Share

Bab 112

Penulis: Merisa storia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-09 22:17:37

Suasana basement apartemen yang biasanya sepi itu kini diliputi ketegangan. Amanda berdiri di sana, sosoknya gemetar menahan amarah dan kepedihan yang tak terbendung. Matanya yang berkaca-kaca menatap tajam pada dua orang yang selama ini ia percayai sepenuhnya.

"Apa kamu bilang?" suara Amanda bergetar. Bibirnya tersenyum menahan pedih.

Luna dan Rayyanza terpaku, seolah disambar petir di siang bolong. Jantung mereka berdegup kencang, seakan ingin melompat keluar dari dada. "Ma-manda?" Luna tergagap, dengan suara nyaris tak terdengar.

Rayyanza berdiri kaku. Amanda menatap tajam, matanya menyala-nyala penuh amarah. "Katakan sekali lagi, Rayyan!" teriaknya, suaranya memecah keheningan malam. "Apakah benar yang kamu katakan barusan, hah?!"

Mendengar teriakan Amanda, Arshaka tiba-tiba menangis kencang. Rayyanza, tak sanggup menjawab, ia malah sibuk mengayun-ayunkan Arshaka, berusaha untuk menenagkannya.

"Aku akan menjelaskannya di rumah."

Amanda mendengus kasar. "Jadi itu benar? Barusan aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Diasri
mantap,, part luar biasa
goodnovel comment avatar
Defi Andriani
lanjut lagi kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 113

    Mobil Amanda melaju perlahan meninggalkan basement, membawa serta kepingan hatinya yang telah hancur. Air matanya mengalir tanpa henti, membasahi wajahnya yang pucat pasi.Sementara itu, Rayyanza berdiri termangu, matanya tak lepas dari mobil Amanda yang menjauh. Dalam hatinya berkecamuk berbagai perasaan, "Apa yang akan terjadi selanjutnya, aku benar-benar sudah tidak peduli. Aku sangat mencintai Luna dan ini adalah konsekuensi yang harus aku terima," batinnya.Dengan perasaan tak menentu, Rayyanza memacu mobilnya menuju rumah sakit. Setibanya di sana, ia menemukan Luna dan Ryuki yang tengah duduk di kursi tunggu. Tanpa basa-basi, ia mengambil alih Arshaka dari gendongan Ryuki, menempelkan pipi mungilnya ke pipinya sendiri untuk mengecek suhu tubuh sang buah hati."Apa kata dokter?" tanya Rayyanza, suaranya penuh kekhawatiran."Hanya demam biasa," jawab Ryuki singkat. "Kamu sudah datang, sebaiknya aku pergi."Namun baru beberapa langkah, Ryuki berhenti dan kembali menghampiri Rayyanz

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-11
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 114

    "Tenangkan dirimu, Manda. Bercerai bukan hal yang sesederhana itu," ujarnya dengan nada lembut namun tegas.Amanda, dengan mata yang masih berkaca-kaca, menatap mertuanya dengan pandangan terluka. "Tapi, Ma ... untuk apa dipertahankan jika sudah jelas Rayyan mencintai wanita lain? Terlebih, wanita itu sahabatku sendiri." Suaranya bergetar, air mata kembali menggenang di pelupuk matanya.Bu Dona, masih berusaha mengendalikan situasi, berpaling pada putranya dengan tatapan tajam. "Rayyan ... pokoknya Mama tidak mau tahu. Tinggalkan wanita itu dan jangan pernah menemuinya lagi!" ucapnya penuh penekanan."Tidak, Ma! Aku tidak bisa melepasnya. Aku sangat mencintainya." Kata-kata itu meluncur dari bibirnya tanpa ragu, menghantam Amanda bagai ribuan jarum yang menusuk jantungnya.Dada Amanda terasa sesak mendengarnya. Ia merasa dunianya runtuh dalam sekejap, cintanya diremukkan tanpa belas kasihan.Bu Dona, yang kini dipenuhi amarah dan kekecewaan, membentak putranya. "Kamu ini bagaimana? Li

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-13
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 115

