Home / Romansa / Ayah Anakku Suami Sahabatku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Ayah Anakku Suami Sahabatku: Chapter 111 - Chapter 120

134 Chapters

Bab 111.

Rayyanza, dengan gerak-gerik canggung, tiba-tiba berkata, "A-Aku mau ke toilet." katanya dengan terbata-bata. Ia bergegas melangkah menuju toilet, memanfaatkan letak toilet yang kebetulan berdekatan dengan dapur.Luna, bangkit perlahan, melangkah ke dapur untuk menyiapkan susu. Tanpa sengaja, matanya menangkap bayangan Rayyanza melalui celah pintu kamar mandi yang sedikit terbuka. Pria itu terlihat gelisah dan salah tingkah.Setelah selesai, Luna kembali ke ruang tamu. Ia menyerahkan botol susu kepada Amanda yang tengah menggendong Arshaka. Bayi mungil itu segera menyambut botolnya, menyedot isinya dengan penuh semangat.Tak lama kemudian, Rayyanza kembali dan duduk di samping Amanda. Suasana mulai mencair ketika Amanda berkata dengan nada riang, "Sayang, lihat, dia tampan sekali dan sangat menggemaskan." Rayyanza melirik Arshaka, lalu tersenyum kaku, mengangguk menanggapi ucapan Amanda."Oh, ya, kapan kamu akan mulai bekerja?" tanya Amanda pada Luna. Pertanyaan itu membuat Luna bingu
last updateLast Updated : 2024-08-08
Read more

Bab 112

Suasana basement apartemen yang biasanya sepi itu kini diliputi ketegangan. Amanda berdiri di sana, sosoknya gemetar menahan amarah dan kepedihan yang tak terbendung. Matanya yang berkaca-kaca menatap tajam pada dua orang yang selama ini ia percayai sepenuhnya."Apa kamu bilang?" suara Amanda bergetar. Bibirnya tersenyum menahan pedih.Luna dan Rayyanza terpaku, seolah disambar petir di siang bolong. Jantung mereka berdegup kencang, seakan ingin melompat keluar dari dada. "Ma-manda?" Luna tergagap, dengan suara nyaris tak terdengar.Rayyanza berdiri kaku. Amanda menatap tajam, matanya menyala-nyala penuh amarah. "Katakan sekali lagi, Rayyan!" teriaknya, suaranya memecah keheningan malam. "Apakah benar yang kamu katakan barusan, hah?!"Mendengar teriakan Amanda, Arshaka tiba-tiba menangis kencang. Rayyanza, tak sanggup menjawab, ia malah sibuk mengayun-ayunkan Arshaka, berusaha untuk menenagkannya."Aku akan menjelaskannya di rumah."Amanda mendengus kasar. "Jadi itu benar? Barusan aku
last updateLast Updated : 2024-08-09
Read more

Bab 113

Mobil Amanda melaju perlahan meninggalkan basement, membawa serta kepingan hatinya yang telah hancur. Air matanya mengalir tanpa henti, membasahi wajahnya yang pucat pasi.Sementara itu, Rayyanza berdiri termangu, matanya tak lepas dari mobil Amanda yang menjauh. Dalam hatinya berkecamuk berbagai perasaan, "Apa yang akan terjadi selanjutnya, aku benar-benar sudah tidak peduli. Aku sangat mencintai Luna dan ini adalah konsekuensi yang harus aku terima," batinnya.Dengan perasaan tak menentu, Rayyanza memacu mobilnya menuju rumah sakit. Setibanya di sana, ia menemukan Luna dan Ryuki yang tengah duduk di kursi tunggu. Tanpa basa-basi, ia mengambil alih Arshaka dari gendongan Ryuki, menempelkan pipi mungilnya ke pipinya sendiri untuk mengecek suhu tubuh sang buah hati."Apa kata dokter?" tanya Rayyanza, suaranya penuh kekhawatiran."Hanya demam biasa," jawab Ryuki singkat. "Kamu sudah datang, sebaiknya aku pergi."Namun baru beberapa langkah, Ryuki berhenti dan kembali menghampiri Rayyanz
last updateLast Updated : 2024-08-11
Read more

