Semua Bab Hasrat Terlarang dengan Atasan: Bab 51 - Bab 60

129 Bab

BAB 51 Takdir dan Perpisahan yang Terselubung Cinta

Hening melingkupi ruangan, hanya suara gemuruh getaran mesin pendingin yang terdengar redup. Venina berdiri di hadapan Rio dengan pandangan yang berkaca-kaca, bibirnya bergetar  menahan gelombang emosi yang menghantamnya. "A-aku hamil, Rio," kata Venina dengan suara bergetar, menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis yang sudah menggenang di sudut matanya. Kalimat itu terasa seperti bom waktu yang akhirnya meledak, mengguncang perasaannya seketika.Rio, seperti biasa, tetap tenang dan penuh pengertian. Wajahnya tidak menunjukkan kemarahan, hanya kesedihan mendalam yang melumuri matanya. Dia menahan napas sejenak, mencerna informasi yang baru saja disampaikan oleh wanita yang dicintainya."Kenapa tidak mengatakannya lebih awal, Nina?" tanya Rio dengan lembut sambil menatap wajah Venina dengan penuh per
Baca selengkapnya

BAB 52 Takdir dan Perpisahan yang Terselubung Cinta 2

“Aku tidak bisa, Rio,” gumam Venina dengan lirih sambil menghela napas berat. "Kamu terlalu baik untukku, Rio. Aku tidak layak mendapatkan cinta dan pengertianmu." Rio menarik Venina ke dalam pelukannya, membiarkannya menangis sepuasnya. "Aku mencintaimu, Nina. Dan cinta itu tidak akan berubah, apa pun yang terjadi. Aku akan selalu berada di sampingmu, menjalani semua ini bersama-sama," bisiknya dengan lembut."Tolong, jangan siksa aku dengan perasaan bersalah ini, Rio," ucap Venina sambil menjauhkan dirinya. Matanya yang sembab menatap penuh harap pada pria di hadapannya. Saat itu, dia merasa sangat rapuh dan tidak berdaya.Rio menatap Venina dengan hati yang berat. Dia tahu, saat Venina mengatakan hal tersebut, harapannya telah pupus. Wanita yang dicintainya
Baca selengkapnya

BAB 53 Hubungan yang tak akan sama lagi

Venina berdiri di hadapan ibunya dengan tatapan yang dipenuhi keputusasaan. Dia tahu bahwa hal yang harus dia sampaikan akan membuat ibunya terguncang. Namun, dia tidak bisa lagi menyembunyikan kebenaran, terlepas dari betapa menyakitkannya itu.Ketika Nadia mendengar kata-kata putrinya, seolah petir menyambar. Wajahnya pucat dan matanya terbelalak, seolah aliran darahnya terhenti sejenak."Kamu hamil, Nina?" desis Nadia dengan gemetar. Matanya yang biasanya penuh kasih kini tampak hampa, kehilangan sinar kebahagiaan.Venina merasa sangat sedih melihat kesakitan dan kekecewaan di mata ibunya. Rasanya dia ingin mencongkel matanya keluar agar tidak bisa melihat wajah ibunya yang terluka. "Maafkan Nina, Bu," katanya sambil menundukkan kepala, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di sudut matanya."Anak siapa?" tuntut Nadia dengan nada dingin dan tajam, matanya menyorot penuh kemarahan.Sebenarnya Nadia tahu anak siapa yang berada di dalam rahim putrinya. Pastilah bukan anak Ri
Baca selengkapnya

BAB 54 Amarah yang belum mereda

Venina meninggalkan rumahnya dengan perasaan yang bergejolak. Hatinya hancur melihat kesedihan dan kekecewaan yang tergurat di wajah ibunya. Namun, dia tahu bahwa tidak ada yang bisa dilakukan olehnya saat ini. Ibunya masih dikuasai amarah dan belum bisa menerimanya kembali.Satu-satunya pelipur lara adalah adiknya. Venina mendekatinya dengan langkah berat. "Kakak pergi dulu, ya. Temani Ibu dengan baik," bisiknya sambil memeluk Gina erat sebelum pergi meninggalkan rumah.Tidak ada jawaban. Gina diam saja. Seperti tidak mengerti maksud kakaknya.Venina berusaha tersenyum, meskipun hatinya terasa perih. "Kakak akan sering main ke sini. Semoga Ibu marahnya nggak lama, ya," sambungnya, berusaha sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak menangis di hadapan adiknya.Gina hanya mengangguk pelan. Kali ini, dia tidak menolak pelukan kakaknya. Seakan dia bisa merasakan bahwa mereka tidak akan sering bertemu lagi. Bahwa kakaknya akan segera pergi jauh, dibawa oleh seorang pria yang kini menja
Baca selengkapnya

BAB 55 Sikap Manja

Venina duduk sendirian di dalam kamar, meratapi sikapnya yang berlebihan pada Erlangga malam sebelumnya. "Saya terima kalau kamu masih marah, Nina. Tapi mau sampai kapan kamu terus menyalahkan keadaan?"Kata-kata yang diucapkan pria itu sebelum pergi masih menggema di telinganya, memantik rasa sesal yang mendalam. Wajah Erlangga, yang terlihat tegang dan terbebani oleh emosi, terbayang jelas dalam benaknya, memunculkan kekhawatiran yang membelenggu hatinya.Erlangga pergi dalam keadaan emosi, dan Venina merasa kecemasan merayap di dalam dirinya. Setiap detik terasa seperti seabad saat dia menunggu panggilannya dijawab. Namun, pria itu tak kunjung pulang, menyisakan kekosongan yang membuat hatinya semakin gelisah."Lindungi dia, Tuhan," gumam Venina dengan tulus, ha
Baca selengkapnya

BAB 56 Jangan goda saya lagi!