    Luna terbelalak melihat wanita paruh baya yang berdiri di depannya. "Bu Dona?" serunya dengan suara bergetar.Bu Dona melangkah mendekat, tatapannya penuh kemarahan. la melirik bayi yang berada dalam gendongan Luna dengan pandangan tajam. Tanpa ragu, ia menjentikkan jarinya, memanggil dua pria berbadan tegap yang berdiri di belakangnya. "Ambil!" perintahnya tegas."Baik, Bu!" sahut salah satu pria itu, lalu tanpa basa-basi ia merenggut Arshaka dari pelukan Luna.Luna berusaha mempertahankan bayinya. Namun kekuatan pria itu terlalu besar. Dengan kasar, ia merampas Arshaka, membuat bayi itu menangis keras. Luna berteriak histeris saat melihat Arshaka berpindah ke dalam gendongan pria tersebut.Dengan tangan gemetar, Sus Runi mencoba menghubungi Rayyanza. Namun, belum sempat tangannya mencari kontak Rayyanza, pria yang satunya lagi sudah merebut ponselnya.Bu Dona sama sekali tidak memedulikan tangisan Arshaka dan Luna. Meskipun bayi itu adalah cucunya, darah dagingnya sendiri, kebencian

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 116

    Rayyanza membuka pintu apartemen dengan perasaan sedikit gelisah. "Sayang ...?" panggilnya beberapa kali, suaranya menggema dalam keheningan.Ketika tak ada jawaban, ia melangkah masuk ke kamar Luna, hatinya mencelos melihat meja rias yang biasanya dipenuhi barang-barang kini kosong melompong.Dengan tangan bergetar, Rayyanza membuka lemari pakaian. Nafasnya tercekat mendapati isinya lenyap, seolah-olah Luna tak pernah ada di sana. Panik mulai menguasainya. Ia bergegas keluar, berniat mencari Sus Runi untuk meminta penjelasan.Namun, baru saja ia hendak keluar kamar, sosok Sus Runi sudah berdiri di ambang pintu. Wajah wanita pengasuh Arshaka itu pucat pasi, sorot matanya menyiratkan ketakutan yang dalam."Ada apa ini, Sus?" tanya Rayyanza.Sus Runi tergagap, "Ma-maaf, Pak. Saya tidak tahu."Rayyanza melongok ke dalam kamar Arshaka, putranya. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat melihat box bayi dan lemari yang juga kosong. "Ke mana Ibu dan Arshaka?" desaknya dengan raut cemas.Sus

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 117

    Saat Rayyanza hendak meninggalkan kafe, matanya menangkap sosok Nikita yang sedang berjalan di dekat sana. Nikita, yang menyadari kehadiran Rayyanza, segera memalingkan wajah dan berusaha menghindar. Namun, Rayyanza dengan cepat mengejarnya dan menahannya."Katakan, di mana Luna?" tanya Rayyanza."Aku tidak tahu!" jawab Nikita tegas."Tidak mungkin kamu tidak mengetahuinya. Ayo katakan di mana Luna?" Rayyanza semakin mendesak."Aku tidak tahu! Dia pergi tidak bilang akan ke mana." "Kamu pasti berbohong. Aku mohon beritahu di mana Luna berada?!" Rayyanza mulai frustasi."Aku benar-benar tidak tahu, Kak! Dia bilang akan pergi menenangkan diri, menjauh dari Kak Rayyan, terutama dari Ibu Kak Rayyan," ucap Nikita seraya mendelik, menunjukkan ketidaksukaannya.Rayyanza mendaratkan kedua tangannya di bahu Nikita. "Lihat aku, Nik. Tolonglah aku sekali ini saja, aku harus bertemu dengan Luna dan Arshaka."Nikita menghempaskan tangan Rayyanza. "Sudah kubilang aku tidak tahu! Berhenti menggangg

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 118

    Luna menyantap nasi goreng buatan Bu Endah dengan lahap, merasakan kehangatan makanan rumahan yang sudah lama tidak ia nikmati. Setiap suapan seolah mengisi tidak hanya perutnya yang lapar, tetapi juga hatinya yang merindukan rasa 'rumah'. Setelah menghabiskan sarapannya, Luna kembali ke rutinitas membersihkan rumah. Ia mengibas-ngibas sofa tua menggunakan sapu lidi, mengusir debu yang telah lama bersemayam. Tangannya dengan telaten mengelap meja, jendela, dan berbagai perabotan peninggalan sang nenek. Suara ketukan lembut di pintu mengalihkan perhatian Luna. Ia menoleh ke arah pintu yang tidak tertutup rapat dan melihat sosok Bu Endah berdiri di ambang pintu. "Bu Endah," sapa Luna ramah. "Silakan masuk." Bu Endah melangkah masuk, matanya menyapu ruangan yang kini terlihat lebih bersih. "Arshaka tidur?" tanyanya lembut. "Iya, Bu. Di kamar," jawab Luna, tersenyum kecil. Bu Endah terdiam sejenak, matanya terus memandangi Luna. Akhirnya, dengan hati-hati ia bertanya, "Ayah Ars

