Beranda / Fantasi / Rein (Shirea book 3) / Part 25 : Bencana Dan Perang

Share

Part 25 : Bencana Dan Perang

Penulis: Indah Riera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-03 16:47:09

Aku terduduk lesu dengan kepala terkulai di meja kerja, masih meratapi pernikahan Zora yang terasa seperti mimpi buruk. Hati ini masih menggetarkan kepedihannya meski pernikahan itu sudah berlalu selama dua pekan.

Sepanjang pesta pernikahannya waktu itu, aku hanya menyendiri di tepi ruangan, menatap Zora dari sudut gelap dan melihatnya bahagia. Juga, masih berandai-andai bahwa aku yang bersanding dengannya.

Aku menghela napas sejenak lalu menuang teh ke cangkir. Pikiranku kembali melayang pada masa-masa kebersamaan kami di Royale Academy. Kami yang saling berbagi rasa sakit di bawah air terjun, juga berbagi kehangatan di goa yang dingin.

Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya? Rasanya aku ingin mengulang kembali masa-masa itu.

Aku tersenyum masam saat mengingat rona wajahnya ketika kugoda. Meski ditimpali dengan kata-kata kasar yang lantang, tapi ia terlihat menggemaskan.

"Yang Mulia, cukup!"

Tubuhku tersentak saat Luna sudah menahan poci yang sedang kutuang.

"Perkamen di meja Anda b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rein (Shirea book 3)   Part 26 : Pencarian

    Aku merenungkan semuanya selama dua hari pasca bencana itu terjadi. Mungkin memang sudah waktunya kembali fokus pada kerajaan dan merelakan patah hatiku. Rela. Seketika aku teringat kalimat Luna bahwa rela adalah penyembuhan terbaik. Sekarang gadis itu justru menghilang ditelan gelombang. Kini, aku duduk di ruang keluarga yang sepi, hanya berdua dengan Bibi Erina. Bisa dibilang ini diskusi pribadi yang bersifat pendisiplinan. Bibi Erina duduk bersandar dengan tangan terlipat, sementara aku duduk di kursi yang tak terlalu jauh dengannya. "Bagaimana? Sudah sadar kesalahanmu?" cecarnya dingin. "Aku mengaku salah. Maaf atas keteledoranku," sahutku. "Bisakah bibi menceritakan situasinya sebelum aku bertemu dengan para petinggi istana?" "Sebelum peristiwa ini terjadi, sebagian para petinggi memintaku untuk menggantikanmu memberi persetujuan atas tindakan yang akan mereka lakukan." Bibi Erina mulai bercerita. "Mereka memberi tahu situasinya, terutama saat terjadi fenomena aneh d

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Rein (Shirea book 3)   Part 27 : Pemulihan

    Kulihat gadis itu tengah terbaring tenang. Tubuhnya dipenuhi luka sayatan. Namun, diantara semua luka itu, luka akibat hujaman besi lah yang paling terlihat parah.Kain perban menyelimuti tubuhnya secara menyeluruh. Dalam balutan kain itu ada sedikit celah, membuatku bisa melihat pinggangnya yang terbuka.Di sana terlihat ada corak layaknya tato, tapi warnanya begitu natural seperti tanda lahir. Coraknya membentuk cekungan lingkaran seperti bulan sabit merah yang kecoklatan.Luna perlahan membuka mata, tampak sayu dengan wajah pucat. Ia mengedarkan pandangan sejenak, seperti mencoba membaca situasi di sekitarnya."Akhirnya kau sadar juga," ujarku lega dan ia menoleh ke arahku seketika."Yang Mulia?" lirihnya. "Kenapa Anda di sini?""Aku ingin melihat langsung keadaanmu yang seperti sebuah keajaiban."Ia terdiam dan menatapku sendu. "Anda baik-baik saja?""Pertanyaan macam apa itu?" Aku mengerutkan kening seketika. "Seharusnya aku yang bertanya seperti itu."Aku duduk di kursi yang ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • Rein (Shirea book 3)   Part 28 : Sebutir Rasa

