Home / Fantasi / Rein (Shirea book 3) / Part 28 : Sebutir Rasa

Share

Part 28 : Sebutir Rasa

Author: Indah Riera
last update Last Updated: 2024-07-10 14:32:01

"Bagaimana dengan keadaannya?" tanyaku saat tabib yang merawat Zora datang melapor.

"Kondisinya perlahan membaik karena segera ditangani, Yang Mulia. Tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai kesehatannya karena saat ini beliau tengah hamil muda," jawabnya.

Tanganku yang tadinya hendak meneguk secangkir teh kini terhenti sejenak.

"Hamil muda," cicitku membeo, lalu meneguknya.

Fakta itu seperti duri yang menusuk hati. Meski berusaha untuk menampik perasaan yang tersisa padanya, tapi sisi lain diriku tak bisa mengingkari bahwa hati ini masih menyimpan sedikit cinta yang terasa getir.

"Berikan perawatan terbaik agar segera siuman," ucapku merasa dilema. Seandainya pria yang ia nikahi bukan Carl, mungkin luka hatiku tak separah ini dan membuatku hampir gila.

"Yang Mulia, rapat akan segera dimulai." Luna datang melapor. "Semua dokumen sudah siap."

"Ya, aku datang," sahutku seraya membawa beberapa berkas.

Aku berjalan menuju ruang rapat, diikuti oleh Luna. Kuhela napas panjang.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Rein (Shirea book 3)   Part 29 : Jebakan

    Sebuah kereta kuda sudah bersiap di halaman istana, juga 10 pengawal yang kusiapkan dibawah komando Tuan Zern. Kuda putihku juga sudah dipenuhi peralatan lengkap, hanya tinggal menunggu waktu untuk berangkat.Bibi Erina berdiri di ujung tangga teras, menatap Zora yang hendak masuk ke kereta kuda. Matanya menyipit dengan ekspresi dingin yang mengintimidasi. Bukan hanya itu, sebelah matanya yang kehijauan sedikit menyala pijar di bawah temaramnya langit pagi."Apa ada sesuatu?" tanyaku yang terus memperhatikannya.Pendaran cahaya pada iris matanya pertanda ia melihat sesuatu tak kasat mata."Kenapa kau harus ikut?" jawabnya bertanya."Aku akan mengunjungi Raja Luen untuk membicarakan beberapa hal. Juga, agar beliau mau bekerja sama untuk menjelaskan bahwa Putri Zora dipulangkan secara baik-baik jika nanti Tryenthee menyebarkan rumor buruk. Apa bibi melihat sesuatu?""Aku tak menyangka gadis polos yang pernah kau selamatkan, kini terlihat seperti ular. Teruslah menjaga jarak dengannya."K

    Last Updated : 2024-07-12
  • Rein (Shirea book 3)   Part 30 : Bunga Musim Dingin

    Kubuka mata perlahan dengan sayu. Langit-langit yang asing, juga aroma obat-obatan. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan tubuh nyeri. Selain itu, kepalaku juga masih terasa berat.Dilihat dari dekorasi ruangannya, sudah pasti aku berada di istana mewah. Namun, di mana aku?"Anda sudah sadar rupanya."Seorang pelayan masuk dengan membawa secangkir minuman beraroma herbal. Dia juga pelayan yang asing."Aku ada di mana?" tanyaku parau."Istana Benriaco."Keningku mengerut seketika, mencoba untuk mengingat kembali kejadian sebelum ini."Saya akan memberi tahu tuan putri bahwa Anda sudah siuman."Aku masih terdiam dengan alis terangkat sebelah. Tuan putri siapa?Tak lama, seorang wanita paruh baya datang dan menatapku lega. Ia juga didampingi seorang tabib pria yang terlihat seumuran dengannya."Putri Saraya?" Aku tertegun."Akhirnya kau siuman setelah hampir dua minggu tak sadarkan diri.""Hampir dua minggu? Saya tak sadarkan diri selama itu?" tanyaku syok. Padahal hanya luka tu

