Sang Penakluk Dewa

Sang Penakluk Dewa

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-23
Oleh:  Alfonzo Perez Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.3
26 Peringkat. 26 Ulasan-ulasan
81Bab
64.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Seorang manusia setengah lelembut berhasil mencapai puncak kekuatan para dewa. Lahir sebagai pangeran kerajaan besar tidak lantas membuatnya hidup bergelimang kasih sayang. Dia dibuang oleh orang tuanya akibat sebuah kutukan. Tetapi dunia yang keras telah membentuknya menjadi seorang yang tangguh. Dengan kekuatan di luar nalar, dia berhasil kembali kepada keluarganya. Dewa, siluman, iblis, dan para peri tunduk di bawah perintahnya. Tetapi sebuah kekuatan asing milik dewa kuno tiba-tiba datang menginvasi dunia. Terjadi perang besar antara ras dewa, iblis, lelembut, siluman, dan manusia. Namun perang itu berhasil dimenangkan. Hanya saja Sang Legenda yang memimpin perang tersebut harus gugur demi keselamatan semua ras. Lintang Arundia Masalemba, nama yang tidak akan pernah lekang dari ingatan semua orang. Di saat semua percaya bahwa dia telah tiada, takdir ternyata berkata lain. Lintang hidup kembali pada rahim sepasang saudagar. Dan bersamaan dengan itu pula muncul kekuatan hitam yang jauh lebih besar. Akankah Sang Legenda mampu menghadapinya? Bisakah Lintang kembali menjadi legenda? Bertemu dengan keluarga asalnya, dan kembali memimpin perang bersama para dewa?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Kebangkitan Kembali

Setelah lama tertidur akibat kematian, saat ini untuk pertama kalinya Lintang kembali membuka mata. Namun dia membuka mata dengan perasaan aneh di mana di sekujur tubuhnya seperti terdapat banyak luka. Terlebih Lintang merasa seakan dia telah tertidur sangat lama hingga kedua kelopak matanya sulit sekali terbuka.

“Ada apa ini? Mengapa seluruh persendianku terasa amat sakit? Apa mungkin aku telah mengalami penyiksaan? Ah tidak mungkin, bukankah terakhir kali kuingat diriku masih berupa ruh?” gumam Lintang mulai meracau.

Lintang terbangun di sebuah kamar berdinding kayu dengan satu lentera kecil tergantung di dekat pembaringan. Tidak ada apa-apa di sana selain meja kayu sederhana yang di atasnya terdapat sebuah poci tanah liat lengkap dengan cangkir berbahan bambu.

Ada juga sepasang pedang lusuh yang menempel pada salah satu dinding dengan posisi menyilang sehingga tampak seperti hiasan. Tapi Lintang tidak peduli, dia kini sedang menitikan air mata teringat dengan semua kenangan keluarganya. Lintang belum sadar bahwa dirinya hidup kembali dan sedang berada di tubuh seorang anak kecil.

“Ayah, ibu, Sari, Tari, Rani, Rara, Arga, Sugi, Ayu, bagaimana keadaan kalian?” ucap Lintang lirih dipenuhi linang air mata. “Jagat, Asgar, Limo,” gumamnya pelan.

Dia masih terbaring bingung, menatap kosong pada langit-langit, membayangkan wajah semua keluarga yang pasti sedang bersedih akibat kematiannya. Namun sesaat kemudian lamunan pemuda itu seketika buyar dikejutkan oleh sebuah suara keras dari balik pintu kamar.

“Oiii, Kusha! Aku tahu kau sedang menangis. Dasar cengeng! Ayo cepat bangun, ibu memanggil kita keruang makan.” Teriak seorang anak lelaki berusia 14 tahun yang entah siapa.

“Kusha? Siapa Kusha? Mengapa ada suara seorang bocah? Bukankah di sini tidak ada siapa-siapa selain aku?” Lintang mengerutkan kening tidak mengerti.

Dia mulai sadar bahwa dirinya ternyata sedang berada di sebuah ruangan yang entah di mana. Yang pasti Lintang tidak lagi terkurung dalam kegelapan semesta.

“Rasa sakit? Bernapas? Detak jantung? Apa mungkin aku hidup kembali?” gumam Lintang melebarkan mata. Dia kemudian segera meraba dada, memastikan bahwa detak jatung yang ia rasakan bukanlah mimpi.

