Beranda / Fantasi / Rein (Shirea book 3) / Part 20 : Kenangan Laut

Share

Part 20 : Kenangan Laut

Penulis: Indah Riera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-21 17:08:26
Keesokan harinya, aku sudah bersiap untuk pulang. Jika menggunakan kereta kuda, sebenarnya bisa memakan waktu lebih dari satu minggu jika ditambah waktu istirahat.

Waktu keberangkatanku ke Axiandra pertama kali, keretaku ditarik 10 ekor kuda sekaligus, itu lah kenapa waktu yang kubutuhkan hanya tiga sampai empat hari saja.

Namun, kali ini Luna membawa kereta kuda yang ditarik oleh 14 kuda perang yang memiliki kecepatan lari lebih tinggi dan fisik lebih tangguh. Selain itu, ia juga membawa 20 pengawal bersenjata lengkap.

Dengan begini, sudah dipastikan kami akan sampai di Vainea hanya dalam waktu dua hari saja. Atau bahkan tidak sampai dua hari jika kami terus melaju tanpa istirahat.

Aku membuka tirai jendela saat kuda melaju, menampakkan pemandangan indah di luar sana. Rasanya begitu penat karena ini akan menjadi perjalanan panjang. Selain itu, ada dua rasa yang kini bergelayut dalam benakku.

Di satu sisi aku ingin segera sampai karena cemas dengan situasi di sana, tapi di sisi lain ak
Indah Riera

Terima kasih sudah membaca ^^ Jadwal up : Senin, Rabu dan Jum'at

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rein (Shirea book 3)   Part 21 : Sepasang Penyihir

    Seminggu telah berlalu sejak sampai di Vainea. Aku masih menunggu surat balasan dari Zora, hanya itu satu-satunya pengobat rindu. Sayangnya, surat darinya belum kunjung datang, membuatku bertanya-tanya apa suratku sampai padanya?Aku berkuda sambil melamun, menahan gejolak rindu yang membuatku gelisah akhir-akhir ini. Setidaknya aku perlu tahu bagaimana kabarnya di sana, apa dia menjalani hari-harinya dengan baik atau tidak. Ah, rasanya ingin sekali berlari untuk menemuinya."Yang Mulia!"Aku tersentak saat Luna berteriak. Butuh waktu untuk sadar bahwa aku menabrak seorang wanita. Kudaku meringkik keras saat wanita itu tersungkur.Aku turun dari kuda dan menghampiri sosok itu dengan cemas. "Anda baik-baik saja, Nyonya?"Wanita itu awalnya terlihat marah, tapi ekspresinya berubah saat melihatku. "Ka-kau?""Lavina! kau baik-baik saja?!" Seorang pria paruh baya yang seumuran dengannya nampak khawatir dan membantu wanita itu berdiri."Lavina?" Mataku menyipit sejenak saat nama itu terden

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Rein (Shirea book 3)   Part 22 : Hutan Zenia

    Keesokan harinya di ruang tamu istana, Luna datang menemuiku dengan membawa gulungan perkamen yang elegan. Besi yang digunakan untuk menggulungnya dihiasi dengan ukiran elok dan menawan.Luna bilang, ia menggunakan perkamen khusus agar tulisannya tak pudar dan mampu bertahan hingga puluhan tahun.Aku menerima kemudian membacanya. Kalimat yang ia gunakan membuat wajahku memanas seketika saking indahnya...Aku yang tengah berlayar di atas harapan yang terhampar luas, kini mengarungi deburan rindu yang menggelegak. Mengantarku pada ujung dermaga, kala angin bertiup lembut bersama kidung merah merona dalam sebuah penantian.Dariku, sebongkah hati yang kau tawan.Rein Vainea...Aku segera memunggungi Luna untuk menutupi wajah yang tengah merona, walau dengan ekspresi datar. Hatiku tersenyum senang saat membaca bait paling akhir yang sangat menyentuh itu.Sial, kenapa aku malah terpesona oleh kalimat yang mewakili perasaanku sendiri?"Bagaimana, Yang Mulia? Apa ... kalimatnya terlalu be

