Home / Fantasi / Rein (Shirea book 3) / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Rein (Shirea book 3): Chapter 11 - Chapter 20

54 Chapters

Part 11 : Hukuman

Seusai makan siang, aku segera menyendiri di perpustakaan untuk mengerjakan hukuman. Yang membuatku masih kesal karena ini jam tidurku. Semestinya detik ini aku sudah berada di kasur dengan nyaman, bukan berkelut dengan buku setebal ini.Benar saja, baru menulis dua lembar mataku sudah terasa berat. Kantuk menyerang tanpa ampun hingga kepalaku terasa pening jika dipaksa terjaga. Kuhela napas panjang lalu mengacak-acak rambut dengan lesu.Aku mengamati keadaan sekitar yang hening. Mungkin aku perlu tidur sebentar, sebelum melanjutkan hukuman. Kepalaku terkulai di atas meja dan terlelap, berharap masih bisa menyelesaikannya sebelum jam makan malam dimulai.* * *"Yang Mulia, bangunlah!"Aku mengerjap saat bahuku diguncang lembut oleh penjaga perpustakaan."Jam berapa sekarang?" tanyaku cemas."Sudah jam delapan malam.""Jam delapan malam?!" jeritku membeo. "Oh astaga, tugasku belum selesai."Aku semakin panik karena baru menyalin dua lembar. Jam delapan malam, berarti jam makan malam su
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

Part 12 : Pecahan Trauma

Aku seperti diseret ke lorong gelap sangat cepat , lalu seberkas cahaya muncul. Begitu menyilaukan. Udara dingin mendekap seketika dan kulihat ada salju bertebaran di mana-mana. Aku tidak tahu kenapa bisa berada di tempat ini, seperti mimpi. Ini adalah musim dingin dimana langit menjadi suram dengan hamparan putih sendu yang membeku. Suara ledakan menggema ramai diiringi dentingan pedang yang saling bersahutan. Bau anyir menyeruak di udara saat dua pasukan bertumbuk dan menciptakan genangan darah di salju. "Ini ... perang musim dingin yang pernah terjadi di masa lalu," gumamku dalam hati. Tanganku gemetar saat melihat dua sosok yang kukenal di antara pasukan. Mereka membantai pasukan lawan masing-masing dengan kalap sebelum akhirnya mereka berdua berhadapan berdua secara langsung. "Ayah, ibu!" Tubuhku hanya mematung saat mereka saling menyerang dan menyakiti. Luka sayatan bertebaran di sekejur tubuh mereka. Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi, tapi yang membuatku terpaku s
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Part 13 : Hutan Dan Hujan

Aku masih menunggunya selesai makan siang. Dari cara makannya yang lahap membuatku tahu kalau dia belum makan dari pagi. Kulirik sesekali yang hanya memakai dress mini, menampakkan bahunya yang memar.Aku menarik napas panjang, merasa bersalah karena tiba-tiba memeluknya seperti tadi. Benar-benar tak beretika.Kuedarkan pandangan sejenak, hanya hutan belantara yang lebat. Tak ada jalan setapak sama sekali, yang berarti tempat ini tak terjamah oleh manusia. Ini akan sedikit menyulitkan kami untuk pulang. Aku juga tidak tahu seberapa luas hutan ini."Rein, sepertinya mau turun hujan lagi."Aku menatap langit saat mendengar kalimatnya, begitu temaram di pertengahan hari yang seharusnya cerah."Kita harus segera pergi dari sini. Setidaknya kita harus cari tempat berlindung sebelum hujan turun. Kau sudah selesai makan?""Ya."Aku menggenggam ranting berukuran sedang untuk membuka jalan. Kabut mulai menutupi sebagian hutan yang kami lalui dan udara terasa dingin. Kutatap pohon jenjang yang
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Part 14 : Mencari Jalan

