

Bab 267. Malu sendiri.

"Mana mungkin? Kamu sempat mengangkatnya beberapa kali, tapi hanya menjawab , Sebentar, Tuan. Nanti aku telepon balik. Itu itu saja tanpa menelpon balik!" Jawab Azam."Itu mungkin orang yang menemukan hpnya. Aku tidak memegang hp itu semenjak hari pertama di rumah itu. Kak Al' membelikan aku hp baru. Tapi, aku tidak ingat nomormu. Jadi, aku tidak bisa memberitahumu.""Astaga! Kamu sudah membuatku hampir gila karena memikirkanmu, Arumi!" Azam menepuk kepalanya sendiri."Maafkan aku ya,." Arumi meminta maaf karena telah membuat Azam khawatir.Rendi terkikik sendiri, malu dengan tuduhan mereka tadi."Ah, sepertinya, tujuan kita berakhir sampai disini saja. Kita tidak bisa melanjutkannya lagi." sambil terkikik, sambil melangkah, sambil menepuk bahu Azam, yang juga terlihat malu."Bawa dulu gadismu masuk. Dan selesaikan segera urusan kalian. Paman pulang kalau begitu, harus menyusul Papamu." Rendi kemudian melangkah pergi meninggalkan mereka.Azam hanya mengangguk. Kembali menatap Arumi.
Read more

Bab 268. Bila perlu, besok!

Hati Azam mendadak berbunga bunga. Dada pria itu hampir meledak dibuat oleh jawaban Arumi kali ini."Sungguh?"Arumi mengangguk kembali."Kalau begitu, aku ingin menciummu. Kamu tidak boleh menolaknya lagi. Aku merindukanmu Arumi. Aku merindukanmu."Suara Azam kali ini sungguh terasa meresap ke hati Arumi, membuat gadis itu tidak mampu menjawab. Saat Azam merapatkan bibirnya, Arumi hanya bisa memegang erat lengan Azam.Begitu lembut, Azam mencium bibirnya. Memutar bibirnya untuk menguasai bibir gadis itu.Desiran hangat kini menjalari tubuh Arumi karena ulah Azam itu. Sesaat dia terdiam, kemudian bibirnya ikut bergerak lembut. Berganti mencium. Tentu saja balasan Arumi itu membuat Azam semakin merasa seperti melayang-layang. Pria itu bahkan menekankan tubuhnya untuk memperdalam ciuman mereka. Tangan Arumi meremas lengan Azam sementara tangan Azam menekan pinggangnya.Cukup lama mereka bergulat dengan bibir mereka, mengambil jeda waktu untuk mengisi oksigen, kemudian mengulanginya la
Read more

Bab 269. Lamaran dadakan.

Sore ini, Azam sudah menyampaikan maksudnya kepada kedua keluarganya. Akhirnya mereka sepakat untuk berangkat langsung ke rumah keluarga Arumi malam ini juga.Dengan mengendarai dua mobil yang berbeda. Riko bersama Gara dan Mia. Riko sebagai sopir.Dan Azam bersama Arumi, tanpa seorang seorang sopir.Terdengar suara nafas Gara yang kasar."Gara, kamu kenapa?" tanya Mia seperti menangkap kegelisahan di wajah suaminya."Aku hanya sedang memikirkan Azam. Bisa-bisanya melamar seorang gadis dengan tangan kosong tanpa persiapan apapun seperti ini. Apa kamu tahu Mia, Keluarga Brahmana itu, termasuk keluarga terpandang di kota ini. Apa itu tidak memalukan?" ucap Gara."Aku juga tidak mengerti, apa mungkin setelah ini kita akan mengirim hadiah untuk keluarga Arumi. Kita bisa memikirkan nanti, kan?""Mana ada seperti itu. Yang namanya hadiah lamaran, datang bersama orang yang melamar. Masa iya menyusul?" bantah Gara."Mungkin, Azam takut ditolak. Jadi, menyiapkan apapun sekarang akan percuma."
Read more

Bab 270. Lebih cepat, lebih baik

Kakek mengangguk, sudah bisa menebak apa tujuan mereka kemari."Jadi begini , Tuan." Gara berdehem hingga beberapa kali."Putra kami Azam dan cucu anda ini, mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Dan rupanya mereka ini, saling mencintai. Jadi, Saya sebagai ayah dari Azam, ingin melamar Arumi untuk putra kami. Bagaimana? Apa Tuan, bisa menerima lamaran kami ini?"Suasana menjadi hening kembali. Kakek menoleh dahulu pada Al' yang duduk di sebelahnya.Al' tersenyum saja, kemudian mengangguk pada kakek.Lalu, terdengar suara dari kakek. "Tidak ada alasan untuk kami menolak lamaran ini. Apalagi Azam selama ini sudah menjaga cucuku dengan baik. Saya akan menerima lamaran ini dengan sangat senang.""Benarkah?" Gara bersuara cukup keras."Azam! Kamu diterima! Lamaran kita diterima." Gara menoleh dan tersenyum lebar. Mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Alhamdulillah!" Puji syukur dari Mia."Tapi mohon maafkan kami, Tuan. Kami kesini tidak membawa apa apa." Baru saja Gara s
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
35
DMCA.com Protection Status