Semua Bab Rein (Shirea book 3): Bab 31 - Bab 40

54 Bab

Part 31 : Mawar Putih

Aku duduk di meja kerja dengan frustrasi saat Kerajaan Brixia menyampaikan bahwa mereka tak memiliki bunga itu. Pihak Axiandra juga mengaku jika mereka tak pernah memanen bunga itu karena medan yang sulit.Semakin hari kondisi Luna semakin memburuk. Kudengar ia sudah kehilangan penglihatannya, sementara pencarianku belum membuahkan hasil.Sekali lagi, bunga itu hanya tumbuh pada musim dingin. Masih terlalu jauh untuk sampai pada musim itu sedangkan batas hidup Luna sudah diprediksi takan sampai musim gugur tiba.Sial, aku harus bagaimana? Ada bagian hatiku yang tak ingin kehilangan dirinya.Aku meninggalkan ruang kerja yang terasa penat. Berkuda dengan cemas dan bermaksud untuk mengunjungi gadis itu. Aku penasaran, sudah separah apa kondisinya.Setelah berkuda selama lima jam, akhirnya aku sampai di kediaman adipati. Bangunan itu menyerupai mansion mewah nan sepi. Walau ditata dengan rapi, aku bisa merasakan kesunyian di dalamnya."Selamat datang di kediaman Fredy, Yang Mulia," sambut
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-17
Baca selengkapnya

Part 32 : Mutiara Sang Tiram

Akhirnya, aku sampai di Kerajaan Axiandra dalam waktu enam hari, menggunakan kuda perang dengan istirahat yang minim tanpa menginap. Kudaku sampai depresi karena dipaksa berlari menempuh jarak jauh.Kini aku berjalan santai menyusuri kota. Tak butuh waktu lama untuk sampai di sebuah kedai yang familier. Di sana adalah tempat dimana kami bertiga pernah makan bersama saat keluar dari Royale Academy tanpa izin.Aku masuk dan duduk di bangku kosong sambil memesan makan dan minum setelah perjalanan jauh. Kuedarkan pandangan untuk mencari sosok Henry, tapi nihil. Ya, mungkin dia akan sedikit terlambat."Rein?"Aku menoleh ketika seorang bertudung kepala menyapa. "Oh, Henry. Akhirnya kau datang juga.""Maaf sudah membuatmu menunggu." Ia duduk di seberang meja."Tidak. Aku juga baru sampai," sahutku lega. "Bagaimana? Kau bawa penawarnya?""Tentu saja bawa." Henry mengeluarkan botol kecil dengan desain rumit yang elok. "Butuh waktu dua tahun untuk mendapat 10 ml penawar ini. Satu bunga Valvhery
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-19
Baca selengkapnya

Part 33 : Black Crown

Sehari setelah kematian Luna, aku belum beranjak dari kamar dan melarang pelayan untuk masuk. Sudah tiga hari aku menangis dan merenungi semuanya. Sungguh, patah hati ditinggal Luna ternyata jauh menyakitkan dibanding pernikahan Zora waktu itu. Rasa kehilangan ini begitu besar sampai aku merasa kosong. Aku tak tahu siapa yang melaporkan tindakanku pada Bibi Erina, tapi yang jelas wanita itu kini tengah memaki dari luar kamar. Napasku masih bergetar akibat terisak dalam waktu lama, juga masih terkulai di ranjang seraya menggenggam mutiara kokoh yang menjadi sebuah peninggalan berharga. Aku meletakkan benda itu ke tempatnya, lalu menyimpannya di laci. Makian Bibi Erina masih terdengar, membuatku terpaksa bangun dari ranjang dan menemuinya. "Apa perlu seperti itu di depan kamarku?" tegurku lesu saat membuka pintu. "Kalau tidak seperti itu, kau tidak akan keluar!" sahutnya masih setengah memaki. "Hari ini kau bahkan melewatkan jam makanmu seharian penuh. Kau itu ingin mati atau bagaim
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-22
Baca selengkapnya