Aku berdiri di tengah taman mawar putih yang asing, terheran dengan lingkungan sekitar tanpa kata. Udara di sini terasa sejuk, juga nyaman.Kulihat seorang wanita duduk di kursi, membelakangiku. Aku mengenali postur tubuh itu dan gaya rambutnya yang tak asing, seperti--mendiang ibuku.Pikiran rasionalku mengatakan, jika sosok ini muncul di hadapanku berarti tempat ini hanya mimpi.Aku mendekatinya perlahan dengan hati bergetar sedih. Rinduku tumpah seperti air bah. Ia menoleh sebelum aku sampai padanya, lalu tersenyum melihatku.Di tangannya terdapat setangkai mawar merah kesukaannya, terlihat kontras di tengah hamparan mawar putih."Rein."Napasku tercekat saat ia memanggil namaku."Ibu senang melihatmu dewasa. Tapi--" Ibu terdiam menatapku tersenyum sendu. Ia tak melanjutkan kalimatnya."Tapi?" tanyaku penasaran.Ibu masih terdiam, lalu berkata, "Sini, duduklah, Nak!"Tangannya membentang untuk menyambutku agar duduk di sisinya. Aku masih menatapnya lekat dan duduk sesuai permintaann
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Part 15 : Istana Axiandra

Kami berdua duduk di antara barang di kereta. Jika dicium aromanya, sepertinya mereka membawa makanan. Perkiraanku, mungkin mereka hendak membawa pasokan makanan ini ke gudang istana.Aku memperhatikan Zora yang sibuk sendiri dengan barang-barang di sekitarnya. Selain untuk membetulkan posisi, ternyata ia sedang mencari makanan yang bisa dimakan."Jangan," cegahku sambil menahan tangannya yang hendak memakan apel. "Kalau ketahuan kau bisa dihukum gantung.""Aku lapar sekali.""Tahanlah sebentar lagi. Saat sampai di istana, kita temui yang mulia raja."Zora menghela napas sejenak, lalu meletakkan apel itu ke tempatnya lagi. Aku merangkulnya dan menepuk-nepuk bahunya agar dia terkulai."Tidurlah sebentar. Nanti kubangunkan jika sudah sampai di istana."Zora mengangguk dan menyandarkan kepalanya di bahuku. Situasinya membuatku ingin tersenyum. Ada perasaan hangat yang mengalir di hatiku perlahan, begitu menyenangkan.* * *Setelah beberapa lama, akhirnya kami memasuki gerbang istana. Ban
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Part 16 : Menginap

Aku menatap langit hitam yang kelam. Benar-benar gulita saat kurapatkan selimut. Malam ini sepertinya tidurku kembali seperti semula, dimana mataku takan bisa terpejam dalam kegelapan.Masih kurenungi pembicaraanku bersama Raja Leon. Beliau bilang ayahku tak bisa melindungi ibu sampai bayinya gugur sebelum lahir ke dunia. Aku mengacak-acak rambut sejenak, mulai frustrasi. Sebenarnya sepelik apa masalah mereka?Aku tahu itu sudah berlalu dan seharusnya aku tak perlu memikirkan urusan orang tua. Lagi pula, aku tahu mereka mencintaiku."Ah, tetap saja semua itu terasa mengganjal!" racauku lirih.Raja Leon seperti mengetahui semuanya tentang orang tuaku. Namun, karena rasa kecewa pada beliau, membuatku tak ingin bertanya lebih walau penasaran. Astaga, ini menyebalkan sekali.Aku bangkit dari kursi dan mendekati jendela. Udara berembus sejuk saat membukanya sedikit.Kusipitkan mata saat tak sengaja melihat seseorang yang memakai mantel, keluar menuju halaman belakang. Ia berjalan mengenda
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Part 17 : Kembali Ke Akademi

Kereta kuda melaju untuk mengantar kami ke Royale Academy, entah akan ada rumor apa ketika kami sampai di sana. Aku sudah membayangkan betapa ributnya situasi di tempat itu saat mereka tahu aku dan Zora hilang dalam waktu beberapa hari. Aku melamun sambil menyangga dagu, masih memikirkan apa yang Raja Leon katakan padaku. Entah peristiwa apa yang kulewatkan di masa lalu, aku sangat terkejut saat tahu bahwa aku pernah hampir memiliki saudara. Ayah benar-benar menyembunyikan peristiwa itu dengan baik dengan membungkam para jurnalis. Pening mulai bergelayut, terpaksa kualihkan pikiran sejenak. Kulirik Zora yang juga melamun sambil menatap ke luar. Wajahnya terlihat bersemu malu, membuatku berpikir kalau ia masih mengingat kejadian semalam. Sialnya, wajahku turut memanas saat bayangan semalam tak sengaja melintas di kepala. Ekspresinya yang menggoda saat itu, membuatku hampir tak bisa mengendalikan diri. Beruntung, tak ada yang melihatnya keluar dari kamarku pagi buta tadi. "Rein," pan
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Part 18 : Duka Dari Keylion

