Heru ingin tertawa sebenarnya, bukannya apa, kebun sawit itu pasti sangat mahal harganya. Tabungan Nita memang ada, tapi tidak akan cukup bila untuk membeli Kebun sawit itu.Tapi dia melirik wajah Istrinya. Nita terlihat mendekat."Tanya dulu berapa, Di?" Ucap Nita."Katanya tadi, Lima hektar. Nggak tau berapa ribu batang. Minta 250 juta. Itu termasuk pasaran sih. Gak mahal. Mana udah jadi kan? Tapi kalau mau kalian beli, aku tawar habis habisan nanti." Jawab Adi."250 juta. Uang dari mana? Gajian istriku gak sampai segitu juga kali, Di." Sahut Heru."Kalau niat, bisa pikirkan jalan lain lah, Her. Pinjem duit kek untuk kurangannya. Bisa punya kebun sawit itu, sangat bagus untuk masa depan Her. Bayangkan saja jika tiap bulan panen. Tinggal ngitung.""Pinjem kemana? Emang ada orang mau pinjemin uang ratusan juta. Ratusan ribu aja payah." Sahut Heru."Bank dong, Her. Kan kamu punya sertifikat tanah." Ujar Adi."Oh iya, Mas." Nita tiba-tiba menyahut. Membuat kedua pria di hadapannya itu l
"Kenapa? Bukankah kalian pacaran? Atau jangan-jangan, kamu jadi pacarnya hanya karena paksaan?" kini Al' yang bertanya pada Arumi."Eh, bukan begitu. Tapi, tapi,""Jika kamu tidak benar-benar menyukainya sebaiknya putuskan saja dia. Aku juga tidak suka punya calon adik ipar macam dia!""Kak Al'. Kenapa kak Al' sangat membenci Azam sih? Dia itu yang sudah menjagaku selama ini!" Arumi melotot."Aku tidak membencinya. Aku hanya tidak menyukai. Dia itu Playboy, Arumi. Siapapun juga tidak akan suka jika adik kesayangannya akan salah dalam memilih pendamping hidup!" jawab Al'."Kakak sudah tau alasan Azam menjadi Playboy. Kenapa masih tidak percaya padanya?" Kini Arumi marah."Apapun alasannya, yang namanya Playboy, tetap Playboy. Tidak ada yang baik." ucap Al'."Lalu bagaimana dengan Kak Al' sendiri? Kamu juga Playboy kan? Gonta ganti pacar!" Kini Arumi menunjuk Al'."Ayo. Apa alasanmu punya banyak pacar?""Aku.. aku, beda donk? Aku karena belum bertemu dengan yang cocok. Itu saja." elak
"Mana mungkin? Kamu sempat mengangkatnya beberapa kali, tapi hanya menjawab , Sebentar, Tuan. Nanti aku telepon balik. Itu itu saja tanpa menelpon balik!" Jawab Azam."Itu mungkin orang yang menemukan hpnya. Aku tidak memegang hp itu semenjak hari pertama di rumah itu. Kak Al' membelikan aku hp baru. Tapi, aku tidak ingat nomormu. Jadi, aku tidak bisa memberitahumu.""Astaga! Kamu sudah membuatku hampir gila karena memikirkanmu, Arumi!" Azam menepuk kepalanya sendiri."Maafkan aku ya,." Arumi meminta maaf karena telah membuat Azam khawatir.Rendi terkikik sendiri, malu dengan tuduhan mereka tadi."Ah, sepertinya, tujuan kita berakhir sampai disini saja. Kita tidak bisa melanjutkannya lagi." sambil terkikik, sambil melangkah, sambil menepuk bahu Azam, yang juga terlihat malu."Bawa dulu gadismu masuk. Dan selesaikan segera urusan kalian. Paman pulang kalau begitu, harus menyusul Papamu." Rendi kemudian melangkah pergi meninggalkan mereka.Azam hanya mengangguk. Kembali menatap Arumi.
