All Chapters of Istri Kedua: Melahirkan Putra sang Presdir: Chapter 41 - Chapter 50

84 Chapters

41. An Accident

***Binar tetap saja tidak bisa tenang.Ia sudah meminta secangkir teh chamomile kepada maid dapur, tapi itu tidak berguna. Tetap saja, pikiran-pikiran buruk itu masih mengganggu benaknya hingga ia sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Padahal tubuhnya terasa lelah sekali.Saat ini, hari sudah beranjak malam. Beberapa saat yang lalu, Binar sempat mendengar suara mobil Rachel keluar dari garasi rumah, dan hingga kini belum kembali. Perempuan itu galau memutuskan haruskah menyusul William yang berada di lantai atas untuk memastikan keadaannya, ataukah menunggu pria itu turun saja.Tapi ini sudah berjam-jam dan William tidak turun juga. Binar benar-benar takut sesuatu terjadi kepada suaminya itu.“Apakah Tuan William tidur? Tapi dia kan nggak pernah tidur pada jam-jam segini. Apakah ada sesuatu yang buruk terjadi antara dia sama Mbak Rachel tadi? Apakah mereka bertengkar?”Binar khawatir sekali. Ia mondar-mandir di dalam kamarnya, sekali lagi bingung memutuskan apakah ia harus menemui
Read more

42. UGD

**William sedang berada di tengah-tengah anak tangga ketika ponsel dalam saku celananya berdering nyaring. Sebelumnya, ia hendak mengajak Binar makan malam bersama. Namun gangguan dari suara ponsel itu membuat langkahnya terpaksa terhenti.Ketika pria itu mengangkat panggilan masuk dari nomor tidak dikenal tersebut, kerutan halus mendadak menghiasi keningnya.“Apakah saya sedang berbicara dengan Tuan William Aarav?” Suara di seberang sana kedengaran formal. Mendadak saja perasaan William menjadi tidak nyaman karenanya.“Ya, saya sendiri. Dengan siapa saya berbicara?”“Tuan William, kami dari kepolisian resort kota.”Mendadak mencelos rasa hati William setelah mendengar hal tersebut. Selama beberapa saat ia hanya bisa tertegun di tengah anak tangga. Hingga kemudian saat ia sudah menemukan suaranya kembali, ia mendengar suaranya sendiri bertanya kepada seseorang di seberang yang mengaku dirinya polisi itu.“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”“Tuan William, istri anda kecelakaan di daerah
Read more

43 Di Antara Dua

**“Dokter!” William segera menyambut pria berjas putih yang masih berdiri di ambang pintu itu. Wajahnya cemas sekali. Ia berusaha mengintip ke dalam ruang UGD, namun sang dokter buru-buru menutup pintunya. “Apakah istri saya baik-baik saja, Dokter?”“Jadi anda suaminya?” Pria paruh baya itu menyipitkan mata, memandang William dengan raut tertarik. “Tuan William Aarav?”“Ya, saya.”“Istri anda hampir tidak bisa diselamatkan, Tuan.”William terhenyak kaget, pun Binar dan komandan kepolisian yang menyimak dari belakang.“Dokter, anda jangan bercanda!” Sang komandan kini turut merangsek maju sebab merasa ucapan dokter agak aneh. “Saya yang mengawal Nona Rachel sampai masuk ke ruang UGD. Beliau baik-baik saja tadi! Anda jangan membuat diagnosis palsu yang hanya akan memperkeruh keadaan, Dokter!”“Pak, tolong tenang–”“Dokter ini mengada-ada!”“Apakah anda tahu apa yang terjadi kepada pasien hanya dengan bermodalkan melihatnya saja? Apakah anda ini cenayang atau semacam itu?”Sang komandan
Read more

