Home / Romansa / Ayah Anakku Suami Sahabatku / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Ayah Anakku Suami Sahabatku: Chapter 121 - Chapter 130

134 Chapters

Bab 121

Masih di ruangan VVIP rumah sakit, Bu Dona menatap putranya dengan mata berkaca-kaca. Kesedihan tergambar jelas di wajahnya saat melihat air mata mengalir di pipi Rayyanza. Ia mulai menyadari betapa dalam cintanya pada wanita dari latar belakang sederhana itu, tetapi hatinya tetap kukuh tidak merestui."Jangan siksa dirimu seperti ini, Rayyan. Kasihanilah dirimu sendiri," ujar Bu Dona dengan lembut."Biarkan aku mati, Bu. Apa gunanya hidup jika hanya untuk menderita?" jawabnya dengan suara parau.Mendengar ucapan Rayyanza, air mata kembali menggenang di pelupuk mata Bu Dona. Kekhawatiran pada putra semata wayangnya membuat hatinya seakan tercabik-cabik.Bu Dona berniat mencari bantuan untuk menyemangati Rayyanza. Ia menghubungi Amanda, memberitahukan kondisinya saat ini. Suara terkejut Amanda terdengar di seberang telepon, "Apa? Bagaimana bisa, Ma?" Tanpa pikir panjang, Amanda memutuskan untuk segera terbang ke Jakarta.Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka. Pria berambut putih mem
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

Bab 122

Masih di dalam kafe berkonsep alam terbuka, Nikita berdiri menatap Amanda dengan tatapan sinis."Ikut denganku!" seru Nikita, lalu bergegas mencari meja yang nyaman untuk mereka berdua.Nikita memilih tempat duduk di bawah pohon rindang, tempat yang disenangi oleh Luna ketika ia datang ke kafe Bibi Santika. Seketika, kenangan Amanda tentang Luna pun kembali tergugah.Tak lama kemudian, Bibi Santika, memerintahkan salah satu pelayan untuk menghidangkan dua gelas strawberry float di meja Nikita dan Amanda."Apa yang ingin Kak Manda bicarakan?" tanya Nikita dengan nada datar.Amanda tak membuang-buang waktu, langsung melontarkan pertanyaan yang sedari tadi mengusik pikirannya. "Di mana Luna?""Aku tidak tahu!"Amanda mengernyitkan dahi. "Tidak mungkin kamu tidak mengetahui keberadaan Luna. Aku tahu kamu ingin melindunginya, tapi saat ini Rayyan sangat membutuhkannya."Nikita menatap Amanda dengan tatapan sinis. "Kami tidak ingin berurusan lagi dengan kalian," jawabnya ketus.Amanda merub
last updateLast Updated : 2024-08-21
Read more

Bab 123

Masih di rumah Antonio, Amanda duduk dan berbincang bersama dua pria tampan. Pembicaraan mereka terhenti sesaat ketika Antonio bertanya, "Oh, ya, Manda, ngomong-ngomong ada apa kamu tiba-tiba datang kemari?"Amanda melirik sekilas ke arah Haikal sebelum menjawab, "Oh, itu, euh ... nanti saja." Haikal mengerti bahwa apa yang akan dibicarakan Amanda mungkin adalah sesuatu yang bersifat pribadi. Ia pun segera berpamitan, "Kalau begitu aku permisi, aku harus kembali bekerja."Namun, Amanda mencegahnya, "Loh, mau kemana? Santai saja dulu. Mengapa langsung berpamitan?" Haikal pun segera beranjak dari duduknya. "Nanti, lain waktu kita berbincang lagi. Aku harus kembali bekerja," katanya.Setelah Haikal pergi, Antonio langsung menoleh ke arah Amanda dan bertanya, "Ada apa, Manda? Apa kamu sedang terjerat kasus hukum?""Memangnya semua teman yang mengunjungimu itu karena terjerat kasus hukum, ya?" balas Amanda. "Eum, tidak juga, sih," Antonio menanggapi.Amanda terdiam sejenak sebelum akhi
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