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Rein (Shirea book 3)   Part 23 : Pinangan

    ___Empat bulan kemudian___ . Aktivitas yang padat membuatku tak sadar bahwa waktu cepat berlalu. Kini Vainea mulai mendekati stabil dengan cepat berkat bantuan Axylon. Mereka juga membantu Vainea mengirim bahan dan peralatan untuk memperbaiki perahu nelayan yang rusak. Selain itu, minggu ini aku akan mendapat surat kelulusan setelah menjalani ujian yang panjang. Beruntung, sebelumnya pihak sekolah memberi izin padaku untuk ujian di rumah dan aku berhasil menyelesaikannya dalam waktu kurang dari tiga bulan. Ya, bisa dibilang aku lebih bodoh sebulan dari Luna. Namun, aku juga dilanda resah. Zora tak lagi membalas suratku. Bahkan puisi indah yang pernah dikirim tiga bulan sebelumnya sama sekali tak ada tanggapan. Aku yang tengah dilanda rindu hanya bisa bersabar menanti sambil bertanya-tanya, apa yang terjadi padanya? Banyak prasangka yang mengusik layaknya parasit yang membuatku khawatir, berharap ia baik-baik saja. Aku menyetujui saran Bibi Erina untuk datang ke Keylion dan memin

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-28
  • Rein (Shirea book 3)   Part 24 : Patah Hati

    Perkataan Luna sedikit membuka pikiranku. Cukup menghibur ditengah hatiku yang kacau. Rasa sakit ini benar-benar membuatku tak berdaya.Kini ia kembali menunggangi kuda, berjalan hampir sejajar dengan jendela keretaku."Luna, temani aku ke suatu tempat," ujarku datar, setelah lama saling diam.Luna mengatur laju kudanya untuk menyamai posisi wajahku. "Baik, saya akan mengantar Anda ke tempat itu.""Perintahkan para pengawal untuk pulang lebih dulu."Luna tertegun. "Anda ... tidak akan membawa pengawal ke tempat itu?""Tidak. Membawa pengawal justru akan membuatku terlihat mencolok. Aku akan pergi berkuda.""Baik, saya akan memberi perintah pada mereka."Luna melaju ke depan dan tak lama semua pengawal berhenti. Ia memberi insturksi yang tadi kuperintahkan serta menyiapkan kuda untukku.Aku menuruni kereta kuda dan duduk di atas pelana. Memberi mereka instruksi agar mereka bergegas pulang. Sementara aku meminta Luna untuk mengikuti jalanku."Apa ada keperluan di suatu tempat, Yang Muli

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-01
  • Rein (Shirea book 3)   Part 25 : Bencana Dan Perang

    Aku terduduk lesu dengan kepala terkulai di meja kerja, masih meratapi pernikahan Zora yang terasa seperti mimpi buruk. Hati ini masih menggetarkan kepedihannya meski pernikahan itu sudah berlalu selama dua pekan.Sepanjang pesta pernikahannya waktu itu, aku hanya menyendiri di tepi ruangan, menatap Zora dari sudut gelap dan melihatnya bahagia. Juga, masih berandai-andai bahwa aku yang bersanding dengannya.Aku menghela napas sejenak lalu menuang teh ke cangkir. Pikiranku kembali melayang pada masa-masa kebersamaan kami di Royale Academy. Kami yang saling berbagi rasa sakit di bawah air terjun, juga berbagi kehangatan di goa yang dingin.Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya? Rasanya aku ingin mengulang kembali masa-masa itu.Aku tersenyum masam saat mengingat rona wajahnya ketika kugoda. Meski ditimpali dengan kata-kata kasar yang lantang, tapi ia terlihat menggemaskan."Yang Mulia, cukup!"Tubuhku tersentak saat Luna sudah menahan poci yang sedang kutuang."Perkamen di meja Anda b