Bab 114

"Tenangkan dirimu, Manda. Bercerai bukan hal yang sesederhana itu," ujarnya dengan nada lembut namun tegas.Amanda, dengan mata yang masih berkaca-kaca, menatap mertuanya dengan pandangan terluka. "Tapi, Ma ... untuk apa dipertahankan jika sudah jelas Rayyan mencintai wanita lain? Terlebih, wanita itu sahabatku sendiri." Suaranya bergetar, air mata kembali menggenang di pelupuk matanya.Bu Dona, masih berusaha mengendalikan situasi, berpaling pada putranya dengan tatapan tajam. "Rayyan ... pokoknya Mama tidak mau tahu. Tinggalkan wanita itu dan jangan pernah menemuinya lagi!" ucapnya penuh penekanan."Tidak, Ma! Aku tidak bisa melepasnya. Aku sangat mencintainya." Kata-kata itu meluncur dari bibirnya tanpa ragu, menghantam Amanda bagai ribuan jarum yang menusuk jantungnya.Dada Amanda terasa sesak mendengarnya. Ia merasa dunianya runtuh dalam sekejap, cintanya diremukkan tanpa belas kasihan.Bu Dona, yang kini dipenuhi amarah dan kekecewaan, membentak putranya. "Kamu ini bagaimana? Li
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more

Bab 115

Luna terbelalak melihat wanita paruh baya yang berdiri di depannya. "Bu Dona?" serunya dengan suara bergetar.Bu Dona melangkah mendekat, tatapannya penuh kemarahan. la melirik bayi yang berada dalam gendongan Luna dengan pandangan tajam. Tanpa ragu, ia menjentikkan jarinya, memanggil dua pria berbadan tegap yang berdiri di belakangnya. "Ambil!" perintahnya tegas."Baik, Bu!" sahut salah satu pria itu, lalu tanpa basa-basi ia merenggut Arshaka dari pelukan Luna.Luna berusaha mempertahankan bayinya. Namun kekuatan pria itu terlalu besar. Dengan kasar, ia merampas Arshaka, membuat bayi itu menangis keras. Luna berteriak histeris saat melihat Arshaka berpindah ke dalam gendongan pria tersebut.Dengan tangan gemetar, Sus Runi mencoba menghubungi Rayyanza. Namun, belum sempat tangannya mencari kontak Rayyanza, pria yang satunya lagi sudah merebut ponselnya.Bu Dona sama sekali tidak memedulikan tangisan Arshaka dan Luna. Meskipun bayi itu adalah cucunya, darah dagingnya sendiri, kebencian
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

Bab 116

Rayyanza membuka pintu apartemen dengan perasaan sedikit gelisah. "Sayang ...?" panggilnya beberapa kali, suaranya menggema dalam keheningan.Ketika tak ada jawaban, ia melangkah masuk ke kamar Luna, hatinya mencelos melihat meja rias yang biasanya dipenuhi barang-barang kini kosong melompong.Dengan tangan bergetar, Rayyanza membuka lemari pakaian. Nafasnya tercekat mendapati isinya lenyap, seolah-olah Luna tak pernah ada di sana. Panik mulai menguasainya. Ia bergegas keluar, berniat mencari Sus Runi untuk meminta penjelasan.Namun, baru saja ia hendak keluar kamar, sosok Sus Runi sudah berdiri di ambang pintu. Wajah wanita pengasuh Arshaka itu pucat pasi, sorot matanya menyiratkan ketakutan yang dalam."Ada apa ini, Sus?" tanya Rayyanza.Sus Runi tergagap, "Ma-maaf, Pak. Saya tidak tahu."Rayyanza melongok ke dalam kamar Arshaka, putranya. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat melihat box bayi dan lemari yang juga kosong. "Ke mana Ibu dan Arshaka?" desaknya dengan raut cemas.Sus
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

Bab 117

Saat Rayyanza hendak meninggalkan kafe, matanya menangkap sosok Nikita yang sedang berjalan di dekat sana. Nikita, yang menyadari kehadiran Rayyanza, segera memalingkan wajah dan berusaha menghindar. Namun, Rayyanza dengan cepat mengejarnya dan menahannya."Katakan, di mana Luna?" tanya Rayyanza."Aku tidak tahu!" jawab Nikita tegas."Tidak mungkin kamu tidak mengetahuinya. Ayo katakan di mana Luna?" Rayyanza semakin mendesak."Aku tidak tahu! Dia pergi tidak bilang akan ke mana." "Kamu pasti berbohong. Aku mohon beritahu di mana Luna berada?!" Rayyanza mulai frustasi."Aku benar-benar tidak tahu, Kak! Dia bilang akan pergi menenangkan diri, menjauh dari Kak Rayyan, terutama dari Ibu Kak Rayyan," ucap Nikita seraya mendelik, menunjukkan ketidaksukaannya.Rayyanza mendaratkan kedua tangannya di bahu Nikita. "Lihat aku, Nik. Tolonglah aku sekali ini saja, aku harus bertemu dengan Luna dan Arshaka."Nikita menghempaskan tangan Rayyanza. "Sudah kubilang aku tidak tahu! Berhenti menggangg
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

