All Chapters of Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir: Chapter 71 - Chapter 80

84 Chapters

71. Berdebat

**“Sial, hampir saja ketahuan. Gimana bisa sih, William tahu kita ada di mana? Jangan-jangan dia pakai pelacak lagi.”Rachel mendesis kepada pria di sampingnya yang sedari tadi tak henti-henti memaki. Pandangan tajamnya membuat pria tampan itu terpaksa menutup mulut.“Kamu nggak hati-hati, Rachel. Coba periksa ponselmu, apakah ada aplikasi pelacak di sana.”“Apa kamu lupa William itu siapa, Abian?” tukas Rachel tak kalah kesal. “Pelacak dia hidup dan tersebar di manapun dia inginkan. Bahkan mungkin saat ini mata-matanya sedang menguntit kita berdua.”Pria bernama Abian itu sekali lagi mengumpat, sebelum ia beranjak mendekati jendela besar di seberang ruangan. Abian mencoba menengok keluar jendela itu untuk memeriksa apakah ada seseorang yang mencurigakan di luar sana. Agak konyol, sebab kedua insan itu saat ini sedang berada di ketinggian lantai sembilan sebuah hotel megah.“Rachel, memangnya sampai kapan kita akan seperti ini?” Abian bertanya sembari membalikkan badan dari tepi jend
Read more

72. Anxiety

**Rachel tidak mau turun dan berniat menginjak pedal gas untuk melanjutkan perjalanan saja. Namun setitik hati nurani yang ternyata masih tersisa di sudut hatinya itu memaksanya untuk tetap tinggal. Lagipula ketika ia mengintip melalui kaca spion, sepertinya seseorang yang ia serempet tadi tidak bangkit, berdiri atau menghampirinya.“Apakah separah itu sampai dia nggak bisa bangun? Tapi mobilku hanya menyenggolnya saja, kok! Astaga, sialan sekali sih!”Meski mengomel dan agak panik, wanita itu akhirnya turun dari sedan hitamnya. Ia melangkah pelan-pelan ke arah belakang mobil untuk memeriksa apa yang terjadi.Sampai akhirnya lagi-lagi kenyataan tak menyenangkan menyerangnya seperti anak panah beracun.“Mbak Rachel?” Perempuan yang Rachel serempet itu berdiri setelah mengibaskan debu yang mengotori bajunya. Benar, ia sempat jatuh tersungkur di tepi jalanan sepi.“B-Binar?” sebut Rachel dengan suara bergetar. Seribu kutukan ia lontarkan dalam hati. Mengapa dari sekian juta manusia yang
Read more

73. Bertepuk Sebelah Tangan

**“Aku ketemu sama Mbak Rachel … dia … dia–” Binar menggigit bibirnya yang bergetar untuk menahan tangis yang sepertinya akan kembali meledak“It’s okay, it’s okay. Jangan khawatir, itu hanya Rachel. Dia nggak akan bisa melakukan apapun sama kamu. Kamu sudah di rumah, jadi kamu aman sekarang. Jangan takut, oke?”“Gi-gimana ka-kalau dia datang … dan … dan bawa Noah?”“No, no. Never gonna happen, Binar. Ada aku di sini. Nggak akan ada seorang pun yang bisa memisahkan kamu sama Noah, percaya sama aku.”Bahu kecil yang gemetaran itu perlahan mulai tenang. Gio mengusap-usapnya dengan lembut dan penuh perhatian. Senyumnya merekah menenangkan.Rasa sesak dalam dada Binar perlahan seperti melonggar. Ia menghela napas berkali-kali untuk menghilangkan rasa tremor yang menjalari seluruh tubuh.“Terima kasih, Mas Gi,” tutur perempuan dua puluh tujuh tahun itu, lirih. “Maaf aku selalu merepotkan kamu dengan hal-hal seperti ini.”“Aku nggak pernah menganggapnya merepotkan, Binar. Karena–”“Aku aka
Read more