Dan benar saja, Lintang ternyata kembali memiliki jantung, membuat pemuda itu tertawa terbahak bahak.

“Hahaha, aku hidup! Aku hidup! Yosh! Aku hidup lagi!” Lintang meracau berlompatan di atas pembaringan. Dia berlompatan senang layaknya seorang anak kecil tanpa peduli pada teriakan yang terus memanggil nama Kusha dari luar kamar.

“Dasar gila! Apa mungkin dia mengalami gegar otak akibat benturan?” umpat seorang anak lekaki di luar kamar.

“Oii, Kusha, cepat buka pintu! Ayah dan ibu sudah menunggu kita, ayo cepat keluar!” bentak anak tersebut.

“Kusha? Dasar bocah nakal! Siapa dia? Mengapa anak itu terus berteriak ke dalam kamar?” gumam Lintang.

Karena merasa heran, Lintang pun lantas mengedarkan pandangan, menyusuri setiap sudut ruangan memastikan barangkali ada anak bernama Kusha di sana. Tapi sekeras apa pun Lintang mencari, di dalam kamar tetap saja tidak ada siapa pun selain dirinya.

“Aneh! Di sini tidak ada siapa-siapa?” gumam Lintang mengerutkan kening.

Namun anak lelaki tadi kembali berteriak, kali ini suaranya lebih kencang membuat Lintang sakit kepala mendengarnya.

Merasa kesal kepada anak itu, Lintang pun lantas menanggapi teriakannya.

“Oiii bocah! Siapa kau? Mengapa terus memanggil nama Kusha?” seru Lintang.

“Dasar tengik! Berani kau memanggil aku, Bocah? Ayo cepat keluar, ibu sudah menunggu kita sedari tadi!” balas sang anak lelaki dengan umpatan.

“Ibu?” Lintang duduk di pembaringan, menyandarkan punggung pada dinding dipan sembari mengangkat tangan berniat mengurut keningnya yang terasa sakit.

Namun sebelum tangannya tiba menyentuh kening, Lintang langsung terperanjat kaget melebarkan mata. Dia tidak percaya menyaksikan tangan yang seharusnya kekar entah mengapa menjadi begitu kecil layaknya tangan anak-anak.

Dan ketika diraba kulitnya terasa begitu lembut bagaikan bayi. Terlebih dia memiliki kulit berwarna biru tua membuat Lintang semakin terkaget keheranan.

“Ini ...?  A-a—ada apa de-dengan ta-tanganku?” Lintang terbata.

Mengira semua itu hanya ilusi, Lintang pun lantas memeriksa kaki, tubuh, serta meraba wajahnya, memastikan bahwa dia tidak sedang terjebak dalam jurus seseorang. Tapi seberapa kali pun pemuda itu memeriksa, tubuhnya tetap tidak berubah membuat dia langsung berteriak panik.

“Kyaaaaaaaaa, tidakkkkk! Aku tidak mau! Mengapa tubuhku menjadi anak kecil seperti ini, ayahhhhh, tidakkkkk! Siapa pun tolong aku!” Lintang menjerit histeris.

Dia kembali meracau seperti orang gila, tapi racauannya kali ini bagaikan seorang yang sedang tersakiti membuat anak lelaki di luar kamar langsung mendobrak pintu sangat khawatir.

Brak! Wush! Bruuus!

Pintu kamar terlempar sejauh 2 meter dan berakhir tergeletak di dekat pembaringan. Setelah itu, seorang anak lelaki berusia 14 tahun berlari cepat menghampiri Lintang.

Raut wajahnya pucat karena panik, dia mengenakan pakaian berwarna abu dengan celana panjang sebetis yang juga berwarna abu. Sebuah ikat pinggang anak tersebut berwarna hitam, melingkar mengencangkan pakaian serta menjadi penyangga sebilah pedang.

Tubuhnya cukup kekar, berkulit putih mulus dengan wajah tampan berambut panjang. Dia mengenakan ikatan kepala berupa kain berwarna merah tua sebagai ciri seorang murid dari sebuah perguruan.

