Erlangga terdiam, terjebak dalam kebisuan yang membekukan lidahnya. Hatinya berkecamuk, namun tak sepatah kata pun mampu keluar dari mulutnya. "Nina, dengar dulu...." ucapnya dengan nada memohon, tapi kalimatnya terhenti di ujung bibirnya.Venina menghela napas panjang, tatapannya kosong, seolah semua harapan telah musnah. "Maaf, Mas. Mungkin saya yang terlalu berlebihan," kata Venina dengan suara yang penuh kegetiran.Erlangga menggeleng, mencoba membantah, namun kata-katanya terhalang oleh rasa bersalah yang mendalam. "Saya tidak bermaksud...." ia berusaha menjelaskan, namun Venina sudah memotong ucapannya."Saya tahu, Mas. Sekarang saya benar-benar paham di mana posisi saya!" sergahnya dengan tegas, suaranya menggema di ruangan yang tiba-tiba terasa sunyi. Dia melangkah mendekati Erlangga, tangannya yang gemetar
Read more