    "Bagaimana dengan keadaannya?" tanyaku saat tabib yang merawat Zora datang melapor."Kondisinya perlahan membaik karena segera ditangani, Yang Mulia. Tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai kesehatannya karena saat ini beliau tengah hamil muda," jawabnya.Tanganku yang tadinya hendak meneguk secangkir teh kini terhenti sejenak."Hamil muda," cicitku membeo, lalu meneguknya.Fakta itu seperti duri yang menusuk hati. Meski berusaha untuk menampik perasaan yang tersisa padanya, tapi sisi lain diriku tak bisa mengingkari bahwa hati ini masih menyimpan sedikit cinta yang terasa getir."Berikan perawatan terbaik agar segera siuman," ucapku merasa dilema. Seandainya pria yang ia nikahi bukan Carl, mungkin luka hatiku tak separah ini dan membuatku hampir gila."Yang Mulia, rapat akan segera dimulai." Luna datang melapor. "Semua dokumen sudah siap.""Ya, aku datang," sahutku seraya membawa beberapa berkas.Aku berjalan menuju ruang rapat, diikuti oleh Luna. Kuhela napas panjang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Rein (Shirea book 3)   Part 29 : Jebakan

    Sebuah kereta kuda sudah bersiap di halaman istana, juga 10 pengawal yang kusiapkan dibawah komando Tuan Zern. Kuda putihku juga sudah dipenuhi peralatan lengkap, hanya tinggal menunggu waktu untuk berangkat.Bibi Erina berdiri di ujung tangga teras, menatap Zora yang hendak masuk ke kereta kuda. Matanya menyipit dengan ekspresi dingin yang mengintimidasi. Bukan hanya itu, sebelah matanya yang kehijauan sedikit menyala pijar di bawah temaramnya langit pagi."Apa ada sesuatu?" tanyaku yang terus memperhatikannya.Pendaran cahaya pada iris matanya pertanda ia melihat sesuatu tak kasat mata."Kenapa kau harus ikut?" jawabnya bertanya."Aku akan mengunjungi Raja Luen untuk membicarakan beberapa hal. Juga, agar beliau mau bekerja sama untuk menjelaskan bahwa Putri Zora dipulangkan secara baik-baik jika nanti Tryenthee menyebarkan rumor buruk. Apa bibi melihat sesuatu?""Aku tak menyangka gadis polos yang pernah kau selamatkan, kini terlihat seperti ular. Teruslah menjaga jarak dengannya."K

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • Rein (Shirea book 3)   Part 30 : Bunga Musim Dingin

    Kubuka mata perlahan dengan sayu. Langit-langit yang asing, juga aroma obat-obatan. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan tubuh nyeri. Selain itu, kepalaku juga masih terasa berat.Dilihat dari dekorasi ruangannya, sudah pasti aku berada di istana mewah. Namun, di mana aku?"Anda sudah sadar rupanya."Seorang pelayan masuk dengan membawa secangkir minuman beraroma herbal. Dia juga pelayan yang asing."Aku ada di mana?" tanyaku parau."Istana Benriaco."Keningku mengerut seketika, mencoba untuk mengingat kembali kejadian sebelum ini."Saya akan memberi tahu tuan putri bahwa Anda sudah siuman."Aku masih terdiam dengan alis terangkat sebelah. Tuan putri siapa?Tak lama, seorang wanita paruh baya datang dan menatapku lega. Ia juga didampingi seorang tabib pria yang terlihat seumuran dengannya."Putri Saraya?" Aku tertegun."Akhirnya kau siuman setelah hampir dua minggu tak sadarkan diri.""Hampir dua minggu? Saya tak sadarkan diri selama itu?" tanyaku syok. Padahal hanya luka tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Rein (Shirea book 3)   Part 31 : Mawar Putih