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-03
  • Rein (Shirea book 3)   Part 26 : Pencarian

    Aku merenungkan semuanya selama dua hari pasca bencana itu terjadi. Mungkin memang sudah waktunya kembali fokus pada kerajaan dan merelakan patah hatiku. Rela. Seketika aku teringat kalimat Luna bahwa rela adalah penyembuhan terbaik. Sekarang gadis itu justru menghilang ditelan gelombang. Kini, aku duduk di ruang keluarga yang sepi, hanya berdua dengan Bibi Erina. Bisa dibilang ini diskusi pribadi yang bersifat pendisiplinan. Bibi Erina duduk bersandar dengan tangan terlipat, sementara aku duduk di kursi yang tak terlalu jauh dengannya. "Bagaimana? Sudah sadar kesalahanmu?" cecarnya dingin. "Aku mengaku salah. Maaf atas keteledoranku," sahutku. "Bisakah bibi menceritakan situasinya sebelum aku bertemu dengan para petinggi istana?" "Sebelum peristiwa ini terjadi, sebagian para petinggi memintaku untuk menggantikanmu memberi persetujuan atas tindakan yang akan mereka lakukan." Bibi Erina mulai bercerita. "Mereka memberi tahu situasinya, terutama saat terjadi fenomena aneh d

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Rein (Shirea book 3)   Part 27 : Pemulihan

    Kulihat gadis itu tengah terbaring tenang. Tubuhnya dipenuhi luka sayatan. Namun, diantara semua luka itu, luka akibat hujaman besi lah yang paling terlihat parah.Kain perban menyelimuti tubuhnya secara menyeluruh. Dalam balutan kain itu ada sedikit celah, membuatku bisa melihat pinggangnya yang terbuka.Di sana terlihat ada corak layaknya tato, tapi warnanya begitu natural seperti tanda lahir. Coraknya membentuk cekungan lingkaran seperti bulan sabit merah yang kecoklatan.Luna perlahan membuka mata, tampak sayu dengan wajah pucat. Ia mengedarkan pandangan sejenak, seperti mencoba membaca situasi di sekitarnya."Akhirnya kau sadar juga," ujarku lega dan ia menoleh ke arahku seketika."Yang Mulia?" lirihnya. "Kenapa Anda di sini?""Aku ingin melihat langsung keadaanmu yang seperti sebuah keajaiban."Ia terdiam dan menatapku sendu. "Anda baik-baik saja?""Pertanyaan macam apa itu?" Aku mengerutkan kening seketika. "Seharusnya aku yang bertanya seperti itu."Aku duduk di kursi yang ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Rein (Shirea book 3)   Part 28 : Sebutir Rasa

    "Bagaimana dengan keadaannya?" tanyaku saat tabib yang merawat Zora datang melapor."Kondisinya perlahan membaik karena segera ditangani, Yang Mulia. Tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai kesehatannya karena saat ini beliau tengah hamil muda," jawabnya.Tanganku yang tadinya hendak meneguk secangkir teh kini terhenti sejenak."Hamil muda," cicitku membeo, lalu meneguknya.Fakta itu seperti duri yang menusuk hati. Meski berusaha untuk menampik perasaan yang tersisa padanya, tapi sisi lain diriku tak bisa mengingkari bahwa hati ini masih menyimpan sedikit cinta yang terasa getir."Berikan perawatan terbaik agar segera siuman," ucapku merasa dilema. Seandainya pria yang ia nikahi bukan Carl, mungkin luka hatiku tak separah ini dan membuatku hampir gila."Yang Mulia, rapat akan segera dimulai." Luna datang melapor. "Semua dokumen sudah siap.""Ya, aku datang," sahutku seraya membawa beberapa berkas.Aku berjalan menuju ruang rapat, diikuti oleh Luna. Kuhela napas panjang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10