Bab 118

Luna menyantap nasi goreng buatan Bu Endah dengan lahap, merasakan kehangatan makanan rumahan yang sudah lama tidak ia nikmati. Setiap suapan seolah mengisi tidak hanya perutnya yang lapar, tetapi juga hatinya yang merindukan rasa 'rumah'. Setelah menghabiskan sarapannya, Luna kembali ke rutinitas membersihkan rumah. Ia mengibas-ngibas sofa tua menggunakan sapu lidi, mengusir debu yang telah lama bersemayam. Tangannya dengan telaten mengelap meja, jendela, dan berbagai perabotan peninggalan sang nenek. Suara ketukan lembut di pintu mengalihkan perhatian Luna. Ia menoleh ke arah pintu yang tidak tertutup rapat dan melihat sosok Bu Endah berdiri di ambang pintu. "Bu Endah," sapa Luna ramah. "Silakan masuk." Bu Endah melangkah masuk, matanya menyapu ruangan yang kini terlihat lebih bersih. "Arshaka tidur?" tanyanya lembut. "Iya, Bu. Di kamar," jawab Luna, tersenyum kecil. Bu Endah terdiam sejenak, matanya terus memandangi Luna. Akhirnya, dengan hati-hati ia bertanya, "Ayah Ars
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

Bab 119

Sebelum fajar menyingsing, suara alarm memecah kesunyian kamar yang tidak terlalu luas. Luna, membuka mata perlahan, tangannya meraba-raba mencari ponsel di sampingnya. Layar berpendar redup menunjukkan pukul setengah empat pagi.Luna bangkit dari tidurnya. Hari ini ia akan menemani Bu Endah berjualan ikan segar di pasar. Tanpa membuang waktu, ia bergegas masuk ke kamar mandi. Air payau menyentuh kulitnya, terasa hangat berkat iklim pantai yang panas. Usai bersiap, Luna mengemas perlengkapan Arshaka dengan teliti - dua setel pakaian, popok cadangan, termos air, dan persediaan susu. Semua masuk ke dalam ransel yang akan ia bawa. Arshaka masih terlelap, wajahnya damai bagai malaikat kecil. Dengan hati-hati Luna membalut tubuh mungil itu dengan selimut, kaus kaki, dan topi untuk melindunginya dari dinginnya udara pagi.Pintu rumah berdecit pelan saat Luna melangkah keluar. Langit masih tampak gelap gulita, bahkan azan subuh pun belum berkumandang. Ia melangkahkan kaki menuju rumah Bu En
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more

Bab 120

Siang itu, keheningan rumah keluarga Rayyanza terpecah oleh jeritan Bu Dona yang memilukan. Di dalam kamar yang luas, wanita paruh baya itu menemukan putranya terbaring tak sadarkan diri di atas lantai dingin. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat tubuh Rayyanza yang tergeletak lemah."Rayyan, bangun!" teriak Bu Dona, air mata tumpah di pipinya. dengan tangan yang gemetar, Bu Dona menggoyang-goyangkan tubuh Rayyanza agar terbangun. Namun, tidak ada respon sedikitpun dari Rayyanza. "Segera telepon ambulans!" teriak Bu Dona entah pada siapa.Sementara itu, ayah Rayyanza berusaha tetap tenang. Ia meraih ponselnya dan segera menghubungi layanan darurat. Pria bertubuh kekar kemudian mengangkat tubuh Rayyanza yang terkulai lemas, memindahkannya ke atas kasur dengan hati-hati.Bu Dona terus mencoba membangunkan Rayyanza, jemarinya yang lembut menyentuh wajah Rayyanza yang pucat. Tubuhnya masih terasa hangat, tetapi denyut nadinya begitu lemah. Tangis Bu Dona semakin pecah. "Menga
last updateLast Updated : 2024-08-19
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status