    Aku duduk di meja kerja dengan frustrasi saat Kerajaan Brixia menyampaikan bahwa mereka tak memiliki bunga itu. Pihak Axiandra juga mengaku jika mereka tak pernah memanen bunga itu karena medan yang sulit.Semakin hari kondisi Luna semakin memburuk. Kudengar ia sudah kehilangan penglihatannya, sementara pencarianku belum membuahkan hasil.Sekali lagi, bunga itu hanya tumbuh pada musim dingin. Masih terlalu jauh untuk sampai pada musim itu sedangkan batas hidup Luna sudah diprediksi takan sampai musim gugur tiba.Sial, aku harus bagaimana? Ada bagian hatiku yang tak ingin kehilangan dirinya.Aku meninggalkan ruang kerja yang terasa penat. Berkuda dengan cemas dan bermaksud untuk mengunjungi gadis itu. Aku penasaran, sudah separah apa kondisinya.Setelah berkuda selama lima jam, akhirnya aku sampai di kediaman adipati. Bangunan itu menyerupai mansion mewah nan sepi. Walau ditata dengan rapi, aku bisa merasakan kesunyian di dalamnya."Selamat datang di kediaman Fredy, Yang Mulia," sambut

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Rein (Shirea book 3)   Part 32 : Mutiara Sang Tiram

    Akhirnya, aku sampai di Kerajaan Axiandra dalam waktu enam hari, menggunakan kuda perang dengan istirahat yang minim tanpa menginap. Kudaku sampai depresi karena dipaksa berlari menempuh jarak jauh.Kini aku berjalan santai menyusuri kota. Tak butuh waktu lama untuk sampai di sebuah kedai yang familier. Di sana adalah tempat dimana kami bertiga pernah makan bersama saat keluar dari Royale Academy tanpa izin.Aku masuk dan duduk di bangku kosong sambil memesan makan dan minum setelah perjalanan jauh. Kuedarkan pandangan untuk mencari sosok Henry, tapi nihil. Ya, mungkin dia akan sedikit terlambat."Rein?"Aku menoleh ketika seorang bertudung kepala menyapa. "Oh, Henry. Akhirnya kau datang juga.""Maaf sudah membuatmu menunggu." Ia duduk di seberang meja."Tidak. Aku juga baru sampai," sahutku lega. "Bagaimana? Kau bawa penawarnya?""Tentu saja bawa." Henry mengeluarkan botol kecil dengan desain rumit yang elok. "Butuh waktu dua tahun untuk mendapat 10 ml penawar ini. Satu bunga Valvhery

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Rein (Shirea book 3)   Part 33 : Black Crown

    Sehari setelah kematian Luna, aku belum beranjak dari kamar dan melarang pelayan untuk masuk. Sudah tiga hari aku menangis dan merenungi semuanya. Sungguh, patah hati ditinggal Luna ternyata jauh menyakitkan dibanding pernikahan Zora waktu itu. Rasa kehilangan ini begitu besar sampai aku merasa kosong. Aku tak tahu siapa yang melaporkan tindakanku pada Bibi Erina, tapi yang jelas wanita itu kini tengah memaki dari luar kamar. Napasku masih bergetar akibat terisak dalam waktu lama, juga masih terkulai di ranjang seraya menggenggam mutiara kokoh yang menjadi sebuah peninggalan berharga. Aku meletakkan benda itu ke tempatnya, lalu menyimpannya di laci. Makian Bibi Erina masih terdengar, membuatku terpaksa bangun dari ranjang dan menemuinya. "Apa perlu seperti itu di depan kamarku?" tegurku lesu saat membuka pintu. "Kalau tidak seperti itu, kau tidak akan keluar!" sahutnya masih setengah memaki. "Hari ini kau bahkan melewatkan jam makanmu seharian penuh. Kau itu ingin mati atau bagaim