Bab terbaru

  • Rein (Shirea book 3)   Epilog

    _50 TAHUN KEMUDIAN_ -Kota Luna, Ibukota Vainea-.'Aku mencintaimu pada pandangan pertama. Aku mencintaimu untuk kedua kalinya. Aku juga mencintaimu di kehidupanku sebelumnya. Gapailah tanganku, maka kau dan aku akan terus bersama.'.Fiant Wayner, adalah identitas baru setelah aku turun takhta sebagai kaisar dengan memalsukan kematianku. Bukan istana lagi, kini aku menetap di lantai lima sebuah perpustakaan kota yang dibangun oleh Bibi Erina. Aku memakai kacamata, serta syal merah yang warnanya telah pudar. Kugenggam sebutir mutiara dengan uap putih yang menguar dari mulut. Kurapatkan jaket beserta topi untuk menutupi sedikit wajahku, lalu memasukkan mutiara itu ke saku. Vainea kini semakin maju seiring perkembangan jaman. Generasi pemerintahan telah berganti. Akhirnya bibi kesayanganku menikah juga, walau sangat sulit untuk memenuhi kriterianya.Terkadang aku rindu pada suasana di istana karena banyak kenangan yang tertinggal di sana. Beruntung, tak ada yang bisa mengenaliku sete

  • Rein (Shirea book 3)   Part 53 : Kekaisaran Vainea

    Aku dan Putri Clara duduk di ruang tamu istana Keylion yang dijaga ketat oleh beberapa pengawalku. Kami duduk saling berhadapan dengan suasana tegang, tanpa teh dan kudapan. Kurogoh saku dan meletakkan lencana Ratu Keylion di meja dengan sedikit melemparnya. "Saat terjadi keributan di Keylion karena perebutan takhta, seharusnya kau menjadi Ratu Keylion. Sesuai dengan urutan pewaris, posisimu ada di bawah Raja Luen," ujarku. "Pakailah! Sekarang kau adalah penguasa." Ia terkejut atas kalimatku. "Kenapa? Bukankah Anda melakukan perang penaklukan agar bisa menguasai Keylion?" "Musuhku adalah Zora, bukan Keylion." "Jadi Anda melakukan perang penaklukan hanya untuk membunuh Zora?" Clara tak habis pikir. "Apa Anda tahu bahwa tindakan Anda akan membuat Vainea dimusuhi banyak kerajaan lain?" "Kau menanyakan keputusanku?" "Maaf jika saya lancang, hanya saja ... jika Anda memang dari awal mengincar Zora, seharusnya Anda bisa melakukannya tanpa harus membuat perang besar." "Aku tidak tahu

  • Rein (Shirea book 3)   Part 52 : Perang Penaklukan

    Hanya dalam satu bulan, aku berhasil mempelajari sihir yang dipinjamkan padaku. Meski ada bagian yang sulit dan bahkan hampir merenggut nyawa, tapi pada akhirnya aku bisa menguasainya. Hari ini, tepat awal musim dingin, kudaku melaju bersama seribu pasukan di belakang. Baju zirah mereka telah kuberi batu sihir klon agar jumlahnya berlipat. Masing-masing satu orang bisa dikloning seratus kali lipat.Jika aku membawa seribu, jumlahnya akan bertambah menjadi seratus ribu. Itu jumlah yang cukup untuk memporakporandakan satu kota di perbatasan. Bukan hanya itu, batu sihir di baju zirah mereka juga terkoneksi dengan kekuatan sihirku agar stamina mereka tak surut dengan mudah. Setelah berkuda sejak dini hari, akhirnya kami sampai di perbatasan Keylion. Ribuan pasukan sudah menghadang dengan senjata dan alat tempur mereka.Hanya menunggu waktu hingga pasukan kami saling membentur kematian. "Tembak!" Sebuah bola api raksasa melesat dari benteng dan untungnya aku sudah mengantisipasi

