NB : Cerita ini sebenernya berkonsep eropa era pertengahan. Ada beberapa istilah yang author tulis dalam bahasa indonesia. Seperti : Adipati : Duke (Luna berarti posisinya sebagai Duchess) Kadipaten : Duchy Markuis : Marquees (sebagai penjaga perbatasan) Gubernur : Count Provinsi : County Terima kasih sudah membaca ^^
Aku duduk di sofa ruang kerja sembari menyangga dagu, mata-mata utusanku akhirnya kembali membawa laporan. Dia mengatakan bahwa kondisi Tryenthee sangat kacau meski penguasa di sana sudah berganti.Beberapa provinsi ingin melepaskan diri dari bagian Tryenthee, juga kudengar ada kerajaan lain mengincar kerajaan yang sedang carut marut itu.Tentu saja, hal itu membuatku harus bertindak cepat sebelum ada pihak lain yang menguasai daratan incaranku.Dia juga mengatakan bahwa pertahanan Tryenthee sedang melemah. Selain bangsawan yang memiliki loyalitas bersaing, korupsi juga berimbas pada persenjataan militer yang tak layak sehingga perang saudara terakhir dimenangkan oleh Provinsi Luzen.Seandainya aku tahu Tryenthee ternyata serapuh itu dari awal, mungkin seharusnya aku langsung menyerang tanpa meracuni mereka semua. Namun, di sisi lain aku juga tak boleh gegabah.Ah, biarlah. Justru hal ini membuatku semakin mudah menyerang mereka."Bagaimana dengan kondisi pasukan di sana?" tanyaku."S
Kami kembali melanjutkan invasi secara besar-besaran di ibukota. Berkat bantuan tambahan dari Tuan Dary, rencanaku berjalan lancar. Seharusnya ini tak sulit. Setelah mendapatkan istana, aku akan merebut pemerintahan Tryenthee lalu menguasai semua wilayah dengan mudah. Memaksa mereka untuk tunduk padaku sebagai penguasa baru dan mengeksekusi seluruh keluarga kerajaan tanpa sisa. Meski aku sudah mendapatkan sebagian wilayah ibukota, tapi jarak istana begitu jauh. Kota Truin ternyata begitu luas. Hari mulai malam dan perjalananku masih lumayan jauh. Dari kejauhan, mataku melihat siluet tenda pasukan lain yang asing. Cahaya api bekas kebakaran masih terlihat seolah-olah telah terjadi pertempuran hebat pada beberapa hari sebelumnya. "Yang Mulia, di depan adalah pasukan dari Gubernur Luzen," ujar salah satu pemimpin pasukan yang berada di sebelahku. "Oh, ternyata mereka masih ada di sini? Kukira perang antara pasukan relawan Benriaco dengan Gubernur Luzen sudah selesai," gumamku, tak me
"Jadi seperti ini rasanya duduk di singgasana raja?" gumamku sambil menyangga dagu, sadar diri jika masih menyandang status pangeran. "Tidak buruk.""Yang Mulia, Ratu Zora berhasil melarikan diri dan pulang ke Kerajaan Keylion," ujar salah satu pasukanku.Aku terdiam sejenak sembari berpikir. Jika ia sudah berhasil memasuki wilayah Keylion, berarti aku harus menghentikan pengejaran terhadapnya dan mencari cara lain. Meski begitu, aku harus tetap waspada karena ia sangat berbahaya."Abaikan dia untuk sementara. Sekarang yang perlu kita lakukan adalah menangkap seluruh keluarga kerajaan yang tersisa, hidup atau mati.""Baik."Setelah berhasil mendapatkan istana dan mendeklarasikan kemenangan di hadapan semua orang, aku kembali melakukan invasi ke seluruh provinsi dan membereskan orang-orang yang berpotensi untuk memberontak.Berita runtuhnya Tryenthee menyebar secara luas. Semua mata dunia kini tertuju padaku. Sebagian kagum atas keberhasilanku, sebagian juga mengecam tindakanku atas hi
Setelah turun dari pelabuhan, aku segera menunggangi kuda dan melaju ke Istana Putri.Setelah hampir setahun tak pulang, aku seperti diingatkan kembali pada kenangan manis di tempat ini, membangkitkan kerinduan yang tak bisa kujelaskan.Kuhirup udara dengan bebas ketika angin bertiup kencang. Aroma musim semi merebak, mengingatkanku pada beberapa kuntum bunga yang bermekaran.Setelah beberapa jam berkuda, akhirnya rombonganku sampai di istana. Para pelayan menyambut dan segera menyiapkan keperluanku. Aku segera ke Mansion Putra Mahkota untuk berganti pakaian. Setelah itu, bergegas ke Mansion Putri untuk melihat langsung keadaan Bibi Erina."Saya ingin bertemu dengan tuan putri," ujarku pada penjaga mansion."Mari silakan masuk, Yang Mulia. Putri ada di taman belakang."Aku mengikuti langkah pelayan yang membawaku ke taman. Tempat favoritnya untuk membaca buku, seperti biasa."Bibi," panggilku saat melihat sosoknya duduk membelakangiku.Perlahan ia menoleh dan aku segera berlari ke ara