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22

Bab terbaru

  • Rein (Shirea book 3)   Epilog

    _50 TAHUN KEMUDIAN_ -Kota Luna, Ibukota Vainea-.'Aku mencintaimu pada pandangan pertama. Aku mencintaimu untuk kedua kalinya. Aku juga mencintaimu di kehidupanku sebelumnya. Gapailah tanganku, maka kau dan aku akan terus bersama.'.Fiant Wayner, adalah identitas baru setelah aku turun takhta sebagai kaisar dengan memalsukan kematianku. Bukan istana lagi, kini aku menetap di lantai lima sebuah perpustakaan kota yang dibangun oleh Bibi Erina. Aku memakai kacamata, serta syal merah yang warnanya telah pudar. Kugenggam sebutir mutiara dengan uap putih yang menguar dari mulut. Kurapatkan jaket beserta topi untuk menutupi sedikit wajahku, lalu memasukkan mutiara itu ke saku. Vainea kini semakin maju seiring perkembangan jaman. Generasi pemerintahan telah berganti. Akhirnya bibi kesayanganku menikah juga, walau sangat sulit untuk memenuhi kriterianya.Terkadang aku rindu pada suasana di istana karena banyak kenangan yang tertinggal di sana. Beruntung, tak ada yang bisa mengenaliku sete

  • Rein (Shirea book 3)   Part 53 : Kekaisaran Vainea

    Aku dan Putri Clara duduk di ruang tamu istana Keylion yang dijaga ketat oleh beberapa pengawalku. Kami duduk saling berhadapan dengan suasana tegang, tanpa teh dan kudapan. Kurogoh saku dan meletakkan lencana Ratu Keylion di meja dengan sedikit melemparnya. "Saat terjadi keributan di Keylion karena perebutan takhta, seharusnya kau menjadi Ratu Keylion. Sesuai dengan urutan pewaris, posisimu ada di bawah Raja Luen," ujarku. "Pakailah! Sekarang kau adalah penguasa." Ia terkejut atas kalimatku. "Kenapa? Bukankah Anda melakukan perang penaklukan agar bisa menguasai Keylion?" "Musuhku adalah Zora, bukan Keylion." "Jadi Anda melakukan perang penaklukan hanya untuk membunuh Zora?" Clara tak habis pikir. "Apa Anda tahu bahwa tindakan Anda akan membuat Vainea dimusuhi banyak kerajaan lain?" "Kau menanyakan keputusanku?" "Maaf jika saya lancang, hanya saja ... jika Anda memang dari awal mengincar Zora, seharusnya Anda bisa melakukannya tanpa harus membuat perang besar." "Aku tidak tahu

  • Rein (Shirea book 3)   Part 52 : Perang Penaklukan

    Hanya dalam satu bulan, aku berhasil mempelajari sihir yang dipinjamkan padaku. Meski ada bagian yang sulit dan bahkan hampir merenggut nyawa, tapi pada akhirnya aku bisa menguasainya. Hari ini, tepat awal musim dingin, kudaku melaju bersama seribu pasukan di belakang. Baju zirah mereka telah kuberi batu sihir klon agar jumlahnya berlipat. Masing-masing satu orang bisa dikloning seratus kali lipat.Jika aku membawa seribu, jumlahnya akan bertambah menjadi seratus ribu. Itu jumlah yang cukup untuk memporakporandakan satu kota di perbatasan. Bukan hanya itu, batu sihir di baju zirah mereka juga terkoneksi dengan kekuatan sihirku agar stamina mereka tak surut dengan mudah. Setelah berkuda sejak dini hari, akhirnya kami sampai di perbatasan Keylion. Ribuan pasukan sudah menghadang dengan senjata dan alat tempur mereka.Hanya menunggu waktu hingga pasukan kami saling membentur kematian. "Tembak!" Sebuah bola api raksasa melesat dari benteng dan untungnya aku sudah mengantisipasi