  • Rein (Shirea book 3)   Part 51 : Sihir

    Pada umumnya, masa duka hanya berlangsung satu sampai dua minggu. Namun, hingga satu bulan masa dukaku belum juga usai. Tak jarang aku mendengar gunjingan bahwa Raja Vainea berubah menjadi pendiam dan mulai gila.Berkat telingaku yang peka akibat kekuatan baru, aku juga bisa mendengar gunjingan para pelayan mengenai diriku.'Yang mulia raja sudah menjadi mayat hidup karena terlalu bersedih. Tubuhnya kurus dan pucat.''Yang mulia raja sedang dihukum akibat skandal yang membuatnya melanggar ritual.''Yang mulia raja mulai gila dan terus meminta pelayan untuk menyiapkan keperluan mendiang ratu yang telah tiada. Para pelayan diharuskan tetap menyediakan makan malam untuk ratu meski beliau tahu, makanan itu takan ada yang menyentuhnya.''Sungguh kasihan raja kami. Kekayaan dan kekuasaan seolah tak ada artinya tanpa ada yang mulia ratu di sisinya.'Ya, gunjingan-gunjingan itu memenuhi kepalaku, tapi aku enggan untuk merespons. Bagiku, mereka boleh berpendapat asal tak bersikap lancang di ha

  • Rein (Shirea book 3)   Part 50 : Jiwa Yang Pergi

    ____Serangan di Hari ke Lima Belas___ Aku berdiri di atas menara perbatasan untuk melihat langusng situasi dari kejauhan. Rupanya, pasukan yang dikerahkan Zora cukup banyak. Namun, wanita itu tak terlihat. Mungkin saja dia ada di barisan belakang.Aku menghela napas saat puluhan meriam tengah menembaki dinding untuk meruntuhkan benteng. Namun, nihil. Inilah alasan mengapa aku tak menggunakan meriam saat perang penaklukan, karena aku tahu takan bisa meruntuhkan dinding ini. Beruntung, aku berhasil mendapat pasokan bahan peledak dari Axylon. Kini sudah 15 hari aku berada di sini untuk memantau situasi, tapi rasanya seperti sia-sia. Kalau seperti ini terus, Vainea akan mengalami masa krisis yang parah. "Yang Mulia, utusan yang Anda kirim untuk menemui Ratu Zora tewas dibunuh," ujar Eleanor. "Tampaknya beliau enggan untuk melakukan negosiasi." "Tak kusangka rencanaku meleset jauh." Aku menarik napas sembari berpikir. "Berdasarkan karakternya, seharusnya ia akan menerima permintaanku un

  • Rein (Shirea book 3)   Part 49 : Berita Dan Hukuman

    Kabar skandal kami akhirnya tersebar setelah kunjunganku ke Keylion beberapa hari yang lalu. Ya, sesuai dugaanku sebelumnya.Aku senang karena rencanaku berhasil, tapi akibat dari berita skandal itu, masyarakat mulai mempertanyakan kesetiaanku. Bahkan ada yang melontarkan serapah atas pengkhianatan ritual yang mereka anggap suci.Juga, ada yang membanding-bandingkan kesetiaanku dengan mendiang ayah yang pernah menikah lagi dengan Putri Lucia dari Tryenthee karena politik. Namun, beliau tak menyentuh istri ke-duanya sama sekali demi menjaga ritual pernikahannya dengan ibu.Luna sangat bersabar dengan kabar yang beredar, terutama cemoohan para gadis yang iri atas kedudukannya.Sebenarnya aku sedikit tak terima atas cemoohan yang ditujukan padanya. Dalam hal ini, sepenuhnya adalah salahku, tapi ia ikut justru terkena imbasnya.Mungkin saat ini Zora juga mengira aku akan panik atas menyebarnya berita skandal ini. Namun, nyatanya tidak. Semua ini sudah termasuk bagian dari rencanaku walau