    Last Updated : 2024-07-15
  • Rein (Shirea book 3)   Part 31 : Mawar Putih

    Aku duduk di meja kerja dengan frustrasi saat Kerajaan Brixia menyampaikan bahwa mereka tak memiliki bunga itu. Pihak Axiandra juga mengaku jika mereka tak pernah memanen bunga itu karena medan yang sulit.Semakin hari kondisi Luna semakin memburuk. Kudengar ia sudah kehilangan penglihatannya, sementara pencarianku belum membuahkan hasil.Sekali lagi, bunga itu hanya tumbuh pada musim dingin. Masih terlalu jauh untuk sampai pada musim itu sedangkan batas hidup Luna sudah diprediksi takan sampai musim gugur tiba.Sial, aku harus bagaimana? Ada bagian hatiku yang tak ingin kehilangan dirinya.Aku meninggalkan ruang kerja yang terasa penat. Berkuda dengan cemas dan bermaksud untuk mengunjungi gadis itu. Aku penasaran, sudah separah apa kondisinya.Setelah berkuda selama lima jam, akhirnya aku sampai di kediaman adipati. Bangunan itu menyerupai mansion mewah nan sepi. Walau ditata dengan rapi, aku bisa merasakan kesunyian di dalamnya."Selamat datang di kediaman Fredy, Yang Mulia," sambut

    Last Updated : 2024-07-17
  • Rein (Shirea book 3)   Part 32 : Mutiara Sang Tiram

    Akhirnya, aku sampai di Kerajaan Axiandra dalam waktu enam hari, menggunakan kuda perang dengan istirahat yang minim tanpa menginap. Kudaku sampai depresi karena dipaksa berlari menempuh jarak jauh.Kini aku berjalan santai menyusuri kota. Tak butuh waktu lama untuk sampai di sebuah kedai yang familier. Di sana adalah tempat dimana kami bertiga pernah makan bersama saat keluar dari Royale Academy tanpa izin.Aku masuk dan duduk di bangku kosong sambil memesan makan dan minum setelah perjalanan jauh. Kuedarkan pandangan untuk mencari sosok Henry, tapi nihil. Ya, mungkin dia akan sedikit terlambat."Rein?"Aku menoleh ketika seorang bertudung kepala menyapa. "Oh, Henry. Akhirnya kau datang juga.""Maaf sudah membuatmu menunggu." Ia duduk di seberang meja."Tidak. Aku juga baru sampai," sahutku lega. "Bagaimana? Kau bawa penawarnya?""Tentu saja bawa." Henry mengeluarkan botol kecil dengan desain rumit yang elok. "Butuh waktu dua tahun untuk mendapat 10 ml penawar ini. Satu bunga Valvhery

    Last Updated : 2024-07-19
  • Rein (Shirea book 3)   Part 33 : Black Crown

    Sehari setelah kematian Luna, aku belum beranjak dari kamar dan melarang pelayan untuk masuk. Sudah tiga hari aku menangis dan merenungi semuanya. Sungguh, patah hati ditinggal Luna ternyata jauh menyakitkan dibanding pernikahan Zora waktu itu. Rasa kehilangan ini begitu besar sampai aku merasa kosong. Aku tak tahu siapa yang melaporkan tindakanku pada Bibi Erina, tapi yang jelas wanita itu kini tengah memaki dari luar kamar. Napasku masih bergetar akibat terisak dalam waktu lama, juga masih terkulai di ranjang seraya menggenggam mutiara kokoh yang menjadi sebuah peninggalan berharga. Aku meletakkan benda itu ke tempatnya, lalu menyimpannya di laci. Makian Bibi Erina masih terdengar, membuatku terpaksa bangun dari ranjang dan menemuinya. "Apa perlu seperti itu di depan kamarku?" tegurku lesu saat membuka pintu. "Kalau tidak seperti itu, kau tidak akan keluar!" sahutnya masih setengah memaki. "Hari ini kau bahkan melewatkan jam makanmu seharian penuh. Kau itu ingin mati atau bagaim