Bab 124

Masih di rumah sederhana itu, Irwan menunduk malu. "Eh, Bu Endah. Begini, Bu, saya mengantar Luna pulang. Tadi dia baru saja dirampok," jelasnya dengan hati-hati."Apa? Dirampok?" seru Bu Endah terkejut.Irwan mengangguk. "Iya, Bu. Saya menemukannya sedang menangis di pinggir jalan. Perampoknya sudah menghilang."Bu Endah menghela napas, "Aduh, ada-ada saja," gumamnya sambil mendekati Luna."Kalau begitu, saya permisi, Bu," pamit Irwan."Terima kasih, Mas Irwan," ucap Luna tulus.Sepeninggal Irwan, Luna menceritakan kejadian nahas yang menimpanya kepada Bu Endah dengan isakan tertahan. Bu Endah dengan lembut mengambil alih Arshaka yang masih gelisah."Maaf, Bu. Semua uangnya hilang. Tapi saya akan berusaha menggantinya dari hasil jualan saya setiap hari," kata Luna penuh penyesalan."Sudahlah, Luna. Tidak usah dipikirkan. Yang terpenting kamu dan Arshaka selamat," hibur Bu Endah.Luna menatap Bu Endah dengan haru, terkesima oleh kebaikan wanita berusia 55 tahun itu.Sore harinya, Luna
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

Bab 125

Luna berdiri gelisah di depan pintu ruang rawat VVIP, pikirannya berkecamuk mencari cara untuk masuk. Akhirnya, ia memutuskan untuk menunggu keadaan aman, membaur dengan keluarga pasien lain di kursi tunggu.Tak lama, terdengar derap langkah samar dari dalam ruangan Rayyanza. Luna segera menunduk, menyembunyikan wajahnya. Bu Dona keluar dari ruangan, tanpa menyadari keberadaan Luna di sana, ia melangkah menjauh menyusuri koridor lalu masuk ke lift, memberikan kesempatan emas bagi Luna.Dengan hati-hati, Luna bergegas masuk ke ruangan. Tangannya gemetar saat meraih gagang pintu, membukanya secara perlahan dan melangkah masuk dengan mengendap-endap.Matanya langsung tertuju pada sosok pria yang terbaring lemah dengan selang infus di tangannya. Tubuh Rayyanza terlihat lebih kurus, pipinya pun tampak tirus. Luna mendekat, memandangi Rayyanza hingga tanpa sadar air matanya jatuh.Isakan Luna yang semakin keras membangunkan Rayyanza. Matanya terbuka, terpaku pada sosok wanita dengan wajah t
last updateLast Updated : 2024-08-29
Read more

Bab 126

Suasana di ruangan VVIP rumah sakit terasa begitu memilukan. Rayyanza, terbaring lemah di ranjangnya, menatap nanar ke arah Bu Dona. Matanya menyiratkan harapan yang begitu rapuh ketika ia bertanya dengan suara lirih, "Benar, Ma? Mama akan mengizinkan aku untuk bertemu dengan Luna dan juga anakku?"Bu Dona hanya bisa mengangguk, tak sanggup berkata-kata. Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya menetes. Ia kemudian berbalik badan dan melangkah keluar ruangan, diikuti oleh Amanda.Di luar kamar, Bu Dona langsung menghadap Amanda. "Di mana wanita itu tinggal?" tanyanya.Amanda menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Ma. Kemarin aku sudah berusaha mencari Luna, tetapi tidak diketahui keberadaannya," jelasnya dengan wajah sedih."Lalu kita harus mencarinya ke mana?" tanya Bu Dona lagi.Saat itulah, Bu Dona yang selama ini dikenal keras kepala akhirnya menyadari sesuatu. Satu-satunya hal yang bisa mengembalikan semangat hidup Rayyanza adalah Luna dan anaknya. Rasa takut kehilangan putranya ka
last updateLast Updated : 2024-08-30
Read more

Bab 127

Dengan hati yang dipenuhi rasa sakit, Nikita memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka. Rasa bencinya terhadap keluarga Rayyanza telah membutakan nuraninya, membuatnya tak peduli dengan keadaan Rayyanza.Melihat situasi yang tidak menguntungkan, akhirnya Amanda mengajak Bu Dona untuk mundur. "Ayo, Ma, sebaiknya kita kembali ke rumah sakit."Bu Dona hanya bisa mengangguk pasrah, kesedihan terpancar jelas di wajahnya karena gagal membujuk Nikita. Keduanya melangkah keluar dari kafe dengan langkah berat, masuk ke dalam mobil yang terparkir di luar.Selama perjalanan kembali ke rumah sakit, Amanda melajukan mobil dengan hati-hati. Pikirannya terus berputar, mencoba mencari cara lain untuk menemukan Luna.Setibanya di rumah sakit, sebuah ide muncul di benak Amanda. Ia melangkah cepat menuju ruang informasi, berniat untuk melihat rekaman CCTV saat Bu Dona keluar meninggalkan ruangan rawat Rayyanza sebelumnya.Dengan alasan keamanan, pihak rumah sakit mengizinkan Amanda dan Bu Dona untuk ma
last updateLast Updated : 2024-08-31
Read more

