Semua Bab Hasrat Terlarang dengan Atasan: Bab 71 - Bab 80

129 Bab

BAB 71 Berdamai dengan keadaan

Venina melangkah mendekati Nathalia yang masih berusaha keras menahan air matanya. "Maafkan mereka, Nina. Tolong jangan masukkan kata-kata mereka ke dalam hati," ujar Nathalia sambil menundukkan kepalanya, suaranya bergetar menyiratkan kepahitan yang mendalam.Venina bisa merasakan getaran kepahitan dan kesedihan dalam suara Nathalia. Dan untuk pertama kalinya, dia merasa wanita itu sama dengannya. Mereka sama-sama tak berdaya, terjebak dalam lingkaran penderitaan yang diciptakan oleh cinta yang mereka miliki untuk Erlangga. "Jadi ini alasan untuk semuanya?" tanyanya dengan pelan, suaranya hampir tak terdengar.Nathalia mendongak, air matanya sudah menggenang di sudut matanya. "Saya ingin sekali bisa mengandung anak saya sendiri, Nina. Saya ingin membahagiaka
Baca selengkapnya

BAB 72 Berdamai dengan keadaan 2

Venina sudah terlelap ketika mendengar pintu kamarnya terbuka perlahan. Jantungnya berdebar saat melihat bayangan Erlangga menyelinap masuk dalam gelap. Pria itu naik ke atas ranjang dengan hati-hati, merapatkan tubuhnya dan memeluk kekasihnya dengan mesra, merasakan hangat tubuhnya di bawah selimut."Mbak Lia sudah tidur, Mas?" bisiknya lembut.Erlangga terkejut saat menyadari Venina tidak sepenuhnya terlelap. "Maaf ya, saya tidak bermaksud untuk membangunkanmu," ujarnya dengan nada lembut, merasa bersalah.Venina membalik tubuhnya, kini menghadap ke arah Erlangga. "Setiap malam kamu masuk ke kamar saya?" tanyanya, penasaran.Erlangga mengangguk perlahan, matanya tetap terfokus pada wajah wanita di depannya. "Ya, tapi baru malam ini saya berani memelukmu lagi."
Baca selengkapnya

BAB 73 Berjuang bersama

"Kamu sakit, Nina?" tanya Erlangga perlahan di samping ranjang, suaranya dipenuhi kekhawatiran.Venina membuka matanya yang berat, memandang Erlangga dengan lemah. "Cuma pusing, Mas," balasnya sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut."Kita ke dokter, ya," kata Erlangga dengan nada cemas, wajahnya menunjukkan betapa khawatirnya dia.Venina menggeleng pelan. "Saya mau istirahat aja. Paling juga nanti sembuh sendiri," ujarnya, mencoba meyakinkan kekasihnya.Erlangga tampak ragu. "Kamu yakin, Nina? Dari kemarin kepalamu juga sering sakit, kan?"Venina menarik napas dalam. "Kemarin-kemarin kan saya banyak pikiran dan sering memendam emosi, Mas," jawabnya tanpa nada menyinggung, mencoba menyembunyikan ketidaknyamanannya yan
Baca selengkapnya

BAB 74 Pengorbanan Venina

Kondisi Venina semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Tekanan darahnya semakin tinggi, dan rasa sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi. Erlangga terus berada di sampingnya, menggenggam tangan kekasihnya dengan penuh kekhawatiran. Nathalia pun setia menemani, memberikan dukungan yang sama kuatnya.Dokter Risa akhirnya mengambil keputusan yang berat namun perlu. “Pak Erlangga, kita harus melakukan persalinan lebih awal untuk menyelamatkan nyawa Bu Venina dan bayi yang dikandungnya,” katanya dengan tegas.Erlangga menatap dokter itu dengan mata berkaca-kaca. “Tolong, Dok, lakukan yang terbaik. Saya tidak bisa kehilangan Venina,” ujarnya dengan suara serak.Venina terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, dan tubuhnya tampak rapuh. Melihatnya dalam kondisi seperti ini, Nathali
Baca selengkapnya

BAB 75 Kebencian yang tak pernah surut

Erna Putri Krisdiantoro tumbuh menjadi anak yang cantik dan menggemaskan. Dalam usianya yang baru satu tahun, tingkah lakunya selalu berhasil membuat orang-orang langsung jatuh hati padanya. Senyumnya yang manis, celotehannya yang menggemaskan, serta matanya yang bersinar ceria, membuat siapa pun sulit untuk memarahinya. Bahkan, nenek dan kakeknya yang sebelumnya enggan datang ke rumah Erlangga, kini menjadi pengunjung setia. Mereka sangat menyayangi Erna, memanjakannya dengan kasih sayang yang melimpah.Namun, di balik kehangatan dan keceriaan yang dibawa Erna, masih ada bayang-bayang ketidakharmonisan di rumah itu. Amita masih tidak menyukai Nathalia dan Venina. Setiap kali dia datang, selalu ada saja kritik dan omelan yang keluar dari mulutnya.“Kamu harusnya lebih perhatian sama anakmu, Lia,” b
Baca selengkapnya

BAB 76 Wanita penghibur!