  • Rein (Shirea book 3)   Part 48 : Kunjungan Diplomasi

    Aku terbangun dengan perih di sekujur tubuh. Perabot yang berantakan membuatku tersadar betapa gilanya kami memadu kasih semalam.Tubuhku dipenuhi cakaran dan gigitan Luna, serta serpihan beling yang sebagian masih menancap. Luna memekik sakit, ia pun terbangun seraya meringis. Tubuhnya dipenuhi luka lebam berbaur bekas cumbuan."Kau baik-baik saja?"Luna terdiam sejenak. "Ada beling di kakiku."Aku segera memeriksa telapak kakinya. Benar saja, satu lempengan runcing nan bening menancap di sana, disertai darah yang mengering.Luna memekik saat kucabut benda tajam itu. Kini darahnya kembali menetes, menambah bercak merah pada sprei yang sudah ternoda."Yang Mulia, sarapan sudah tersedia," ujar Vajira dari balik pintu."Kami akan menyusul!" sahutku. "Oh, Vajira. Tolong panggil tabib dan beberapa pelayan lain!""Baik, Yang Mulia," sahutnya.Aku memekik saat Luna menyabut salah satu beling di punggungku."Astaga, banyak sekali yang tertancap," gumamnya.Luna segera meraih ujung sprei dan

  • Rein (Shirea book 3)   Part 47 : Penawaran Kerja Sama

    Aroma darah mengudara di medan perang nan suram. Aku bersimpuh di tengah ratusan mayat yang bergelimpangan, merengkuh sosok Luna yang tak bernyawa dengan kegelapan yang menyelimuti hati. Tangisan pilu menguasai diriku pada tangan yang ternoda, begitu menyesakkan dada. Angin berbisik. 'Hukuman telah dimulai' Aku membuka mata dengan tubuh mengerjap. Kudapati langit-langit kamar dengan peluh yang membasahi dahi. Sial, aku mimpi buruk lagi. Biasanya aku mimpi jika tidur malam, tapi anehnya ini terjadi saat tidur siang. Sudah ke tiga kali aku bermimpi hal serupa dan sampai sekarang, hubunganku dan Luna masih begitu dingin. "Anda baik-baik saja?" Aku teduduk saat Ezra bertanya. "Hanya mimpi buruk." "Awalnya saya hendak membangunkan Anda, tapi Anda sudah bangun lebih dulu," ujarnya. "Anda sangat gelisah dalam tidur Anda." Kutatap anak berusia sepuluh tahunan itu. "Bocah, tidak biasanya kau membangunkanku. Apa ada sesuatu yang sangat penting?" "Benar, Yang Mulia. Maaf jika saya tak sop

  • Rein (Shirea book 3)   Part 46 : Serangan Di Ibukota

    Katanya, pagi hari merupakan awal yang baru. Sepertinya itu benar. Ini awal baru dimana penderitaanku dimulai. Setelah ini hidupku akan dipenuhi kutukan dan hukuman. Juga, mungkin aku takan mendapat pengampunan.Semua para tamu dari berbagai kerajaan mulai berpamitan dan bersiap untuk pulang ke negara masing-masing, begitu pun denganku. Di antara puluhan penguasa, mungkin hanya aku yang tak memberi penghormatan terakhir pada tuan rumah."Padahal matahari begitu cerah, tapi kenapa aku merasa kedinginan di dekatmu?" sindir Raja Leon dengan nada bercanda, sementara aku tak merespons.Kemudian ia menatap putranya yang baru saja datang. "Kau juga terlihat muram, Hans.""Aku sedikit lelah," sahutnya ikut bergabung.Raja Leon menepuk bahu putranya yang tampak lesu, kemudian ia terdiam sejenak lalu menyeringai. "Kau semalam bercinta penuh semangat?"Raja Hans segera menepis tangan ayahnya dengan wajah malu. "Jangan sembarangan membaca pikiranku, Ayah."Sepertinya Zora memang memberi obat di m

DMCA.com Protection Status