Part 34 : Invasi

Aku duduk di sofa ruang kerja sembari menyangga dagu, mata-mata utusanku akhirnya kembali membawa laporan. Dia mengatakan bahwa kondisi Tryenthee sangat kacau meski penguasa di sana sudah berganti.Beberapa provinsi ingin melepaskan diri dari bagian Tryenthee, juga kudengar ada kerajaan lain mengincar kerajaan yang sedang carut marut itu.Tentu saja, hal itu membuatku harus bertindak cepat sebelum ada pihak lain yang menguasai daratan incaranku.Dia juga mengatakan bahwa pertahanan Tryenthee sedang melemah. Selain bangsawan yang memiliki loyalitas bersaing, korupsi juga berimbas pada persenjataan militer yang tak layak sehingga perang saudara terakhir dimenangkan oleh Provinsi Luzen.Seandainya aku tahu Tryenthee ternyata serapuh itu dari awal, mungkin seharusnya aku langsung menyerang tanpa meracuni mereka semua. Namun, di sisi lain aku juga tak boleh gegabah.Ah, biarlah. Justru hal ini membuatku semakin mudah menyerang mereka."Bagaimana dengan kondisi pasukan di sana?" tanyaku."S
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-24
Baca selengkapnya

Part 35 : Tryenthee Runtuh

Kami kembali melanjutkan invasi secara besar-besaran di ibukota. Berkat bantuan tambahan dari Tuan Dary, rencanaku berjalan lancar. Seharusnya ini tak sulit. Setelah mendapatkan istana, aku akan merebut pemerintahan Tryenthee lalu menguasai semua wilayah dengan mudah. Memaksa mereka untuk tunduk padaku sebagai penguasa baru dan mengeksekusi seluruh keluarga kerajaan tanpa sisa. Meski aku sudah mendapatkan sebagian wilayah ibukota, tapi jarak istana begitu jauh. Kota Truin ternyata begitu luas. Hari mulai malam dan perjalananku masih lumayan jauh. Dari kejauhan, mataku melihat siluet tenda pasukan lain yang asing. Cahaya api bekas kebakaran masih terlihat seolah-olah telah terjadi pertempuran hebat pada beberapa hari sebelumnya. "Yang Mulia, di depan adalah pasukan dari Gubernur Luzen," ujar salah satu pemimpin pasukan yang berada di sebelahku. "Oh, ternyata mereka masih ada di sini? Kukira perang antara pasukan relawan Benriaco dengan Gubernur Luzen sudah selesai," gumamku, tak me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-26
Baca selengkapnya

Part 36 : Wilayah Baru Vainea

"Jadi seperti ini rasanya duduk di singgasana raja?" gumamku sambil menyangga dagu, sadar diri jika masih menyandang status pangeran. "Tidak buruk.""Yang Mulia, Ratu Zora berhasil melarikan diri dan pulang ke Kerajaan Keylion," ujar salah satu pasukanku.Aku terdiam sejenak sembari berpikir. Jika ia sudah berhasil memasuki wilayah Keylion, berarti aku harus menghentikan pengejaran terhadapnya dan mencari cara lain. Meski begitu, aku harus tetap waspada karena ia sangat berbahaya."Abaikan dia untuk sementara. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah menangkap seluruh keluarga kerajaan yang tersisa, hidup atau mati.""Baik."Setelah berhasil mendapatkan istana dan mendeklarasikan kemenangan di hadapan semua orang, aku kembali melakukan invasi ke seluruh provinsi dan membereskan orang-orang yang berpotensi untuk memberontak.Berita runtuhnya Tryenthee menyebar secara luas. Semua mata dunia kini tertuju padaku. Sebagian kagum atas keberhasilanku, sebagian juga mengecam tindakanku atas hi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-29
Baca selengkapnya

Part 37 : Bunga Hati Yang Merekah

Setelah turun dari pelabuhan, aku segera menunggangi kuda dan melaju ke Istana Putri.Setelah hampir setahun tak pulang, aku seperti diingatkan kembali pada kenangan manis di tempat ini, membangkitkan kerinduan yang tak bisa kujelaskan.Kuhirup udara dengan bebas ketika angin bertiup kencang. Aroma musim semi merebak, mengingatkanku pada beberapa kuntum bunga yang bermekaran.Setelah beberapa jam berkuda, akhirnya rombonganku sampai di istana. Para pelayan menyambut dan segera menyiapkan keperluanku. Aku segera ke Mansion Putra Mahkota untuk berganti pakaian. Setelah itu, bergegas ke Mansion Putri untuk melihat langsung keadaan Bibi Erina."Saya ingin bertemu dengan tuan putri," ujarku pada penjaga mansion."Mari silakan masuk, Yang Mulia. Putri ada di taman belakang."Aku mengikuti langkah pelayan yang membawaku ke taman. Tempat favoritnya untuk membaca buku, seperti biasa."Bibi," panggilku saat melihat sosoknya duduk membelakangiku.Perlahan ia menoleh dan aku segera berlari ke ara
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-31
Baca selengkapnya

