Nathalia melangkah pelan mendekati Venina yang tengah tegak membelakangi kolam. Punggung wanita itu terlihat tegar, tetapi dia tahu bahwa di balik ketegaran itu ada hati yang rapuh dan terluka. Dengan suara yang hampir bergetar, dia mencoba memulai percakapan."Tolong pikirkan lagi keputusanmu sekali lagi, Nina. Saya mohon," pintanya dengan nada memohon.Venina tidak menoleh, matanya tetap terpaku pada permukaan kolam yang tenang. "Saya tidak bisa mengubahnya lagi, Mbak. Ini semua untuk kebaikan kita," sahut Venina, suaranya terdengar tegas meski ada getar yang samar. "Saya tidak akan menjadi penghalang lagi untuk kalian."Nathalia meremas jemarinya dengan gugup, merasa bingung harus mengatakan apa. "Nina, soal perkataan saya....""Tenang, Mbak. Saya tidak akan mengatakan apa-apa pada Mas Angga tentang apa yang saya lihat dan saya dengar malam itu," potong Venina cepat, seolah-olah tidak ingin mendengar penjelasan apa pun lagi. Baginya, semua kata-kata itu sudah tidak berarti."Kami ti
Baca selengkapnya