Home / Romansa / Hasrat Terlarang dengan Atasan / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Hasrat Terlarang dengan Atasan: Chapter 81 - Chapter 90

129 Chapters

BAB 81 Pikirkan keputusanmu!

Nathalia melangkah pelan mendekati Venina yang tengah tegak membelakangi kolam. Punggung wanita itu terlihat tegar, tetapi dia tahu bahwa di balik ketegaran itu ada hati yang rapuh dan terluka. Dengan suara yang hampir bergetar, dia mencoba memulai percakapan."Tolong pikirkan lagi keputusanmu sekali lagi, Nina. Saya mohon," pintanya dengan nada memohon.Venina tidak menoleh, matanya tetap terpaku pada permukaan kolam yang tenang. "Saya tidak bisa mengubahnya lagi, Mbak. Ini semua untuk kebaikan kita," sahut Venina, suaranya terdengar tegas meski ada getar yang samar. "Saya tidak akan menjadi penghalang lagi untuk kalian."Nathalia meremas jemarinya dengan gugup, merasa bingung harus mengatakan apa. "Nina, soal perkataan saya....""Tenang, Mbak. Saya tidak akan mengatakan apa-apa pada Mas Angga tentang apa yang saya lihat dan saya dengar malam itu," potong Venina cepat, seolah-olah tidak ingin mendengar penjelasan apa pun lagi. Baginya, semua kata-kata itu sudah tidak berarti."Kami ti
last updateLast Updated : 2024-06-30
Read more

BAB 82 Petaka yang tak terhindarkan

Suara sirine ambulans meraung-raung di jalanan kota yang padat, menambah kecemasan yang menggantung di udara. Di dalam ambulans, Nathalia dan salah seorang pembantunya terbaring tak berdaya. Wajah Nathalia pucat, sementara pembantunya sudah tidak bergerak sama sekali.Sesampainya di rumah sakit, paramedis dengan cepat mendorong brankar mereka menuju pintu ruang gawat darurat, bergegas melawan waktu. Venina, dengan wajah pucat pasi dan bibir bergetar, mengikuti di belakang mereka. Matanya yang basah memancarkan kekhawatiran yang mendalam, penuh doa agar semuanya bisa diselamatkan.Pintu ruang gawat darurat terbuka tiba-tiba, seorang perawat senior keluar dengan langkah tergesa-gesa. "Bagaimana keadaannya?Paramedis yang membawa Nathalia menjawab cepat, "Trauma kapitis, tapi dia masih hidup. Yang satunya sudah meningg
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

BAB 83 Petaka yang tak terhindarkan 2

"Ada beberapa hal yang perlu kami klarifikasi terkait insiden ini, Bu Venina," kata Kapten Rianto. "Kami perlu memastikan semua detail untuk penyelidikan lebih lanjut."“Saya harap Ibu bisa bekerja sama dengan kami dan ikut ke Polres!"Mendengar permintaan tersebut, Erlangga langsung merasakan darahnya mendidih. Wajahnya merah padam. "Apa maksud Anda? Venina tidak mungkin menyakiti Lia!" seru Erlangga dengan nada tinggi, menahan diri untuk tidak berteriak.Kapten Rianto tetap tenang, berusaha meredakan situasi. "Kami hanya menjalankan tugas, Pak Erlangga. Kami membutuhkan kerjasama dari Ibu Venina untuk memecahkan kasus ini. Apalagi mengingat Sri, pembantu rumah tangga kalian, telah dinyatakan tewas," jelasnya dengan sabar, matanya menatap Erlangga dengan penuh pengertian.
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

BAB 84 Terjebak mimpi buruk 1

Venina duduk tegang di hadapan seorang detektif berwajah tegas yang duduk di seberang meja. Wajahnya pucat dan mata yang semula penuh kekosongan kini terlihat lapang, mencoba menanggapi setiap pertanyaan dengan hati-hati."Bu Venina, kami butuh klarifikasi dari Anda terkait insiden ini," ujar Detektif Utama Andika, suaranya tenang namun penuh otoritas. "Kami membutuhkan keterangan Anda untuk memastikan semua detail yang diperlukan dalam penyelidikan kasus ini."Venina menelan ludahnya, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab. Dia tidak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini, diperiksa sebagai saksi penting atas kasus pembunuhan dan penyerangan. Pikirannya masih kacau, mencoba mengingat kembali bagaimana semuanya bisa berakhir seperti ini."Pikiran saya masih belum bisa menerima semua ini, Pak," ucap Venina dengan suara bergetar. "Saya tidak pernah bermaksud untuk melukai Nathalia atau siapapun. Saya tidak bisa membayangkan hal seperti i
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

BAB 85 Terjebak Mimpi Buruk 2

Erlangga sangat terkejut sekaligus geram ketika mendengar bahwa Venina telah ditetapkan sebagai tersangka. Amarahnya membuncah, dan hatinya bergejolak. Bagaimana mungkin wanita yang dicintainya dituduh melakukan perbuatan sekeji itu? Dia yakin bahwa pihak kepolisian telah menjebak kekasihnya agar mengakui hal yang tidak pernah dia lakukan."Nina tidak mungkin membunuh orang, apalagi menyakiti Lia," seru Erlangga penuh emosi saat duduk di hadapan Kapten Rianto untuk diinterogasi. Wajahnya memerah, matanya menatap tajam, seolah mencoba menembus ketenangan kapten polisi di depannya. "Nina tidak akan pernah bisa melakukan itu."Kapten Rianto tetap tenang, pandangannya tak tergoyahkan. "Ibu Venina sendiri sudah mengakui perbuatannya," jawabnya sabar. "Sidik jarinya pun ditemukan pada senjata yang menewaskan pembantu Anda.""Pikirannya masih kacau, Pak. Nina belum bisa berpikir jernih dan dia sedang tertekan," Erlangga membalas setelah terdiam lama, suaranya gemetar menahan amarah dan frusta
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