Part 38 : Ancaman

Aku seperti diseret ke dalam lorong gelap dengan kecepatan tinggi. Kemudian, tubuhku seperti melayang di udara. Saat membuka mata, aku berada di halaman Istana Vainea.Kudengar dentingan pedang yang mengusik dan aku dibuat syok dengan apa yang kulihat. Seorang gadis dengan gaun pengantin yang berlumuran darah. Dia adalah ibuku. Ia tengah bertarung sendirian melawan puluhan orang. Sepertinya mereka penyusup yang menyamar menjadi penjaga istana.Aku sadar ini mimpi. Rasanya seperti sedang memasuki arus waktu yang membawaku menuju ke masa lalu ibu. Aku ternganga dan dibuat kagum. Pantas saja ia begitu dihormati dan ditakuti, selain keahliannya menggunakan pedang, staminanya juga patut dipuji. Tak salah jika ayah begitu mencintainya. Walau berlumuran darah, ia tetap cantik.Ibu memasuki ruangan yang ternyata adalah penandatanganan perjanjian damai. Kejadiannya begitu cepat hingga seseorang menembakkan anak panah ke arahnya.Tubuhku membeku saat ibu ambruk dengan lima anak panah menancap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-02
Baca selengkapnya

Part 39 : Penobatan

Mataku terbuka perlahan, matahari sudah hampir terbit. Bisa dibilang, aku hanya tidur sebentar, tapi terasa lama. Aku terkejut saat menyadari di sampingku tidak ada siapa-siapa, Luna sudah bangun lebih dulu.Aku menjuntaikan kaki ke lantai dan bangun menuju kamar mandi untuk membasuh wajah. Walau hanya tidur sebentar, tapi sudah cukup untuk membuatku merasa segar. Setelah ini, aku berniat untuk mencari Luna, mungkin saja dia sudah bersiap di meja makan.Tubuhku terhenti seketika saat kudapati sosoknya tengah berendam di bak. Spontan wajahku memerah ketika melihat punggungnya yang tak tertutup kain sedikit pun. Ada sedikit perasaan aneh yang menggodaku sesaat."Luna?"Dia menoleh seketika dan hampir menjerit. Dengan cepat ia membenamkan seluruh tubuhnya ke air hingga menyisakan kepalanya saja."Yang Mulia, maaf saya memakai bak mandi Anda tanpa izin," katanya dengan tempo yang cepat.Aku terdiam sesaat atas reaksinya. Ia masih terlihat kaku walau kami sudah bersama. Bahkan ia meminta m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-05
Baca selengkapnya

Part 40 : Di Pulau Seberang

Kami berlayar menuju tanah seberang setelah dua hari pasca penobatan. Beberapa pengawal sudah menunggu di pelabuhan dengan menyiapkan kereta kuda. Di sana juga ada Eleanor yang menyambut."Salam hormat dan selamat datang, Yang Mulia," ucap Eleanor, lalu semuanya membungkuk hormat. "Selamat atas penobatan Anda. Akhirnya Anda telah resmi menjadi Raja Vainea.""Terima kasih, Adipati," sahutku, lalu menatap wanita di sampingku. "Luna, perkenalkan ini Adipati Luzen.""Salam hormat saya untuk yang mulia ratu," ujar Eleanor lagi, kali ini pada Luna. "Senang bertemu Anda.""Terima kasih, Nona. Tapi--" Luna tampak mengingat sejenak. "Bukankah ... Luzen merupakan sebuah provinsi?"Aku terdiam, sebagai mantan adipati sangat wajar kalau Luna juga memiliki wawasan tentang orang-orang dari kerajaan lain."Benar, Yang Mulia. Yang mulia raja memberi saya gelar adipati setelah perang penaklukan."Luna menatapku sekilas, antara heran dan penasaran. Kemudian, ia kembali memasang ekspresi ramah elegan kh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status