    Last Updated : 2024-07-22
  • Rein (Shirea book 3)   Part 34 : Invasi

    Aku duduk di sofa ruang kerja sembari menyangga dagu, mata-mata utusanku akhirnya kembali membawa laporan. Dia mengatakan bahwa kondisi Tryenthee sangat kacau meski penguasa di sana sudah berganti.Beberapa provinsi ingin melepaskan diri dari bagian Tryenthee, juga kudengar ada kerajaan lain mengincar kerajaan yang sedang carut marut itu.Tentu saja, hal itu membuatku harus bertindak cepat sebelum ada pihak lain yang menguasai daratan incaranku.Dia juga mengatakan bahwa pertahanan Tryenthee sedang melemah. Selain bangsawan yang memiliki loyalitas bersaing, korupsi juga berimbas pada persenjataan militer yang tak layak sehingga perang saudara terakhir dimenangkan oleh Provinsi Luzen.Seandainya aku tahu Tryenthee ternyata serapuh itu dari awal, mungkin seharusnya aku langsung menyerang tanpa meracuni mereka semua. Namun, di sisi lain aku juga tak boleh gegabah.Ah, biarlah. Justru hal ini membuatku semakin mudah menyerang mereka."Bagaimana dengan kondisi pasukan di sana?" tanyaku."S

    Last Updated : 2024-07-24
  • Rein (Shirea book 3)   Part 35 : Tryenthee Runtuh

    Kami kembali melanjutkan invasi secara besar-besaran di ibukota. Berkat bantuan tambahan dari Tuan Dary, rencanaku berjalan lancar. Seharusnya ini tak sulit. Setelah mendapatkan istana, aku akan merebut pemerintahan Tryenthee lalu menguasai semua wilayah dengan mudah. Memaksa mereka untuk tunduk padaku sebagai penguasa baru dan mengeksekusi seluruh keluarga kerajaan tanpa sisa. Meski aku sudah mendapatkan sebagian wilayah ibukota, tapi jarak istana begitu jauh. Kota Truin ternyata begitu luas. Hari mulai malam dan perjalananku masih lumayan jauh. Dari kejauhan, mataku melihat siluet tenda pasukan lain yang asing. Cahaya api bekas kebakaran masih terlihat seolah-olah telah terjadi pertempuran hebat pada beberapa hari sebelumnya. "Yang Mulia, di depan adalah pasukan dari Gubernur Luzen," ujar salah satu pemimpin pasukan yang berada di sebelahku. "Oh, ternyata mereka masih ada di sini? Kukira perang antara pasukan relawan Benriaco dengan Gubernur Luzen sudah selesai," gumamku, tak me

    Last Updated : 2024-07-26
  • Rein (Shirea book 3)   Part 36 : Wilayah Baru Vainea

    "Jadi seperti ini rasanya duduk di singgasana raja?" gumamku sambil menyangga dagu, sadar diri jika masih menyandang status pangeran. "Tidak buruk.""Yang Mulia, Ratu Zora berhasil melarikan diri dan pulang ke Kerajaan Keylion," ujar salah satu pasukanku.Aku terdiam sejenak sembari berpikir. Jika ia sudah berhasil memasuki wilayah Keylion, berarti aku harus menghentikan pengejaran terhadapnya dan mencari cara lain. Meski begitu, aku harus tetap waspada karena ia sangat berbahaya."Abaikan dia untuk sementara. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah menangkap seluruh keluarga kerajaan yang tersisa, hidup atau mati.""Baik."Setelah berhasil mendapatkan istana dan mendeklarasikan kemenangan di hadapan semua orang, aku kembali melakukan invasi ke seluruh provinsi dan membereskan orang-orang yang berpotensi untuk memberontak.Berita runtuhnya Tryenthee menyebar secara luas. Semua mata dunia kini tertuju padaku. Sebagian kagum atas keberhasilanku, sebagian juga mengecam tindakanku atas hi