Bab 128

Suasana di dalam ruangan rawat dipenuhi oleh haru. Air mata kebahagiaan mengalir di pipi Bu Dona dan Amanda, sementara Nikita berusaha menahan isakan yang tertahan di tenggorokannya. "Benarkah?" tanya Rayyanza dengan mata yang berbinar, seolah mendapatkan kembali cahaya kehidupan yang telah lama redup.Nikita mengangguk, air mata menetes di pipinya. "Iya, Kak Rayyan. Pokoknya, Kak Rayyan harus sehat.""Jadi, di mana mereka tinggal?""Mereka tinggal di sebuah desa terpencil di Sukabumi," terang Nikita."Desa terpencil? Pantas sulit sekali menemukannya," cetus Amanda."Mari kita pergi ke sana!" Rayyanza tiba-tiba terlihat sangat bersemangat, berusaha bangkit dari tempat tidurnya."Kak Rayyan sedang sakit, sebaiknya aku saja yang pergi," Nikita mencoba menahan."Tidak! Aku ingin ikut," Rayyanza bersikeras.Bu Dona ikut menimpali dengan nada khawatir, "Tapi Rayyan ... sebaiknya kamu pulihkan dulu kesehatanmu.""Aku akan sehat, Ma. Aku pasti kuat. Mulai sekarang aku akan makan dengan laha
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

Bab 129

Sekujur tubuh Rayyanza menegang ketika melihat sosok wanita yang sangat dikenalnya. "Sayang ...," gumamnya. Pria tampan itu segera melangkah menerobos kerumunan hiruk-pikuk pasar, diikuti oleh Bu Dona, Amanda, dan Nikita yang berjalan di belakangnya. Mereka tampak tergesa-gesa, seolah-olah tengah mengejar seseorang.Sementara itu, Luna sama sekali tidak menyadari kehadiran Rayyanza. Ia masih fokus melayani pembeli, tangannya menyodorkan kantong plastik hitam berisi ikan yang baru saja ditimbangnya, sembari menerima uang pembayaran. "Terima kasih," ucapnya ramah seraya tersenyum.Baru saja ia akan memasukkan uang hasil penjualannya ke dalam dompet, tiba-tiba terdengar suara yang sangat tidak asing lagi di telinganya. "Sayang ...?!"Luna menoleh dan terhenyak kaget, matanya melebar saat melihat Rayyanza berdiri di hadapannya. Namun, begitu melihat Bu Dona berada di belakang Rayyanza, Luna segera berbalik badan dan berlari kecil menjauhi mereka, ketakutan jika Bu Dona akan kembali menga
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Bab 130

Rayyan langsung melepaskan pelukannya saat menoleh ke arah pintu masuk. Luna dengan ramah mengajak Irwan untuk masuk, "Ayo, masuk, Mas."Irwan, pria desa yang telah menaruh hati pada Luna itu berdiri canggung di ambang pintu. "Maaf, sepertinya sedang ada pertemuan penting. Sebaiknya saya kembali lagi nanti," ucapnya, hendak melangkah pergi."Tunggu!" panggil Luna tiba-tiba. Irwan berhenti dan kembali menghadap Luna."Masuklah, Mas. Kenalkan, ini Ayah anak saya," kata Luna tanpa menyadari betapa menyakitkan kalimat itu bagi Irwan. Seketika, harapan yang baru saja muncul di mata Irwan langsung sirna, digantikan oleh kekecewaan yang ia coba sembunyikan.Irwan memaksakan senyum dan mengangguk, melangkah masuk mendekati Luna. Tangannya terulur, mengajak bersalaman pada Rayyanza. "Saya Irwan," ucapnya dengan suara yang ia usahakan agar tetap tenang.Rayyanza menatap Irwan dari atas hingga bawah. Kali ini, ia tidak merasa cemburu seperti pada Ryuki karena Irwan tidak semenarik Ryuki. Ayah A
last updateLast Updated : 2024-09-03
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status