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 119

    Sebelum fajar menyingsing, suara alarm memecah kesunyian kamar yang tidak terlalu luas. Luna, membuka mata perlahan, tangannya meraba-raba mencari ponsel di sampingnya. Layar berpendar redup menunjukkan pukul setengah empat pagi.Luna bangkit dari tidurnya. Hari ini ia akan menemani Bu Endah berjualan ikan segar di pasar. Tanpa membuang waktu, ia bergegas masuk ke kamar mandi. Air payau menyentuh kulitnya, terasa hangat berkat iklim pantai yang panas. Usai bersiap, Luna mengemas perlengkapan Arshaka dengan teliti - dua setel pakaian, popok cadangan, termos air, dan persediaan susu. Semua masuk ke dalam ransel yang akan ia bawa. Arshaka masih terlelap, wajahnya damai bagai malaikat kecil. Dengan hati-hati Luna membalut tubuh mungil itu dengan selimut, kaus kaki, dan topi untuk melindunginya dari dinginnya udara pagi.Pintu rumah berdecit pelan saat Luna melangkah keluar. Langit masih tampak gelap gulita, bahkan azan subuh pun belum berkumandang. Ia melangkahkan kaki menuju rumah Bu En

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 120

    Siang itu, keheningan rumah keluarga Rayyanza terpecah oleh jeritan Bu Dona yang memilukan. Di dalam kamar yang luas, wanita paruh baya itu menemukan putranya terbaring tak sadarkan diri di atas lantai dingin. Jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat tubuh Rayyanza yang tergeletak lemah."Rayyan, bangun!" teriak Bu Dona, air mata tumpah di pipinya. dengan tangan yang gemetar, Bu Dona menggoyang-goyangkan tubuh Rayyanza agar terbangun. Namun, tidak ada respon sedikitpun dari Rayyanza. "Segera telepon ambulans!" teriak Bu Dona entah pada siapa.Sementara itu, ayah Rayyanza berusaha tetap tenang. Ia meraih ponselnya dan segera menghubungi layanan darurat. Pria bertubuh kekar kemudian mengangkat tubuh Rayyanza yang terkulai lemas, memindahkannya ke atas kasur dengan hati-hati.Bu Dona terus mencoba membangunkan Rayyanza, jemarinya yang lembut menyentuh wajah Rayyanza yang pucat. Tubuhnya masih terasa hangat, tetapi denyut nadinya begitu lemah. Tangis Bu Dona semakin pecah. "Menga

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19

Bab terbaru

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 134

    Dua minggu berlalu dengan cepat. Malam itu, Amanda menginap di apartemen Luna, berniat menemani sahabatnya sebelum melepas masa lajang. "Kapan kamu dan Ryuki akan menyusul kami?" tanya Luna pada Amanda, penuh keingintahuan.Amanda tersenyum lembut, tangannya dengan lembut menyisir rambut panjang Luna. "Doakan saja, semoga kami cepat menyusul kalian."Luna melirik jam yang menggantung di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. "Apa kamu tidak mengantuk?" tanyanya pada Amanda."Aku belum mengantuk," balas Amanda. "Besok kamu akan menikah, sebaiknya kamu tidur agar wajahmu fresh."Luna menggeleng pelan. "Aku juga tidak bisa tidur."Amanda tersenyum maklum. "Kalau begitu, bagaimana jika kita paksakan untuk tidur?" usulnya, lalu mematikan lampu kamar. Ia memeluk tubuh Luna dengan lembut. "Sini biar aku peluk.""Lepas, Manda, geli!" Luna meronta, tawanya terdengar dalam kegelapan.Amanda tertawa kecil. "Apa kamu ingat, dulu ketika kuliah, kita sering tidur bersama seperti ini."Lu

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 133

    Malam berganti pagi. Sinar mentari yang hangat mulai merayap masuk melalui celah-celah tirai, membangunkan Luna dari tidur lelapnya. Ia mengerjapkan mata, berusaha memfokuskan pandangan. Seketika, ia terkesiap mendapati dirinya berada dalam pelukan Rayyanza. Kehangatan tubuh pria itu membuatnya nyaman, tetapi juga membuat jantungnya berdegup kencang.Pergerakan Luna rupanya cukup untuk membangunkan Rayyanza. Pria itu menggeliat pelan, tangannya masih melingkar di pinggang Luna. Di samping Rayyanza, terdengar ocehan riang Arshaka yang sudah terjaga."Ah, anak mama sudah bangun?" kata Luna, menoleh pada putranya dengan senyum lembut.Rayyanza, masih setengah tertidur, dengan gerakan manja menyembunyikan wajahnya di perut Luna. "Aku masih ngantuk, Sayang," rengeknya."Lagi pula, siapa yang membangunkanmu? Aku mengajak bicara Arshaka," ujarnya. "Jika masih ngantuk, tidur lagi saja."Mata Luna melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 07.00 pagi. Perlahan, ia beranjak dari tempat tidur,