  • Rein (Shirea book 3)   Part 51 : Sihir

    Pada umumnya, masa duka hanya berlangsung satu sampai dua minggu. Namun, hingga satu bulan masa dukaku belum juga usai. Tak jarang aku mendengar gunjingan bahwa Raja Vainea berubah menjadi pendiam dan mulai gila.Berkat telingaku yang peka akibat kekuatan baru, aku juga bisa mendengar gunjingan para pelayan mengenai diriku.'Yang mulia raja sudah menjadi mayat hidup karena terlalu bersedih. Tubuhnya kurus dan pucat.''Yang mulia raja sedang dihukum akibat skandal yang membuatnya melanggar ritual.''Yang mulia raja mulai gila dan terus meminta pelayan untuk menyiapkan keperluan mendiang ratu yang telah tiada. Para pelayan diharuskan tetap menyediakan makan malam untuk ratu meski beliau tahu, makanan itu takan ada yang menyentuhnya.''Sungguh kasihan raja kami. Kekayaan dan kekuasaan seolah tak ada artinya tanpa ada yang mulia ratu di sisinya.'Ya, gunjingan-gunjingan itu memenuhi kepalaku, tapi aku enggan untuk merespons. Bagiku, mereka boleh berpendapat asal tak bersikap lancang di ha

  • Rein (Shirea book 3)   Part 50 : Jiwa Yang Pergi

    ____Serangan di Hari ke Lima Belas___ Aku berdiri di atas menara perbatasan untuk melihat langusng situasi dari kejauhan. Rupanya, pasukan yang dikerahkan Zora cukup banyak. Namun, wanita itu tak terlihat. Mungkin saja dia ada di barisan belakang.Aku menghela napas saat puluhan meriam tengah menembaki dinding untuk meruntuhkan benteng. Namun, nihil. Inilah alasan mengapa aku tak menggunakan meriam saat perang penaklukan, karena aku tahu takan bisa meruntuhkan dinding ini. Beruntung, aku berhasil mendapat pasokan bahan peledak dari Axylon. Kini sudah 15 hari aku berada di sini untuk memantau situasi, tapi rasanya seperti sia-sia. Kalau seperti ini terus, Vainea akan mengalami masa krisis yang parah. "Yang Mulia, utusan yang Anda kirim untuk menemui Ratu Zora tewas dibunuh," ujar Eleanor. "Tampaknya beliau enggan untuk melakukan negosiasi." "Tak kusangka rencanaku meleset jauh." Aku menarik napas sembari berpikir. "Berdasarkan karakternya, seharusnya ia akan menerima permintaanku un

  • Rein (Shirea book 3)   Part 49 : Berita Dan Hukuman

    Kabar skandal kami akhirnya tersebar setelah kunjunganku ke Keylion beberapa hari yang lalu. Ya, sesuai dugaanku sebelumnya.Aku senang karena rencanaku berhasil, tapi akibat dari berita skandal itu, masyarakat mulai mempertanyakan kesetiaanku. Bahkan ada yang melontarkan serapah atas pengkhianatan ritual yang mereka anggap suci.Juga, ada yang membanding-bandingkan kesetiaanku dengan mendiang ayah yang pernah menikah lagi dengan Putri Lucia dari Tryenthee karena politik. Namun, beliau tak menyentuh istri ke-duanya sama sekali demi menjaga ritual pernikahannya dengan ibu.Luna sangat bersabar dengan kabar yang beredar, terutama cemoohan para gadis yang iri atas kedudukannya.Sebenarnya aku sedikit tak terima atas cemoohan yang ditujukan padanya. Dalam hal ini, sepenuhnya adalah salahku, tapi ia ikut justru terkena imbasnya.Mungkin saat ini Zora juga mengira aku akan panik atas menyebarnya berita skandal ini. Namun, nyatanya tidak. Semua ini sudah termasuk bagian dari rencanaku walau