74. Abian

**“Perempuan brengsek itu–”Rachel memukul setir mobilnya keras-keras. Dadanya naik turun, menahan amarah. “Sialan! Gimana bisa dia bisa muncul lagi setelah dua tahun lamanya? Aku pikir dia sudah mati!”Kedua bola mata Rachel membeliak, rasa panik merambati seluruh tubuhnya saat ia teringat kata-kata yang telah ia lontarkan kepada Binar tadi. Tentang putra perempuan itu.“Ba-bagaimana kalau sampai William ketemu lagi sama perempuan itu dan anaknya? Bagaimana kalau sampai William tahu kalau ia berhasil memiliki anak kandung dari perempuan itu?”Rachel meremas-remas setir mobilnya dengan telapak tangan yang basah. Sibuk memutar otak dan mencari cara untuk menjauhkan kemungkinan yang ia pikirkan saat itu. Namun hingga beberapa saat lamanya ia diam di dalam mobilnya yang terparkir di tepi jalan, tak satu pun ide terlintas dalam benaknya.“Sial! Bagaimana ini? Satu masalah belum selesai, ada masalah baru lagi! Sial!”Rachel kemudian sudah hampir menginjak pedal gas mobilnya dan bermaksud
Read more

75. Kebenaran Singkat

**William menuruti perkataan ibunya. Ia mengabaikan Rachel, kendati para bawahannya silih berganti melaporkan perbuatan wanita itu setiap hari sekarang. William tidak ingin mengurusi hal itu dulu. Biarlah Rachel lakukan apa yang ia mau. William akan berpura-pura bodoh saja dulu.“Sepertinya hubungan itu sudah terjalin lama, Tuan. Kenapa anda baru memerintahkan kepada kami untuk menyelidiki apa yang terjadi akhir-akhir ini? Mengapa tidak dari dulu-dulu saja?”William juga mengabaikan protes para bawahannya yang setia. Entah bagaimana selama ini sama sekali tidak pernah terpikir dalam benak sang presdir mengenai hal tersebut. Ia mempercayai Rachel sepenuh hati. Tidak sedikitpun William pernah mengira bahwa sang istri akan mengkhianatinya seperti itu.Lebih daripada itu, William lebih memilih satu hal lain yang jauh lebih penting sekarang ini.Saat ini.Pria itu sedang duduk di dalam kabin mobilnya, di parkiran rumah sakit yang masih sepi. Tentu saja masih sepi, sebab hari masih cukup p
Read more

76. Gotcha!

**Di mana Binar berada saat ini?William sungguh buntu. Sampai ia sama sekali lupa bahwa dirinya adalah bos besar yang memiliki puluhan bawahan setia. Sama sekali lupa bahwa ia hanya perlu memerintahkan satu atau dua anak buahnya untuk mencari sosok yang kini begitu ia dambakan itu.Sang presdir berakhir hanya termangu di atas kursi kerjanya di dalam kantor. Menatap hampa kepada city view yang menghampar di depan dinding kaca ruangannya. Barulah ia bergeming saat seorang bawahannya mengirim foto Rachel bersama pria yang waktu itu ia temui di restoran hotel.Dalam foto itu, Rachel dan si pria seperti sedang memasuki ruangan poli obgyn di rumah sakit. Tag pada pintu ruangannya terlihat jelas dalam foto.“Sial.” Hanya mengumpat pelan sekalipun kepalanya seperti dihantam dengan palu. “Aku tidak bisa membiarkanmu terus menginjak-injak harga diriku seperti sekarang ini, Rachel! Aku sudah cukup bersabar dengan kelakuan busukmu! Apa yang kau lakukan bersama pria itu di dokter kandungan?”Ia
Read more

77. Hujan

**William tidak peduli kalaupun pria itu akan mati. Ia menanggalkan semua identitas CEO Diamond Group yang tenang dan terhormat saat ini. Akal sehatnya padam tersulut oleh bara api amarah yang membakar kesadarannya. Dengan brutal pria itu menghajar Abian hingga yang bersangkutan tidak lagi bisa berkutik. Tersungkur berdarah-darah di sudut ruangan.Sementara sosok yang membuat keributan itu terjadi, hanya bisa berteriak-teriak demi mencegah suaminya bertindak lebih jauh. “Willy! Please berhenti! Dia bisa mati, Wil! Please–”“Hanya karena kamu perempuan, aku nggak melakukan hal yang sama denganmu, Rachel! Jadi sebaiknya kamu diam!”“Willy, please Wil!”William baru berhenti setelah Abian tidak lagi bergerak, entah pingsan atau mati. Pria itu berpaling dengan membawa raut keruh, meninggalkan Rachel tanpa sepatah pun kata lagi. Sama sekali tidak peduli jika barangkali Abian akan melaporkannya ke kepolisian nanti, meskipun jika memang hal itu benar terjadi, tidak akan berpengaruh apa-apa
Read more