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 132

    Malam itu, setelah perjalanan yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di basement apartemen. Luna turun dari mobil dengan hati-hati, kakinya yang masih terpincang membuatnya sedikit kesulitan. Ia berdiri sejenak, mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang remang-remang itu. Tanpa bisa dicegah, ingatannya melayang ke malam yang kelam, malam di mana persahabatannya dengan Amanda hancur berkeping-keping. Namun, kini segalanya telah berubah. Luna merasa sangat bersyukur, menyadari bahwa pada akhirnya, semuanya baik-baik saja.Mereka melangkah bersama-sama menuju lift. Ruangan berdinding besi itu membawa mereka naik ke lantai sepuluh dalam keheningan yang nyaman. Setibanya di depan pintu apartemen, Amanda tiba-tiba berpamitan, suaranya terdengar sedikit gugup."Maaf, aku tidak bisa lama. Aku sudah ada janji dengan seseorang," ujarnya.Semua mata tertuju pada Amanda, dan Luna pun tak bisa menahan rasa penasarannya. "Mau ke mana malam-malam begini?" tanyanya, dengan alis yang terangk

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 131

    Siang menjelang sore, suasana di rumah mendiang nenek Luna terasa hangat. Bu Dona masih terus mengajak main Arshaka yang mulai mengoceh. Bayi itu juga sering melebarkan senyum, membuat ingatan Bu Dona kembali ke masa Rayyanza masih bayi."Mengapa kamu mirip sekali dengan papamu, Nak?" cetusnya, memandangi wajah polos Arshaka.Luna baru saja keluar dari kamar mandi, dengan balutan handuk, ia melangkah terpincang-pincang hendak masuk ke kamar. Rayyanza yang saat itu tengah berdiri di antara ruang tamu dan ruang tengah menoleh ke arah Luna, kemudian melangkah mendekatinya. "Sudah selesai mandinya, Sayang?" tanyanya seraya memegangi tangan Luna agar tidak jatuh.Wanita yang hanya berbalut handuk itu merasa malu dan risih. "Sudah, sana! Aku bisa sendiri.""Aku hanya ingin membantumu berjalan," Rayyanza bersikeras."Tapi aku malu!" protes Luna."Malu?" Rayyanza tertawa. "Mengapa malu? Bahkan aku pernah melihatmu tanpa sehelai kain.""Sudah hentikan, Rayyan! Itu tidak lucu sama sekali!" Lun

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 130

    Rayyan langsung melepaskan pelukannya saat menoleh ke arah pintu masuk. Luna dengan ramah mengajak Irwan untuk masuk, "Ayo, masuk, Mas."Irwan, pria desa yang telah menaruh hati pada Luna itu berdiri canggung di ambang pintu. "Maaf, sepertinya sedang ada pertemuan penting. Sebaiknya saya kembali lagi nanti," ucapnya, hendak melangkah pergi."Tunggu!" panggil Luna tiba-tiba. Irwan berhenti dan kembali menghadap Luna."Masuklah, Mas. Kenalkan, ini Ayah anak saya," kata Luna tanpa menyadari betapa menyakitkan kalimat itu bagi Irwan. Seketika, harapan yang baru saja muncul di mata Irwan langsung sirna, digantikan oleh kekecewaan yang ia coba sembunyikan.Irwan memaksakan senyum dan mengangguk, melangkah masuk mendekati Luna. Tangannya terulur, mengajak bersalaman pada Rayyanza. "Saya Irwan," ucapnya dengan suara yang ia usahakan agar tetap tenang.Rayyanza menatap Irwan dari atas hingga bawah. Kali ini, ia tidak merasa cemburu seperti pada Ryuki karena Irwan tidak semenarik Ryuki. Ayah A