Selama masa istirahatnya, Venina merasa sangat terharu melihat perhatian yang diberikan Erlangga padanya. Pria itu merawatnya dengan penuh cinta, melayani segala kebutuhannya dengan hangat dan hati yang tulus. Mulai dari menyuapkan makanan, mengambilkan obat, membantu ke kamar mandi, hingga tugas-tugas kecil lainnya, semuanya dilakukan Erlangga dengan penuh kasih sayang."Jangan manjakan saya seperti ini, Mas. Nanti saya malah rusak," kata Venina, merasa sedikit tidak nyaman namun juga tersentuh saat Erlangga dengan telaten melepas pakaian dalamnya dan menggantinya dengan yang baru."Saya merasa seperti wanita sakit kalau begini terus, Mas. Padahal saya kan hamil, bukannya kena penyakit jantung," lanjut Venina sambil memejamkan mata, berusaha menahan suara gemetarnya ketika merasakan sentuhan lembut Erlangga p
Baca selengkapnya

BAB 57 Hanya selembar surat nikah

Venina merasakan limpahan perhatian dan kasih sayang yang luar biasa dari Erlangga seiring dengan kehamilannya yang semakin membesar. Hubungan mereka kini semakin erat dan intim.Tidak peduli sesibuk apa pun Erlangga, dia selalu memastikan Venina mendapatkan perhatian dan dukungannya. Pria itu seolah tak bisa lama-lama meninggalkannya, bahkan ketika proyek pembuatan real estate baru yang tengah dia jalankan semakin menyita waktunya.Namun, tak ada satu pun pemeriksaan kehamilan yang dilewatkannya. Erlangga selalu ada di sana, menggenggam tangan Venina dengan penuh kasih saat mereka duduk di ruang tunggu dokter. Bahkan, dia dengan sabar menemani kekasihnya melakukan senam kehamilan, meski kelelahan mulai terlihat di wajahnya yang kerap kurang tidur.Hal ini membuat Venina merasa sangat dihargai dan dicintai. Namun, di dalam hatinya, dia juga khawatir dengan beban yang harus ditanggung oleh pria yang dicintainya.Akhirnya Venina memberanikan diri untuk menyampaikan kegelisahannya saat m
Baca selengkapnya

BAB 58 Ada wanita lain?

“Saya pasti akan cepat kembali setelah semuanya selesai, Nina. Jangan terlalu khawatir.” Begitulah bunyi pesan yang selalu Erlangga berikan pada Venina hampir setiap hari. Sudah hampir tiga minggu sejak Erlangga kembali ke Jakarta, meninggalkan Venina sendirian di vila mereka. Meskipun telah mempekerjakan orang untuk menjaga dan mengurus kebutuhannya, namun rasa kekosongan di hati wanita itu tak kunjung tergantikan. Setiap hari terasa begitu sepi tanpa kehadiran Erlangga di sisinya. Meski terkadang dia menerima telepon dan pesan dari kekasihnya, namun hal itu tak cukup untuk mengusir rasa rindu yang menyiksanya.Di tengah kekosongan yang menyelimuti hatinya, Venina memutuskan untuk menyusul kekasihnya ke Jakarta. Dia tak bisa lagi menahan rasa hampa dan kerinduannya yang semakin memuncak. Dengan mantap,
Baca selengkapnya

BAB 59 Hati yang terkoyak

Venina berusaha menyingkirkan segala kecemasan dalam hatinya dengan menyiapkan makan malam yang romantis untuk memberi kejutan pada Erlangga. Dia ingin malam ini menjadi kenangan indah yang akan mempererat hubungan mereka.“Semoga dia belum makan malam,” gumam Venina dengan penuh harap.Dengan sepenuh hati, dia menyiapkan makanan kesukaan kekasihnya itu sedemikian rupa. Setiap bahan dipilih dengan cermat, setiap bumbu ditambahkan dengan kasih sayang. Semuanya harus sempurna.Setelah selesai memasak, Venina bergegas untuk bersiap. Dipilihnya gaun terbaik yang pernah Erlangga belikan untuknya, sebuah gaun merah yang anggun dengan potongan elegan yang selalu membuat mata kekasihnya berbinar saat melihatnya. Meski tubuhnya sudah sedikit membengkak seperti sekarang.
Baca selengkapnya

BAB 60 Penyesalan mendalam

Erlangga merasakan kegelisahan yang tak tertahankan saat dia meraih kemejanya dan mengenakannya dengan terburu-buru. "Aku harus menyusulnya, Lia," desahnya dengan suara yang penuh kecemasan.Nathalia, berdiri di sudut ruangan, memandang suaminya dengan tatapan penuh keprihatinan. "Jangan sekarang, Angga," cegahnya tegas. "Saat ini dia masih terguncang.""Tapi dia sedang mengandung, Lia. Bagaimana aku bisa tenang hanya menunggu seperti ini. Bagaimana kalau...." Erlangga tak sanggup menyelesaikan kalimatnya. Hatinya terasa hancur saat membayangkan Venina yang sedang mengandung anak mereka, terluka dan sendirian. Dia memejamkan matanya, mencoba menahan rasa sakit yang semakin mengguncang hatinya.Nathalia mendekat, meremas tangan suaminya dengan lembut. "Justru karena dia sedang hamil, kamu harus memberinya waktu untuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status