78. Heartache

**William pulang ke mansionnya di pinggir kota, tempat di mana ia melangsungkan pernikahan dengan Binar, hampir tiga tahun yang lalu. Setelah membersihkan tubuhnya yang basah kuyup kehujanan, pria itu lantas duduk termangu di atas ranjang sembari memandangi payung hitam yang ia letakkan di balkon luar kamar. Tatapannya nyalang dan penuh sesal.“Aku tahu itu kamu, Binar,” bisiknya tanpa beranjak. “Siapa lagi memangnya yang bisa sepeduli itu kepadaku? Aku yakin, itu pasti kamu.”Rasa sesak benar-benar memenuhi hati sang tuan. Membayangkan beberapa saat yang lalu, ia berada begitu dekat dengan sosok yang sedang ia cari-cari, namun sayang sekali ia tidak bisa melihat keberadaannya.“Sepertinya besok aku harus kembali lagi ke tempat itu, aku yakin Binar tinggal di sekitar sana.” Pria rupawan itu mengangguk mantap. Sekali lagi ia layangkan pandang kepada payung hitamnya yang tergeletak di luar balkon. Tanpa ia sadari, sesungging senyum tersemat pada bibirnya.Malam ini William memutuskan
Read more

79. Rencana Pergi

**William berdecak kesal. Ia baru saja memasuki kabin mobilnya dan hendak menuju taman sepi yang kemarin untuk kembali mencari jejak Binar. Siapa tahu saja ia akan menemukan petunjuk terkait keberadaan perempuan yang dicintainya itu di sana. William yakin sekali, Binar tinggal di sekitar sana. Namun kemudian chat yang baru saja masuk ke kotak pesan ponselnya membuat langkah pria itu urung. Ia tercenung di balik kemudi dengan alis bertaut dan pandangan mata mengeras.Itu adalah pesan dari bawahan kepercayaannya yang ia tugaskan mencari informasi tentang Rachel.“Dokter Alex,” desisnya, membaca kalimat virtual pada layar ponsel. “Rumah sakitnya nggak jauh dari sini. Oke, aku akan datang ke sana dan menemui dokter ini secara langsung. Kira-kira, apakah Rachel juga sudah menyuap dokter ini supaya tutup mulut atau tidak?”Setelah menimbang-nimbang, William memutuskan pergi ke rumah sakit lebih dahulu, daripada duduk melamun di taman yang sepi kemarin. Tak mengapa, setelah urusannya selesa
Read more

80. Kenyataan Pahit

**“Premature Ovarian Failure.”Kata-kata asing itu terngiang-ngiang dalam benak William. Merebut telak semua fokusnya hingga ia terpaksa harus menghentikan mobilnya di tepi jalan daripada gagal mengemudi dan malah terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan.William menghela napas berat sementara memijit pelipisnya yang berkedut. Teringat kembali kata-kata Dokter Alex yang sempat bertemu muka dengannya beberapa saat yang lalu.“Nona Rachel mengalami Premature Ovarian Failure atau kegagalan fungsi rahim. Dengan kata lain, rahimnya sudah cacat sehingga hampir tidak mungkin beliau bisa mengandung.”Sang presdir tercekat mendengar itu. “Ap-apa yang menyebabkannya seperti itu, Dok? Apakah mungkin bawaan lahir atau bagaimana?”William sudah hampir jatuh kasihan. Ia membayangkan sudah memaksa Rachel berobat macam-macam selama ini tanpa tahu bagaimana kondisi aslinya. Namun apa yang Dokter Alex katakan selanjutnya, membuat dunia William hancur lebur seketika.“Sebenarnya, POF ini terjadi karena b
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status