44. Sebentar Saja

**Rachel memicingkan mata ke arah pintu ruang rawatnya yang baru saja tertutup. Ia mendesis, lantas mengusap air mata yang masih menyisakan jejak basah pada kedua pipinya.“Memuakkan,” sebutnya lirih. Ia berdecih, memalingkan wajah kemudian. “Aku nggak tahu kenapa harus melakukan ini hanya untuk mengemis perhatianmu, Willy. Sungguh, ini sangat memuakkan.”Perempuan cantik itu meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas, di samping brankarnya. Kemudian membuka aplikasi mobile banking dengan bibir masih menggerutu pula.“Begitu saja aku harus membayar sampai berjuta-juta rupiah. Dasar dokter gadungan! Anak balita saja tahu kalau aktingmu payah! Sialan!”Tidak lama kemudian, ponsel Rachel berdering. Ia kembali berdecak muak, namun tetap mengangkat panggilan masuk itu.“Sudah aku transfer ke rekeningmu! Jumlahnya aku kurangi karena aktingmu payah sekali! Mereka semua hampir nggak percaya kalau aku terluka parah!”“Ini tidak sesuai kesepakatan–”“Persetan kesepakatan! Kerjamu mengecewakan
Read more

45. Terlanjur Tahu

**Binar tercekat. Tubuhnya terasa membeku dalam pelukan pria yang sudah mengambil hatinya itu. Ia ingin menyudahi semua ini dan mendorong William menjauh darinya. Namun yang terjadi adalah, tangannya justru bergerak memeluk balik pria itu.“Maafkan aku ….” William berbisik lirih dari balik bahu Binar.“Untuk apa anda minta maaf? Nggak ada yang salah di sini.”“Aku tetap harus minta maaf.” William mengeratkan pelukannya. Ia memejamkan mata sembari menghirup wangi tubuh yang belakangan seperti candu baginya itu.Selama beberapa saat keduanya tetap pada posisi demikian. Sama-sama tidak rela mengakhiri dekapan hangat itu, namun tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mempertahankannya.“Sebaiknya anda pergi.” Binar akhirnya melepaskan diri seraya mendorong pelan dada William. “Mbak Rachel sendirian di rumah sakit, Tuan. Kasihan dia.”“Hm ….” William mengangguk kaku. “Apakah kamu baik-baik saja?”“Saya sangat baik-baik saja. Mbak Rachel yang harus Tuan khawatirkan, bukan saya. Sudah, anda
Read more

46. Rencana

**“Mas Gio kenapa tertawa? Memangnya ada yang lucu?” Binar bertanya seraya mengerutkan dahi. Serius, tawa kecil itu di telinga Binar terdengar sangat mencurigakan.“Apa nggak boleh? Aku kan hanya tertawa.”“Tapi itu mencurigakan, tahu.”Gio tertawa lagi, namun kali ini nada suaranya terdengar berbeda. Jauh lebih ringan dan ceria, tidak sama dengan tawa sebelumnya. Pria itu kemudian berdehem pelan setelah mengakhiri tawanya. “Sebenarnya nggak baik tidur pada jam sekian.Tapi akan jauh lebih nggak baik kalau kamu kurang tidur. Makanya, sekarang kamu harus tidur, Binar. Tutup saja teleponnya, oke?”“Mas Gio nggak mau bertanya keadaan Mbak Rachel saat ini, kah?”“Hah?”Kerutan dalam kembali menghiasi dahi Binar saat lagi-lagi Gio tertawa di seberang sana.“Kenapa Mas Gio kedengaran senang sekali hari ini, sih? Dikit-dikit ketawa. Gimana aku nggak curiga kalau kamu seperti ini?”“Ya, karena aku memang senang sekali, bukan hanya kedengarannya saja.”“Kenapa senang sekali?”“Katamu si Rachel
Read more

47. Bergerak Sendiri

**Gio lupa memperhitungkan bahwa akan ada William di rumah sakit tempat Rachel dirawat dan ia pasti bertemu dengan sang tuan. Dokter muda itu harus berdiam diri di balik koridor selama beberapa saat untuk menunggu kesempatan sang presdir meninggalkan istri pertamanya sendirian, sehingga ia bisa masuk.Ia tidak bisa meminta bantuan rekannya yang tadi menelepon, sebab tidak ingin masalah ini diketahui orang lain. Gio pikir, ini adalah urusan pribadinya saja.Maka dari itu, sang dokter harus menunggu selama kurang lebih sepuluh menit penuh untuk bisa menemui Rachel di dalam ruangannya. William terlihat keluar ruangan dengan terburu-buru sebelumnya. Pria itu tampaknya sedang menerima telepon.Maka, Gio segera mengenakan jas dokter yang sengaja ia bawa serta menutup wajah dengan masker sebelum masuk ke dalam ruang rawat VVIP di mana Rachel berada.Tidak ada yang curiga, sebab pada dasarnya Gio kan memang dokter. Yah, walau sebenarnya ia adalah dokter obgyn.“Dokter?” Rachel sedang duduk b
Read more