BAB 86 Kotak memori yang hilang

Erlangga terus mencari cara untuk membebaskan Venina dari segala tuduhan yang mengarah padanya. Dia bahkan telah menyewa pengacara terbaik untuk membela Venina, mengeluarkan segala sumber daya dan koneksi yang dimilikinya demi membuktikan bahwa kekasihnya tidak bersalah."Saya tidak peduli apa yang akan Anda lakukan. Saya ingin Venina bebas dari segala tuduhan ini!" desak Erlangga dengan tegas kepada Widianto S.H., pengacaranya yang duduk di hadapannya.Widianto menatap kliennya dengan serius. "Saya akan berusaha sebaik mungkin untuk meringankan hukumannya, Pak," jawabnya dengan tenang."Saya ingin Venina bebas!" Erlangga menekankan kata-katanya. "Tidak peduli berapa banyak uang yang harus dikeluarkan, saya ingin dia bebas!""Bapak ingin saya melakukan suap?" tanya Widia
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

BAB 87 Penuh air mata dan rasa sakit

Ruangan sidang yang penuh sesak dengan orang-orang yang tegang seketika berubah menjadi hening saat hakim mengetuk palu untuk menjatuhkan vonis. "Setelah mempertimbangkan faktor-faktor yang memberatkan dan meringankan, pengadilan menjatuhkan hukuman kepada terdakwa, Venina Anastasya, dengan pidana penjara selama lima  tahun.”Nadia, yang duduk di barisan penonton, langsung memekik sekeras-kerasnya, tangisnya pecah seketika. Hatinya hancur melihat putri yang begitu dicintainya harus berakhir seperti ini hanya karena cinta yang salah pada lelaki yang tak pantas."Kenapa, Nina? Kenapa kamu lakukan semua ini pada Ibu? Sampai hati kamu menghancurkan hati Ibu seperti ini?" jerit Nadia dengan suara tertahan ketika akhirnya dia menemui Venina untuk pertama kalinya setelah keputusan itu dijatuhkan.Venina hanya bi
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

BAB 88 Cinta yang tak pernah pudar

Venina memilih kesendirian sebagai jalan untuk meredam kepedihan yang mendalam, walau dalam hatinya terus berkecamuk rasa penyesalan dan kerinduan yang tak terlukiskan. Selama hari-hari pertama di dalam penjara, setiap detik berlalu begitu berat baginya. Namun, ketika Rio dengan gigih selalu berusaha menemuinya, Venina merasa tidak bisa lagi menolak. Suara lembut yang begitu dikenal itu menembus keheningan dan kehampaan yang mengelilinginya di balik jeruji besi."Nina...!" seru Rio dengan penuh haru ketika akhirnya dia bisa melihat wanita yang selalu mendiami hatinya.Rio memandang Venina yang terlihat lebih kurus, wajahnya menyiratkan kepedihan yang tak ada habisnya. Namun, matanya tetap memancarkan sinar yang sama ketika memandangnya."Apa kabar, Nina?" tanyanya dengan lembut.Venina menoleh perlahan, melihat sosok Rio yang tak pernah pudar dari ingatannya. Pria itu masih tampan dan gagah seperti dulu, dan pertemuan mereka di ruang kunjungan ini seolah membawa kembali semua kenangan
last updateLast Updated : 2024-07-06
Read more

BAB 89 Di Balik Jeruji Besi

Setelah kembali ke dalam selnya, Venina merenungkan segalanya yang terjadi. Ia duduk di sudut sel, menundukkan kepalanya sambil memejamkan mata ketika kenangan-kenangan itu mulai merasuk lagi ke dalam benaknya dan mengusiknya, membawa perasaan sesak yang tak tertahankan."Saya tidak akan pernah membiarkan kamu pergi, Nina. Tidak akan pernah saya izinkan kamu keluar dari rumah ini," suara tegas Erlangga bergema dalam ingatannya, penuh ketegasan dan otoritas yang membuatnya menggigil."Mau sampai kapan kamu mengurung dan menyiksa hati saya di sini, Mas?" tanya Venina dengan suara yang terdengar hampa, penuh keputusasaan. "Belum cukupkah saya memberikan apa yang paling kamu inginkan?" tambahnya lagi, menatap kekasihnya dengan pandangan pahit yang membuat hati pria itu teriris.Erlangga tertegun di tempatnya. Kata-kata
last updateLast Updated : 2024-07-07
Read more

BAB 91 Di balik jeruji besi 2

Erlangga memandang kekasihnya yang masih terlelap di sebelahnya. Tanpa ragu, dia mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Venina yang masih memejamkan mata."Selamat pagi, Sayang," sapa Erlangga lembut, bibirnya masih menempel di bibir wanita itu.Venina melenguh pelan, membuka matanya perlahan-lahan. Pandangannya langsung bertemu dengan mata kekasihnya yang memancarkan cinta. "Pagi," balasnya dengan suara serak khas bangun tidur.Dia masih ingin menikmati sisa kantuknya. "Saya mau tidur lagi, Mas. Masih ngantuk," katanya sambil memejamkan matanya kembali dan menarik selimutnya lebih rapat.Erlangga tersenyum, memandang Venina dengan penuh cinta. Dia mendekap tubuh kekasihnya erat-erat dari belakang. "Kamu tidak akan pergi, kan?" tanyanya dengan suara rendah, penuh harap.
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status