Aku seperti diseret ke dalam lorong gelap dengan kecepatan tinggi. Kemudian, tubuhku seperti melayang di udara. Saat membuka mata, aku berada di halaman Istana Vainea.Kudengar dentingan pedang yang mengusik dan aku dibuat syok dengan apa yang kulihat. Seorang gadis dengan gaun pengantin yang berlumuran darah. Dia adalah ibuku. Ia tengah bertarung sendirian melawan puluhan orang. Sepertinya mereka penyusup yang menyamar menjadi penjaga istana.Aku sadar ini mimpi. Rasanya seperti sedang memasuki arus waktu yang membawaku menuju ke masa lalu ibu. Aku ternganga dan dibuat kagum. Pantas saja ia begitu dihormati dan ditakuti, selain keahliannya menggunakan pedang, staminanya juga patut dipuji. Tak salah jika ayah begitu mencintainya. Walau berlumuran darah, ia tetap cantik.Ibu memasuki ruangan yang ternyata adalah penandatanganan perjanjian damai. Kejadiannya begitu cepat hingga seseorang menembakkan anak panah ke arahnya.Tubuhku membeku saat ibu ambruk dengan lima anak panah menancap
Mataku terbuka perlahan, matahari sudah hampir terbit. Bisa dibilang, aku hanya tidur sebentar, tapi terasa lama. Aku terkejut saat menyadari di sampingku tidak ada siapa-siapa, Luna sudah bangun lebih dulu.Aku menjuntaikan kaki ke lantai dan bangun menuju kamar mandi untuk membasuh wajah. Walau hanya tidur sebentar, tapi sudah cukup untuk membuatku merasa segar. Setelah ini, aku berniat untuk mencari Luna, mungkin saja dia sudah bersiap di meja makan.Tubuhku terhenti seketika saat kudapati sosoknya tengah berendam di bak. Spontan wajahku memerah ketika melihat punggungnya yang tak tertutup kain sedikit pun. Ada sedikit perasaan aneh yang menggodaku sesaat."Luna?"Dia menoleh seketika dan hampir menjerit. Dengan cepat ia membenamkan seluruh tubuhnya ke air hingga menyisakan kepalanya saja."Yang Mulia, maaf saya memakai bak mandi Anda tanpa izin," katanya dengan tempo yang cepat.Aku terdiam sesaat atas reaksinya. Ia masih terlihat kaku walau kami sudah bersama. Bahkan ia meminta m
Kami berlayar menuju tanah seberang setelah dua hari pasca penobatan. Beberapa pengawal sudah menunggu di pelabuhan dengan menyiapkan kereta kuda. Di sana juga ada Eleanor yang menyambut."Salam hormat dan selamat datang, Yang Mulia," ucap Eleanor, lalu semuanya membungkuk hormat. "Selamat atas penobatan Anda. Akhirnya Anda telah resmi menjadi Raja Vainea.""Terima kasih, Adipati," sahutku, lalu menatap wanita di sampingku. "Luna, perkenalkan ini Adipati Luzen.""Salam hormat saya untuk yang mulia ratu," ujar Eleanor lagi, kali ini pada Luna. "Senang bertemu Anda.""Terima kasih, Nona. Tapi--" Luna tampak mengingat sejenak. "Bukankah ... Luzen merupakan sebuah provinsi?"Aku terdiam, sebagai mantan adipati sangat wajar kalau Luna juga memiliki wawasan tentang orang-orang dari kerajaan lain."Benar, Yang Mulia. Yang mulia raja memberi saya gelar adipati setelah perang penaklukan."Luna menatapku sekilas, antara heran dan penasaran. Kemudian, ia kembali memasang ekspresi ramah elegan kh
Satu bulan telah berlalu dan sejauh ini, Luna mengerjakan tugasnya dengan baik. Tak ada yang berubah darinya dalam bertugas, ia selalu profesional. Selain itu, ia mudah beradaptasi dan cepat memahami situasi di sekitarnya. Kemudian, aku memberi imbalan pada Nyonya Vanessa berupa gelar dan mengurus wilayah Rosera, berbatasan dengan Provinsi Vansh. Lalu untuk masalah pasar gelap yang dikelola olehnya, itu masih kami rahasiakan termasuk dari Luna. Namun, tentu saja aktivitas pasar gelapnya harus di bawah pengawasanku agar tak terjadi masalah di kemudian hari. Aku menyangga dagu saat berdiri di salah satu balkon, menatap sosok Luna yang tengah serius mengatur desain baru taman ibukota yang kini menjadi proyeknya. Bukan hanya ahli dalam urusan militer dan politik, ia juga pandai mengurus hal-hal feminin seperti mengatur anggaran dan mengurus tata letak kota. Benar-benar ratu yang sempurna. "Yang Mulia, buku yang Anda inginkan sudah datang." Ezra datang dan membuyarkan pikiranku seketika