“Kusha! Ada apa? Di mana? Siapa yang menyakitimu?” teriak anak lelaki itu kepada Lintang.

Dia terlihat mengedarkan pandangan menyusuri setiap sudut kamar, mencari seseorang yang telah membuat adiknya menjerit. Tetapi di sana tidak ada apa-apa selain seorang bocah berusia tujuh tahun berkulit biru yang sedang duduk termangu sembari memeluk kedua lututnya seperti anak yang tengah ketakutan.

Merasa kesal mengira sudah dipermainkan, anak lekaki tadi lantas menggetok kepala Lintang menggunakan gagang pedang membuat bocah berkulit biru langsung mengerang berteriak kesakitan.

“Apa yang kau lakukan bocah? Sakit tahu, dasar anak tidak tahu sopan santun!” maki Lintang sembari menggosok kepala berusaha mengurangi rasa sakit.

Peletak! Aaaaaaaw!

Lintang lagi-lagi menjerit terkena getokan kedua, di mana anak lekaki tadi ternyata menggetoknya kembali dengan wajah merah menahan amarah.

“Dirimu yang bocah, dasar tengik! Beraninya kau memaki kakakmu sendiri,” umpat sang anak lelaki sembari menyilangkan tangan di depan dada.

“Apa! Aku? Kau yang bocah, dasar anak nakal!” maki Lintang masih kesakitan, sementara sang anak lelaki tadi hanya terkekeh menyeringai ke arahnya.

“Siapa kau bocah? Mengapa menggangguku?” teriak Lintang.

Dia berdiri di atas pembaringan seraya menatap marah kepada sang anak lelaki.

“Hahaha! Lama kutinggalkan ternyata dirimu sudah melupakan aku, dasar adik nakal! Kau lupa atau pura-pura lupa, Kusha? Tentu saja aku adalah kakakmu, Balada yang tampan dan pemberani,” sang anak lelaki tertawa membuat Lintang semakin bingung tidak mengerti.

“Ka-ka—kakak? Sejak kapan aku memiliki kakak?” gumam Lintang di dalam hati.