Erlangga melangkah masuk ke ruang keluarga dengan senyum lebar terpancar di wajahnya. Di sudut ruangan, Venina baru saja selesai membereskan mainan Erna. "Hai, Sayang," sapa Erlangga, suaranya lembut dan penuh kasih."Hai," balas Venina sambil tersenyum, wajahnya berseri-seri melihat kedatangan kekasihnya.Erlangga mendekat, merasakan dorongan kuat untuk merasakan kehangatan tubuh kekasihnya. Dirangkulnya tubuh Venina dari belakang, dan dengan lembut dia mengecup leher wanita itu, menyentuhkan bibirnya pada kulit halusnya dengan mesra. Kehangatan bibirnya membuat Venina tersentak pelan."Lepas ah, Mas," kata Venina dengan suara pelan, setengah tertawa. Dia menggeliat, mencoba melepaskan diri dari dekapan kekasihnya. Namun, bukannya merenggang, Erlangga malah mendekapnya semakin erat, seolah tidak ingin melepaskan.
Baca selengkapnya

BAB 77 Hanya wanita simpanan!

Venina keluar dari kamarnya dengan penuh ketenangan, meski hatinya masih terasa perih. Dia bersikap seolah tidak ada yang terjadi, menampilkan wajah yang tenang dan tabah. Pandangan jijik dan penuh kebencian dari Amita diabaikannya begitu saja, seakan tidak ada artinya."Pokoknya Mama tetap mau merayakan ulang tahun Erna dan mengundang semua orang!" tegas Amita dengan nada otoriter, sambil melirik tajam ke arah Erlangga dan Nathalia tanpa memedulikan keberadaan Venina."Untuk apa lagi, Ma? Erna juga kan belum mengerti," sahut Erlangga, berusaha tetap sabar menghadapi perangai ibunya yang keras kepala."Mama mau memperkenalkan cucu Mama kepada keluarga besar kita, Angga. Mereka harus tahu kalau setelah sekian tahun akhirnya kamu memiliki anak, meski harus dari rahim ibu pengganti," balas Amita dengan nada ketus. Pand
Baca selengkapnya

BAB 78 Pesta Ulang Tahun

Pesta yang diselenggarakan oleh Amita bukanlah acara biasa. Sebagai salah satu keluarga konglomerat terkemuka, mereka tidak pernah setengah-setengah dalam mengadakan perayaan. Halaman belakang rumah mereka dihiasi dengan lampu-lampu kristal yang menggantung indah, menciptakan suasana megah yang memanjakan mata. Tamu-tamu yang hadir adalah orang-orang penting, mulai dari pebisnis terkemuka hingga anggota keluarga besar yang datang dengan pakaian mewah dan aksesori berkilauan.Di sudut ruangan, berbagai hadiah untuk Erna menumpuk tinggi. Hadiah-hadiah yang jelas sangat mahal, mencerminkan status sosial tamu-tamu yang hadir. Erna, si bintang pesta, duduk manis dalam gaun kecilnya yang berkilauan, wajahnya berseri-seri meski belum sepenuhnya mengerti arti dari semua kemewahan ini."Cantik sekali cucumu, Mita. Akhi
Baca selengkapnya

BAB 79 Aku yang lebih dulu mengenalmu!

"Lepaskan tanganku, Al!" geram Nathalia sambil mencoba menarik tangannya yang digenggam erat oleh Alfian. Pria itu membawanya menjauh ke sudut taman yang gelap dan sepi, jauh dari keramaian pesta yang sedang berlangsung. Suara tawa dan musik dari pesta masih terdengar samar, namun ketegangan antara mereka lebih mendominasi suasana."Berani sekali kamu membawaku ke sini di saat suami dan keluargaku sedang berkumpul," lanjut Nathalia dengan nada marah."Lantas aku harus membawamu ke mana, Lia? Ke hotel?" bisik Alfian dengan nada yang mesra namun penuh dengan ejekan.Wajah Nathalia merah padam, amarah dan rasa malu bercampur menjadi satu dalam dirinya. "Jaga sikapmu, Al! Jangan kelewat batas," bentaknya dengan kesal, matanya berkilat marah."Kamu semakin cantik saat sedang
Baca selengkapnya

BAB 80 Tidak ada perempuan yang siap berbagi!

"Rasanya saya harus menyampaikan keputusan ini sekarang," ujar Venina setelah mereka selesai bersantap malam. Wajahnya tegang, seolah ada beban berat yang harus segera diungkapkan. "Sebelum semuanya terlambat."Erlangga, yang duduk di seberang meja, menatap Venina dengan sorot mata penuh pertanyaan. Hatinya berdegup kencang, penasaran dengan apa yang ingin dikatakan wanita itu. "Keputusan apa, Nina?" tanyanya lembut, meski kekhawatiran mulai merayapi suaranya.Venina menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri. Dia melirik sekilas ke arah Nathalia yang duduk di pojok ruangan. Wajahnya tampak pucat pasi, seolah firasat buruk telah menyelimuti pikirannya. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Erlangga dengan mata yang penuh tekad."Kita tidak bisa terus seperti ini selamanya, Mas," kata Venina dengan suara t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status