Hati Azam mendadak berbunga bunga. Dada pria itu hampir meledak dibuat oleh jawaban Arumi kali ini."Sungguh?"Arumi mengangguk kembali."Kalau begitu, aku ingin menciummu. Kamu tidak boleh menolaknya lagi. Aku merindukanmu Arumi. Aku merindukanmu."Suara Azam kali ini sungguh terasa meresap ke hati Arumi, membuat gadis itu tidak mampu menjawab. Saat Azam merapatkan bibirnya, Arumi hanya bisa memegang erat lengan Azam.Begitu lembut, Azam mencium bibirnya. Memutar bibirnya untuk menguasai bibir gadis itu.Desiran hangat kini menjalari tubuh Arumi karena ulah Azam itu. Sesaat dia terdiam, kemudian bibirnya ikut bergerak lembut. Berganti mencium. Tentu saja balasan Arumi itu membuat Azam semakin merasa seperti melayang-layang. Pria itu bahkan menekankan tubuhnya untuk memperdalam ciuman mereka. Tangan Arumi meremas lengan Azam sementara tangan Azam menekan pinggangnya.Cukup lama mereka bergulat dengan bibir mereka, mengambil jeda waktu untuk mengisi oksigen, kemudian mengulanginya la
Sore ini, Azam sudah menyampaikan maksudnya kepada kedua keluarganya. Akhirnya mereka sepakat untuk berangkat langsung ke rumah keluarga Arumi malam ini juga.Dengan mengendarai dua mobil yang berbeda. Riko bersama Gara dan Mia. Riko sebagai sopir.Dan Azam bersama Arumi, tanpa seorang seorang sopir.Terdengar suara nafas Gara yang kasar."Gara, kamu kenapa?" tanya Mia seperti menangkap kegelisahan di wajah suaminya."Aku hanya sedang memikirkan Azam. Bisa-bisanya melamar seorang gadis dengan tangan kosong tanpa persiapan apapun seperti ini. Apa kamu tahu Mia, Keluarga Brahmana itu, termasuk keluarga terpandang di kota ini. Apa itu tidak memalukan?" ucap Gara."Aku juga tidak mengerti, apa mungkin setelah ini kita akan mengirim hadiah untuk keluarga Arumi. Kita bisa memikirkan nanti, kan?""Mana ada seperti itu. Yang namanya hadiah lamaran, datang bersama orang yang melamar. Masa iya menyusul?" bantah Gara."Mungkin, Azam takut ditolak. Jadi, menyiapkan apapun sekarang akan percuma."
Kakek mengangguk, sudah bisa menebak apa tujuan mereka kemari."Jadi begini , Tuan." Gara berdehem hingga beberapa kali."Putra kami Azam dan cucu anda ini, mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Dan rupanya mereka ini, saling mencintai. Jadi, Saya sebagai ayah dari Azam, ingin melamar Arumi untuk putra kami. Bagaimana? Apa Tuan, bisa menerima lamaran kami ini?"Suasana menjadi hening kembali. Kakek menoleh dahulu pada Al' yang duduk di sebelahnya.Al' tersenyum saja, kemudian mengangguk pada kakek.Lalu, terdengar suara dari kakek. "Tidak ada alasan untuk kami menolak lamaran ini. Apalagi Azam selama ini sudah menjaga cucuku dengan baik. Saya akan menerima lamaran ini dengan sangat senang.""Benarkah?" Gara bersuara cukup keras."Azam! Kamu diterima! Lamaran kita diterima." Gara menoleh dan tersenyum lebar. Mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Alhamdulillah!" Puji syukur dari Mia."Tapi mohon maafkan kami, Tuan. Kami kesini tidak membawa apa apa." Baru saja Gara s
Hanya selang satu hari saja dari hari dimana Azam resmi melamar Arumi. Acara pernikahan mereka pun benar-benar akan dilaksanakan.Tanpa ada persiapan khusus atau pun pesta meriah.Bahkan tidak menyebar undangan satu pun, baik itu dari pihak keluarga Arumi maupun dari pihak keluarga Azam sendiri. Hanya kerabat dekat saja yang diundang secara langsung untuk datang.Bukan tanpa alasan, semua itu keinginan dari Arumi yang meminta langsung pada Azam sendiri. Meskipun awalnya dapat penolakan keras dari Kakek dan juga dari pihak Azam.Ditunda saja atau tanpa pesta! Ini adalah ancaman dari Arumi. Gadis yang belum terbiasa menjadi bagian dari keluarga kaya ini.Sehari sebelum acara pernikahan ini dimulai."Aku tidak ingin ada pesta Kek, untuk apa sih? Toh semua orang tidak ada yang Arumi kenal. Dan tidak ada yang kenal juga dengan Arumi." ucapnya , ketika mereka sedang berkumpul untuk membahas perihal rencana pernikahan."Justru itu Arumi, kita perlu mengadakan pesta besar agar kamu mengenal d
Saat ini, orang-orang sedang mengerumuni sales dari sebuah produk kecantikan yang tepat berada di teras rumah Nita.Tapi ketua sales mereka sudah minta izin dengan sopan pada Heru yang ada di toko untuk numpang promosi. Karena Heru bukan orang yang pelit dan sombong, dia mengijinkan saja. Lagian tidak mengganggu ini pikirnya.Diantaranya juga ada Nita. Tadi dia sebenarnya enggan, cuma karena beberapa tetangga sudah berteriak-teriak memanggilnya, mau tidak mau dia pun pada akhirnya keluar juga."Yang sayang suami, ayo ayo! Ibu-ibu bapak-bapak yang sayang istri! Mari dibeli. Produk kami sudah lulus uji tes. Ber-BPOM, halal dan ini adalah produk legal. Jangan khawatir. Aman sentosa tanpa efek samping.”“Bisa membuat kulit kusam menjadi putih, wajah berjerawat menjadi kinclong hanya dalam dua Minggu. Satu kali pemakaian pun, bisa terbukti. Dua minggu, hasil menakjubkan. Sudah banyak testimoni yang kami kumpulkan." Seorang sales wanita yang berkulit putih dan wajah mulus berkata penuh rayu