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 129

    Sekujur tubuh Rayyanza menegang ketika melihat sosok wanita yang sangat dikenalnya. "Sayang ...," gumamnya. Pria tampan itu segera melangkah menerobos kerumunan hiruk-pikuk pasar, diikuti oleh Bu Dona, Amanda, dan Nikita yang berjalan di belakangnya. Mereka tampak tergesa-gesa, seolah-olah tengah mengejar seseorang.Sementara itu, Luna sama sekali tidak menyadari kehadiran Rayyanza. Ia masih fokus melayani pembeli, tangannya menyodorkan kantong plastik hitam berisi ikan yang baru saja ditimbangnya, sembari menerima uang pembayaran. "Terima kasih," ucapnya ramah seraya tersenyum.Baru saja ia akan memasukkan uang hasil penjualannya ke dalam dompet, tiba-tiba terdengar suara yang sangat tidak asing lagi di telinganya. "Sayang ...?!"Luna menoleh dan terhenyak kaget, matanya melebar saat melihat Rayyanza berdiri di hadapannya. Namun, begitu melihat Bu Dona berada di belakang Rayyanza, Luna segera berbalik badan dan berlari kecil menjauhi mereka, ketakutan jika Bu Dona akan kembali menga

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 128

    Suasana di dalam ruangan rawat dipenuhi oleh haru. Air mata kebahagiaan mengalir di pipi Bu Dona dan Amanda, sementara Nikita berusaha menahan isakan yang tertahan di tenggorokannya. "Benarkah?" tanya Rayyanza dengan mata yang berbinar, seolah mendapatkan kembali cahaya kehidupan yang telah lama redup.Nikita mengangguk, air mata menetes di pipinya. "Iya, Kak Rayyan. Pokoknya, Kak Rayyan harus sehat.""Jadi, di mana mereka tinggal?""Mereka tinggal di sebuah desa terpencil di Sukabumi," terang Nikita."Desa terpencil? Pantas sulit sekali menemukannya," cetus Amanda."Mari kita pergi ke sana!" Rayyanza tiba-tiba terlihat sangat bersemangat, berusaha bangkit dari tempat tidurnya."Kak Rayyan sedang sakit, sebaiknya aku saja yang pergi," Nikita mencoba menahan."Tidak! Aku ingin ikut," Rayyanza bersikeras.Bu Dona ikut menimpali dengan nada khawatir, "Tapi Rayyan ... sebaiknya kamu pulihkan dulu kesehatanmu.""Aku akan sehat, Ma. Aku pasti kuat. Mulai sekarang aku akan makan dengan laha

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 127

    Dengan hati yang dipenuhi rasa sakit, Nikita memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka. Rasa bencinya terhadap keluarga Rayyanza telah membutakan nuraninya, membuatnya tak peduli dengan keadaan Rayyanza.Melihat situasi yang tidak menguntungkan, akhirnya Amanda mengajak Bu Dona untuk mundur. "Ayo, Ma, sebaiknya kita kembali ke rumah sakit."Bu Dona hanya bisa mengangguk pasrah, kesedihan terpancar jelas di wajahnya karena gagal membujuk Nikita. Keduanya melangkah keluar dari kafe dengan langkah berat, masuk ke dalam mobil yang terparkir di luar.Selama perjalanan kembali ke rumah sakit, Amanda melajukan mobil dengan hati-hati. Pikirannya terus berputar, mencoba mencari cara lain untuk menemukan Luna.Setibanya di rumah sakit, sebuah ide muncul di benak Amanda. Ia melangkah cepat menuju ruang informasi, berniat untuk melihat rekaman CCTV saat Bu Dona keluar meninggalkan ruangan rawat Rayyanza sebelumnya.Dengan alasan keamanan, pihak rumah sakit mengizinkan Amanda dan Bu Dona untuk ma

  • Ayah Anakku Suami Sahabatku   Bab 126

    Suasana di ruangan VVIP rumah sakit terasa begitu memilukan. Rayyanza, terbaring lemah di ranjangnya, menatap nanar ke arah Bu Dona. Matanya menyiratkan harapan yang begitu rapuh ketika ia bertanya dengan suara lirih, "Benar, Ma? Mama akan mengizinkan aku untuk bertemu dengan Luna dan juga anakku?"Bu Dona hanya bisa mengangguk, tak sanggup berkata-kata. Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya menetes. Ia kemudian berbalik badan dan melangkah keluar ruangan, diikuti oleh Amanda.Di luar kamar, Bu Dona langsung menghadap Amanda. "Di mana wanita itu tinggal?" tanyanya.Amanda menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Ma. Kemarin aku sudah berusaha mencari Luna, tetapi tidak diketahui keberadaannya," jelasnya dengan wajah sedih."Lalu kita harus mencarinya ke mana?" tanya Bu Dona lagi.Saat itulah, Bu Dona yang selama ini dikenal keras kepala akhirnya menyadari sesuatu. Satu-satunya hal yang bisa mengembalikan semangat hidup Rayyanza adalah Luna dan anaknya. Rasa takut kehilangan putranya ka

DMCA.com Protection Status