Namun tidak lama setelah itu, Lintang kembali menjerit akibat kupingnya dijewer oleh Balada. Dia ditarik keluar kamar, dibawa melalui lorong panjang menghadap sepasang suami istri yang tengah duduk di atas meja makan.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
88%(23)
9
0%(0)
8
4%(1)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
4%(1)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
4%(1)
9.3 / 10.0
26 Peringkat · 26 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
user avatar
KAISAR NAGA API
kenapa tidak di lanjutkan lagi novel ini... pdhal seru alur critanya
2024-06-07 19:40:41
1
user avatar
AdhiGuna Puslatlitbang
weleh ga jelas ...
2024-03-13 20:37:30
0
user avatar
Lamang Tapai
belum selesai ceritanya kok udah tamat???
2024-02-04 12:03:50
0
user avatar
Mohd Jaafar
lama dah tak update...
2023-10-22 14:39:16
1
user avatar
Umam Mulyadi
terus lanjutkan
2023-10-17 07:15:10
0
user avatar
Kenziki Kyozaki
Semangat updatenya Thor. Ijin promo ya, Thor! Bagaimana jika seseorang menjadi setengah manusia dan setengah iblis? Ikuti kisahnya di LEGENDA PENGUASA TAKDIR SURGA.
2023-10-11 12:58:01
1
user avatar
HuKum KaRMa
nggak nyambung smpei 80 saja thor?? thorr nya udah ninggal ya?
2023-10-06 13:46:30
0
user avatar
Zhu Phi
Halo semuanya ... Ijin promosi ya thor... Mampir yuk ke PERJALANAN PENDEKAR TANGAN SATU. Kisah Rawindra yang berjuang menjadi Pendekar Pedang Terhebat dengan segala kekurangannya.
2023-10-05 01:05:23
0
default avatar
yusuftanjung2006
kapan update lgi thor??? ceritanya benar2 seru dn mantap..!
2023-09-11 10:45:43
0
user avatar
Bas Bro
novel ny bagus ,berimajinasi jadi pendekar saya
2023-09-10 14:43:33
0
default avatar
elviyanti255
smoga sehat slalu ya thor..!!! tetap semangat..!
2023-09-10 11:35:35
0
default avatar
yusuftanjung2006
lanjut thor...
2023-09-03 12:42:47
0
default avatar
nonatanjung1625
seru banget ceritanya, kapan update lgi thor...???
2023-09-03 12:37:43
0
default avatar
elviyanti166
ceritanya benar2 keren..semangat ya thor..
2023-08-31 15:52:26
0
user avatar
Andy Vandeko
terlalu singkat untuk setiap bab nya.
2023-08-29 13:40:28
0
  • 1
  • 2
81 Bab
Kebangkitan Kembali
Setelah lama tertidur akibat kematian, saat ini untuk pertama kalinya Lintang kembali membuka mata. Namun dia membuka mata dengan perasaan aneh di mana di sekujur tubuhnya seperti terdapat banyak luka. Terlebih Lintang merasa seakan dia telah tertidur sangat lama hingga kedua kelopak matanya sulit sekali terbuka.“Ada apa ini? Mengapa seluruh persendianku terasa amat sakit? Apa mungkin aku telah mengalami penyiksaan? Ah tidak mungkin, bukankah terakhir kali kuingat diriku masih berupa ruh?” gumam Lintang mulai meracau.Lintang terbangun di sebuah kamar berdinding kayu dengan satu lentera kecil tergantung di dekat pembaringan. Tidak ada apa-apa di sana selain meja kayu sederhana yang di atasnya terdapat sebuah poci tanah liat lengkap dengan cangkir berbahan bambu.Ada juga sepasang pedang lusuh yang menempel pada salah satu dinding dengan posisi menyilang sehingga tampak seperti hiasan. Tapi Lintang tidak peduli, dia kini sedang menitikan air mata teringat dengan semua kenangan keluarg
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-16
Baca selengkapnya
Kenyataan
“Aww, sakit sialan! Lepaskan aku, tolong! Lepaskan dasar anak naka!” Lintang meracau, meronta berusaha melepaskan diri.Tapi Balada tidak peduli, anak lelaki itu terus saja menarik Lintang tanpa ampun bahkan sembari tertawa terbahak bahak.“Hahaha, aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau mengakuiku sebagai kakak,” ujar Balada.Sudah 4 tahun Balada meninggalkan rumah, dia berguru di sebuah padepokan kanuragan terbesar di kerajaan Suralaksa. Sementara Lintang tumbuh menjadi seorang anak pendiam, dia jarang sekali keluar rumah akibat selalu dibuli dan dicemooh oleh anak-anak lain hanya karena berbeda warna.Lintang yang sekarang bernama Kusha, dia lahir dari sepasang suami istri yang kaya raya. Hal itu karena ayahnya merupakan seorang saudagar ternama di katumenggungan Surapala. Lintang hidup damai penuh kemewahan di sebuah kediaman besar. Dia tumbuh dengan kasih sayang orang tua. Bahkan para pelayan di rumahnya juga begitu menyayangi Lintang karena sosok Kusha memiliki kerendahan hati,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-16
Baca selengkapnya
Ingatan Kusha