    Last Updated : 2024-07-29

Latest chapter

  • Rein (Shirea book 3)   Epilog

    _50 TAHUN KEMUDIAN_ -Kota Luna, Ibukota Vainea-.'Aku mencintaimu pada pandangan pertama. Aku mencintaimu untuk kedua kalinya. Aku juga mencintaimu di kehidupanku sebelumnya. Gapailah tanganku, maka kau dan aku akan terus bersama.'.Fiant Wayner, adalah identitas baru setelah aku turun takhta sebagai kaisar dengan memalsukan kematianku. Bukan istana lagi, kini aku menetap di lantai lima sebuah perpustakaan kota yang dibangun oleh Bibi Erina. Aku memakai kacamata, serta syal merah yang warnanya telah pudar. Kugenggam sebutir mutiara dengan uap putih yang menguar dari mulut. Kurapatkan jaket beserta topi untuk menutupi sedikit wajahku, lalu memasukkan mutiara itu ke saku. Vainea kini semakin maju seiring perkembangan jaman. Generasi pemerintahan telah berganti. Akhirnya bibi kesayanganku menikah juga, walau sangat sulit untuk memenuhi kriterianya.Terkadang aku rindu pada suasana di istana karena banyak kenangan yang tertinggal di sana. Beruntung, tak ada yang bisa mengenaliku sete

  • Rein (Shirea book 3)   Part 53 : Kekaisaran Vainea

    Aku dan Putri Clara duduk di ruang tamu istana Keylion yang dijaga ketat oleh beberapa pengawalku. Kami duduk saling berhadapan dengan suasana tegang, tanpa teh dan kudapan. Kurogoh saku dan meletakkan lencana Ratu Keylion di meja dengan sedikit melemparnya. "Saat terjadi keributan di Keylion karena perebutan takhta, seharusnya kau menjadi Ratu Keylion. Sesuai dengan urutan pewaris, posisimu ada di bawah Raja Luen," ujarku. "Pakailah! Sekarang kau adalah penguasa." Ia terkejut atas kalimatku. "Kenapa? Bukankah Anda melakukan perang penaklukan agar bisa menguasai Keylion?" "Musuhku adalah Zora, bukan Keylion." "Jadi Anda melakukan perang penaklukan hanya untuk membunuh Zora?" Clara tak habis pikir. "Apa Anda tahu bahwa tindakan Anda akan membuat Vainea dimusuhi banyak kerajaan lain?" "Kau menanyakan keputusanku?" "Maaf jika saya lancang, hanya saja ... jika Anda memang dari awal mengincar Zora, seharusnya Anda bisa melakukannya tanpa harus membuat perang besar." "Aku tidak tahu

  • Rein (Shirea book 3)   Part 52 : Perang Penaklukan

    Hanya dalam satu bulan, aku berhasil mempelajari sihir yang dipinjamkan padaku. Meski ada bagian yang sulit dan bahkan hampir merenggut nyawa, tapi pada akhirnya aku bisa menguasainya. Hari ini, tepat awal musim dingin, kudaku melaju bersama seribu pasukan di belakang. Baju zirah mereka telah kuberi batu sihir klon agar jumlahnya berlipat. Masing-masing satu orang bisa dikloning seratus kali lipat.Jika aku membawa seribu, jumlahnya akan bertambah menjadi seratus ribu. Itu jumlah yang cukup untuk memporakporandakan satu kota di perbatasan. Bukan hanya itu, batu sihir di baju zirah mereka juga terkoneksi dengan kekuatan sihirku agar stamina mereka tak surut dengan mudah. Setelah berkuda sejak dini hari, akhirnya kami sampai di perbatasan Keylion. Ribuan pasukan sudah menghadang dengan senjata dan alat tempur mereka.Hanya menunggu waktu hingga pasukan kami saling membentur kematian. "Tembak!" Sebuah bola api raksasa melesat dari benteng dan untungnya aku sudah mengantisipasi