Satu minggu telah berlalu. Hubunganku dengan Zora telah menyebar luas di Royale Academy, entah siapa yang menyebarkannya.Tak sehari pun namaku luput dalam perbincangan para gadis dan semenjak itu, Zora semakin banyak diserang secara verbal, sesuai prediksi.Namun, kami sama-sama saling menguatkan satu sama lain agar hubungan ini tetap bertahan hingga hari bahagia itu tiba."Rein, ada surat untukmu." Henry meletakkan secarik amplop kecil di meja dekat ranjang. "Hari sudah sore, cepat bangun!"Aku bangkit dari pembaringan yang nyaman dengan lesu, lalu meraih surat itu dan membacanya...Untuk Pangeran Rein Vainea yang saya hormati.Hari ini saya ingin memberi tahu bahwa saya resmi lulus dari Royale Academy. Saya ingin menraktir Anda, tapi sayangnya aturan di sini sudah lebih ketat dari sebelumnya.Yang Mulia, bolehkan saya bertemu Anda sebelum pulang ke Vainea? Jika Anda berkenan, datanglah ke perpustakaan setelah makan malam. Saya akan menunggu Anda.Maaf jika permintaan saya sedikit
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Part 19 : Serangan Dari Tryenthee

Dua minggu telah berlalu, seharusnya masa duka telah usai. Namun, Zora masih mengenakan gaun hitam. Bukan hanya itu, akhir-akhir ini hampir semua pakaiannya di dominasi warna hitam, termasuk mantel hangatnya. Juga, sikapnya jadi lebih dingin dan cenderung pendiam, seolah-olah kesedihan telah merenggut hari-hari cerahnya. Meski begitu, sikapnya padaku masih normal dan mesra seperti biasa. Aku jadi bertekad untuk membuat harinya penuh warna seperti dulu. Dia yang kadang ceroboh dan blak-blakan, aku merindukannya yang seperti itu. Dengan begitu, aku seperti tak memiliki batas apa pun karena sikap terbukanya. Hari ini, aku hampir tidur seharian dari pagi hingga sore, bahkan sampai melewatkan makan siang. Kuusap rambut yang basah setelah mandi sambil menikmati langit jingga yang sendu. "Rein, ada yang ingin bertemu denganmu." Lagi-lagi Henry membuka pintu kamarku begitu saja tanpa permisi. Meski sudah terbiasa, tapi ada kalanya aku sedikit sebal dengan kebiasaannya. "Bisakah kau ketuk
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Part 20 : Kenangan Laut

Keesokan harinya, aku sudah bersiap untuk pulang. Jika menggunakan kereta kuda, sebenarnya bisa memakan waktu lebih dari satu minggu jika ditambah waktu istirahat.Waktu keberangkatanku ke Axiandra pertama kali, keretaku ditarik 10 ekor kuda sekaligus, itu lah kenapa waktu yang kubutuhkan hanya tiga sampai empat hari saja.Namun, kali ini Luna membawa kereta kuda yang ditarik oleh 14 kuda perang yang memiliki kecepatan lari lebih tinggi dan fisik lebih tangguh. Selain itu, ia juga membawa 20 pengawal bersenjata lengkap.Dengan begini, sudah dipastikan kami akan sampai di Vainea hanya dalam waktu dua hari saja. Atau bahkan tidak sampai dua hari jika kami terus melaju tanpa istirahat.Aku membuka tirai jendela saat kuda melaju, menampakkan pemandangan indah di luar sana. Rasanya begitu penat karena ini akan menjadi perjalanan panjang. Selain itu, ada dua rasa yang kini bergelayut dalam benakku.Di satu sisi aku ingin segera sampai karena cemas dengan situasi di sana, tapi di sisi lain ak
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status