  • Rein (Shirea book 3)   Part 48 : Kunjungan Diplomasi

    Aku terbangun dengan perih di sekujur tubuh. Perabot yang berantakan membuatku tersadar betapa gilanya kami memadu kasih semalam.Tubuhku dipenuhi cakaran dan gigitan Luna, serta serpihan beling yang sebagian masih menancap. Luna memekik sakit, ia pun terbangun seraya meringis. Tubuhnya dipenuhi luka lebam berbaur bekas cumbuan."Kau baik-baik saja?"Luna terdiam sejenak. "Ada beling di kakiku."Aku segera memeriksa telapak kakinya. Benar saja, satu lempengan runcing nan bening menancap di sana, disertai darah yang mengering.Luna memekik saat kucabut benda tajam itu. Kini darahnya kembali menetes, menambah bercak merah pada sprei yang sudah ternoda."Yang Mulia, sarapan sudah tersedia," ujar Vajira dari balik pintu."Kami akan menyusul!" sahutku. "Oh, Vajira. Tolong panggil tabib dan beberapa pelayan lain!""Baik, Yang Mulia," sahutnya.Aku memekik saat Luna menyabut salah satu beling di punggungku."Astaga, banyak sekali yang tertancap," gumamnya.Luna segera meraih ujung sprei dan

  • Rein (Shirea book 3)   Part 47 : Penawaran Kerja Sama

    Aroma darah mengudara di medan perang nan suram. Aku bersimpuh di tengah ratusan mayat yang bergelimpangan, merengkuh sosok Luna yang tak bernyawa dengan kegelapan yang menyelimuti hati. Tangisan pilu menguasai diriku pada tangan yang ternoda, begitu menyesakkan dada. Angin berbisik. 'Hukuman telah dimulai' Aku membuka mata dengan tubuh mengerjap. Kudapati langit-langit kamar dengan peluh yang membasahi dahi. Sial, aku mimpi buruk lagi. Biasanya aku mimpi jika tidur malam, tapi anehnya ini terjadi saat tidur siang. Sudah ke tiga kali aku bermimpi hal serupa dan sampai sekarang, hubunganku dan Luna masih begitu dingin. "Anda baik-baik saja?" Aku teduduk saat Ezra bertanya. "Hanya mimpi buruk." "Awalnya saya hendak membangunkan Anda, tapi Anda sudah bangun lebih dulu," ujarnya. "Anda sangat gelisah dalam tidur Anda." Kutatap anak berusia sepuluh tahunan itu. "Bocah, tidak biasanya kau membangunkanku. Apa ada sesuatu yang sangat penting?" "Benar, Yang Mulia. Maaf jika saya tak sop

  • Rein (Shirea book 3)   Part 46 : Serangan Di Ibukota

    Katanya, pagi hari merupakan awal yang baru. Sepertinya itu benar. Ini awal baru dimana penderitaanku dimulai. Setelah ini hidupku akan dipenuhi kutukan dan hukuman. Juga, mungkin aku takan mendapat pengampunan.Semua para tamu dari berbagai kerajaan mulai berpamitan dan bersiap untuk pulang ke negara masing-masing, begitu pun denganku. Di antara puluhan penguasa, mungkin hanya aku yang tak memberi penghormatan terakhir pada tuan rumah."Padahal matahari begitu cerah, tapi kenapa aku merasa kedinginan di dekatmu?" sindir Raja Leon dengan nada bercanda, sementara aku tak merespons.Kemudian ia menatap putranya yang baru saja datang. "Kau juga terlihat muram, Hans.""Aku sedikit lelah," sahutnya ikut bergabung.Raja Leon menepuk bahu putranya yang tampak lesu, kemudian ia terdiam sejenak lalu menyeringai. "Kau semalam bercinta penuh semangat?"Raja Hans segera menepis tangan ayahnya dengan wajah malu. "Jangan sembarangan membaca pikiranku, Ayah."Sepertinya Zora memang memberi obat di m

DMCA.com Protection Status