  • Rein (Shirea book 3)   Part 51 : Sihir

    Pada umumnya, masa duka hanya berlangsung satu sampai dua minggu. Namun, hingga satu bulan masa dukaku belum juga usai. Tak jarang aku mendengar gunjingan bahwa Raja Vainea berubah menjadi pendiam dan mulai gila.Berkat telingaku yang peka akibat kekuatan baru, aku juga bisa mendengar gunjingan para pelayan mengenai diriku.'Yang mulia raja sudah menjadi mayat hidup karena terlalu bersedih. Tubuhnya kurus dan pucat.''Yang mulia raja sedang dihukum akibat skandal yang membuatnya melanggar ritual.''Yang mulia raja mulai gila dan terus meminta pelayan untuk menyiapkan keperluan mendiang ratu yang telah tiada. Para pelayan diharuskan tetap menyediakan makan malam untuk ratu meski beliau tahu, makanan itu takan ada yang menyentuhnya.''Sungguh kasihan raja kami. Kekayaan dan kekuasaan seolah tak ada artinya tanpa ada yang mulia ratu di sisinya.'Ya, gunjingan-gunjingan itu memenuhi kepalaku, tapi aku enggan untuk merespons. Bagiku, mereka boleh berpendapat asal tak bersikap lancang di ha

  • Rein (Shirea book 3)   Part 50 : Jiwa Yang Pergi

    ____Serangan di Hari ke Lima Belas___ Aku berdiri di atas menara perbatasan untuk melihat langusng situasi dari kejauhan. Rupanya, pasukan yang dikerahkan Zora cukup banyak. Namun, wanita itu tak terlihat. Mungkin saja dia ada di barisan belakang.Aku menghela napas saat puluhan meriam tengah menembaki dinding untuk meruntuhkan benteng. Namun, nihil. Inilah alasan mengapa aku tak menggunakan meriam saat perang penaklukan, karena aku tahu takan bisa meruntuhkan dinding ini. Beruntung, aku berhasil mendapat pasokan bahan peledak dari Axylon. Kini sudah 15 hari aku berada di sini untuk memantau situasi, tapi rasanya seperti sia-sia. Kalau seperti ini terus, Vainea akan mengalami masa krisis yang parah. "Yang Mulia, utusan yang Anda kirim untuk menemui Ratu Zora tewas dibunuh," ujar Eleanor. "Tampaknya beliau enggan untuk melakukan negosiasi." "Tak kusangka rencanaku meleset jauh." Aku menarik napas sembari berpikir. "Berdasarkan karakternya, seharusnya ia akan menerima permintaanku un

  • Rein (Shirea book 3)   Part 49 : Berita Dan Hukuman

    Kabar skandal kami akhirnya tersebar setelah kunjunganku ke Keylion beberapa hari yang lalu. Ya, sesuai dugaanku sebelumnya.Aku senang karena rencanaku berhasil, tapi akibat dari berita skandal itu, masyarakat mulai mempertanyakan kesetiaanku. Bahkan ada yang melontarkan serapah atas pengkhianatan ritual yang mereka anggap suci.Juga, ada yang membanding-bandingkan kesetiaanku dengan mendiang ayah yang pernah menikah lagi dengan Putri Lucia dari Tryenthee karena politik. Namun, beliau tak menyentuh istri ke-duanya sama sekali demi menjaga ritual pernikahannya dengan ibu.Luna sangat bersabar dengan kabar yang beredar, terutama cemoohan para gadis yang iri atas kedudukannya.Sebenarnya aku sedikit tak terima atas cemoohan yang ditujukan padanya. Dalam hal ini, sepenuhnya adalah salahku, tapi ia ikut justru terkena imbasnya.Mungkin saat ini Zora juga mengira aku akan panik atas menyebarnya berita skandal ini. Namun, nyatanya tidak. Semua ini sudah termasuk bagian dari rencanaku walau