48. Sebuah Penawaran

**“Jika kamu bisa membuat sebuah pernyataan untuk meyakinkan William bahwa bayi yang dikandung Binar bukanlah darah daging William, melainkan benihmu, maka aku bersumpah tidak akan pernah menyentuh Binar. Aku akan memberikan materi berupa apapun yang kamu butuhkan, serta menjamin keamananmu.”“Aku tidak butuh materi, sial!” Gio mendesis tak habis pikir. Bagaimana mungkin perempuan di seberang sana itu memiliki pemikiran sadis seperti itu. Membuat pernyataan palsu kepada William bahwa Binar sebenarnya mengandung anaknya? Bahkan pemikiran paling liar Gio sekalipun tidak pernah menyentuh ke arah sana.“Menurutku ini adalah sebuah langkah paling mudah untuk kamu bisa mendapatkan Binar,” lanjut Rachel. Ia mengabaikan sepenuhnya suara decak penolakan dari Gio. “Kamu kan dokter. Mudah saja bagimu untuk melakukan itu. Kamu dokter kandungan, jadi kamu masih menguasai konteksnya.”“Rachel, berhenti mengoceh omong kosong!”“Aku hanya menyumbang solusi. Kalau kau punya rencana lain untuk membuat
Read more

49. Perasaan Gundah Itu

**Binar termangu di dalam kamarnya. Ia ingin sekali keluar dan melihat keadaan Rachel yang sepertinya baru saja pulang dari rumah sakit, namun tidak memiliki keberanian untuk itu.Perempuan itu hanya bisa berjalan hilir mudik di dalam kamarnya, menajamkan pendengaran dan menunggu William turun. “Haruskah aku keluar dan menemui Tuan William?” gumamnya seorang diri. “Tapi bagaimana kalau Mbak Rachel nggak mau ketemu sama aku? Aku benar-benar punya perasaan kalau Mbak Rachel nggak mau ngomong sama aku.”Binar tertunduk lesu. Merasa serba salah di dalam rumah ini. Satu sisi ia khawatir dan ingin mencoba memperbaiki hubungan dengan sang nyonya rumah. Namun di sisi lain, Binar tidak tahan jika ia harus menelan kekecewaan karena terus-terusan diabaikan.Nah, namun terus berdiam diri seperti itu, nyatanya juga tidak membantu apapun. Ia akhirnya memutuskan keluar kamar untuk memeriksa keadaan saja.Namun, yang ia temukan hanyalah para maid rumah yang sedang menyiapkan makan malam.“Apakah Tu
Read more

50. Aku Mencintaimu

**William menepuk-nepuk pelan pundak Rachel. Ia melirik dari ekor mata, sang istri pertama sudah terlelap dalam pelukannya. Maka sebisa mungkin pria itu menggeser posisi tanpa mengusik tidur Rachel. Memastikan napas perempuan itu tetap teratur sampai ia sepenuhnya memisahkan diri.“Syukurlah.” William menghela napas lega kala Rachel sama sekali tidak terusik dan tetap memejamkan mata dengan damai. Pria rupawan itu lantas beringsut dari atas ranjang dan bergerak pelan keluar dari kamar.William mengayun langkah menuruni tangga dengan agak tergesa. Sampai ia terkejut sendiri begitu menyadari degup jantungnya tidak setenang biasanya. Bahkan ketika bertemu klien dari belahan dunia lain dan harus mempresentasikan profil perusahaannya, ia tidak pernah segugup ini.Pria itu sampai di depan pintu kamar istri keduanya. Lagi-lagi ia terkejut sebab tidak sadar sudah berada di tempat tersebut. Ia seperti melayang dari lantai dua menuju ke sini.“Bi-Binar?” panggilnya pelan. Ia mengetuk pintu be
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status