  • Rein (Shirea book 3)   Part 48 : Kunjungan Diplomasi

    Aku terbangun dengan perih di sekujur tubuh. Perabot yang berantakan membuatku tersadar betapa gilanya kami memadu kasih semalam.Tubuhku dipenuhi cakaran dan gigitan Luna, serta serpihan beling yang sebagian masih menancap. Luna memekik sakit, ia pun terbangun seraya meringis. Tubuhnya dipenuhi luka lebam berbaur bekas cumbuan."Kau baik-baik saja?"Luna terdiam sejenak. "Ada beling di kakiku."Aku segera memeriksa telapak kakinya. Benar saja, satu lempengan runcing nan bening menancap di sana, disertai darah yang mengering.Luna memekik saat kucabut benda tajam itu. Kini darahnya kembali menetes, menambah bercak merah pada sprei yang sudah ternoda."Yang Mulia, sarapan sudah tersedia," ujar Vajira dari balik pintu."Kami akan menyusul!" sahutku. "Oh, Vajira. Tolong panggil tabib dan beberapa pelayan lain!""Baik, Yang Mulia," sahutnya.Aku memekik saat Luna menyabut salah satu beling di punggungku."Astaga, banyak sekali yang tertancap," gumamnya.Luna segera meraih ujung sprei dan

  • Rein (Shirea book 3)   Part 47 : Penawaran Kerja Sama

    Aroma darah mengudara di medan perang nan suram. Aku bersimpuh di tengah ratusan mayat yang bergelimpangan, merengkuh sosok Luna yang tak bernyawa dengan kegelapan yang menyelimuti hati. Tangisan pilu menguasai diriku pada tangan yang ternoda, begitu menyesakkan dada. Angin berbisik. 'Hukuman telah dimulai' Aku membuka mata dengan tubuh mengerjap. Kudapati langit-langit kamar dengan peluh yang membasahi dahi. Sial, aku mimpi buruk lagi. Biasanya aku mimpi jika tidur malam, tapi anehnya ini terjadi saat tidur siang. Sudah ke tiga kali aku bermimpi hal serupa dan sampai sekarang, hubunganku dan Luna masih begitu dingin. "Anda baik-baik saja?" Aku teduduk saat Ezra bertanya. "Hanya mimpi buruk." "Awalnya saya hendak membangunkan Anda, tapi Anda sudah bangun lebih dulu," ujarnya. "Anda sangat gelisah dalam tidur Anda." Kutatap anak berusia sepuluh tahunan itu. "Bocah, tidak biasanya kau membangunkanku. Apa ada sesuatu yang sangat penting?" "Benar, Yang Mulia. Maaf jika saya tak sop

  • Rein (Shirea book 3)   Part 46 : Serangan Di Ibukota

    Katanya, pagi hari merupakan awal yang baru. Sepertinya itu benar. Ini awal baru dimana penderitaanku dimulai. Setelah ini hidupku akan dipenuhi kutukan dan hukuman. Juga, mungkin aku takan mendapat pengampunan.Semua para tamu dari berbagai kerajaan mulai berpamitan dan bersiap untuk pulang ke negara masing-masing, begitu pun denganku. Di antara puluhan penguasa, mungkin hanya aku yang tak memberi penghormatan terakhir pada tuan rumah."Padahal matahari begitu cerah, tapi kenapa aku merasa kedinginan di dekatmu?" sindir Raja Leon dengan nada bercanda, sementara aku tak merespons.Kemudian ia menatap putranya yang baru saja datang. "Kau juga terlihat muram, Hans.""Aku sedikit lelah," sahutnya ikut bergabung.Raja Leon menepuk bahu putranya yang tampak lesu, kemudian ia terdiam sejenak lalu menyeringai. "Kau semalam bercinta penuh semangat?"Raja Hans segera menepis tangan ayahnya dengan wajah malu. "Jangan sembarangan membaca pikiranku, Ayah."Sepertinya Zora memang memberi obat di m

DMCA.com Protection Status