Lintang sangat senang ketika menyadari bahwa dirinya hidup kembali. Dia bertekad akan kembali pulang ke Madyapada.Tapi saat mendapati tubuhnya menjadi kecil, Lintang sungguh terpuruk. Namun dia terpuruk bukan karena rupa atau bentuk tubuhnya, melainkan karena seluruh kekuatan Lintang lenyap tidak tersisa.Waktu itu sesaat sebelum Balada mendobrak pintu kamar, Lintang sempat mengukur kekuatan tulang, kualitas tubuh, dan inti energi yang dia miliki. Tapi sungguh mengejutkan di mana kualitas tulangnya ternyata hanya tulang biasa, tulang seorang anak kecil berusia 7 tahun. Inti energi Lintang juga begitu sangat lemah, bahkan lebih kecil dari kebanyakan pendekar.Lintang tertegun tidak percaya mendapati semua pencapaiannya hilang, tapi sebagai seorang bijak, dia segera bisa kembali menenangkan hatinya. Menerima kenyataan bahwa apa pun yang terjadi tidak lebih buruk dari kematian.Semua kanuragannya memang hilang, tapi Lintang tidak berkecil hati karena dia bisa memulainya kembali dari awal
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-16
Baca selengkapnya
Toko Lempuyang Malam
“Tidak ayah, Balada juga sekarang sudah bisa melindungi diri. Balada berjanji akan selalu melindungi Kusha,” tolak Balada sopan.Mendengar itu, Weda langsung terdiam berpikir entah harus menjawab apa. Dia tahu Balada sekarang memang sudah menjadi pendekar, dan usianya telah memasuki fase remaja.Tapi keadaan pasar tetaplah berbahaya. Namun ketika melihat Ratna Kianti mengangguk, Weda pun terpaksa mengijinkan mereka. “Baiklah! Tapi kalian harus berjanji akan segera pulang jika sudah selesai,” ucap Weda.“Tentu ayah, kami berjanji,” angguk Balada dan Lintang secara bersamaan.“Jaga adikmu dengan baik, Nak. Dan jangan buat masalah,” pesan Kianti kepada Balada.“Baik ibu,” angguk Balada.“Hati-hati ya, Nak,” Kianti memeluk Kusha.“Hmmm,” Lintang mengangguk senang kerena dia sendiri sangat penasaran ingin tahu bagaimana kehidupan masyarakat katumenggungan Surapala.Akhirnya, Lintang dan Balada pun berangkat menuju pasar. Keduanya menunggangi seekor keledai jantan milik Balada.Sebetunya Ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-16
Baca selengkapnya
Penyakit Kusta
Hal itu karena barang yang Lintang tanyakan merupakan tanaman yang sangat langka bahkan hanya ada satu di toko Lempuyang Malam. Terlebih tidak ada yang mengetahui nama tanaman tersebut kecuali kepala pelayan.Dan kebetulan pak tua yang Lintang tanya tadi adalah kepala pelayan. Dialah orang bertanggung jawab atas semua barang di toko Lempuyang Malam.Balada dan semua pengunjung di sana terkejut bukan karena nama tamanan yang Lintang sebutkan. Tetapi karena mendengar Lintang menanyakan harga tanaman yang berada di dalam kotak kaca bersegel emas yang harganya pasti sangat amat mahal.“Ba-ba—bagaimana kau tahu nama tamanan ini, nak?” tanya sang kepala pelayan terbata.Dia sadar, bahwa orang yang mengenal nama tanaman langka pasti tahu akan khasiatnya. Dan orang seperti itu tentu bukan manusia sembarangan karena hanya pendekar maha sakti sajalah yang mengetahuinya.Dalam sekejap Lintang langsung menjadi pusat perhatian semua orang. Termasuk para pendekar yang juga sedang berburu tanaman la
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-16
Baca selengkapnya
Kediaman Ki Kali
Dua anak kecil berjalan beriringan dengan dikawal oleh sekitar 100 orang pendekar kuat. Satu anak memiliki tubuh tinggi, tampan, dan terlihat gagah dengan sebilah pedang di pinggangnya.Sementara anak kedua tidak terlalu tinggi karena usianya masih 7 tahun, memiliki wajah polos dengan kulit berwarna biru tua.Mereka berjalan melewati pasar membuat kehadirannya menjadi pusat perhatian semua orang.“Siapa anak-anak itu? Mengapa mereka dikawal begitu banyak pendekar?” tanya salah satu penduduk yang di dalam pasar.“Aku juga tidak tahu, yang pasti mereka sepertinya bukan anak sembarangan,” ujar penduduk lain.“Apa mungkin mereka anak adipati atau patih kerajaan?” penduduk tadi masih penasaran.“Mungkin saja, tapi lihat anak yang bertubuh kecil itu, dia memiliki kulit berwarna biru. Aneh bukan?” kata penduduk di sampingnya.“Huss! Jangan keras-keras, jika ucapanmu terdengar oleh mereka, maka habislah riwayat kita.”“Glek! Sial, kau benar. Ayo cepat! sebaiknya kita pergi saja, tidak baik m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-03
Baca selengkapnya
Tabib Jenius
Mereka heran entah mengapa Ki Kali membawa dua orang bocah ke sana, tidak mungkin bocah-bocah itu adalah tabib karena biasanya seorang tabib sudah memiliki usia lanjut.“Salam Ki,” ke 4 pendekar langsung membungkuk hormat.“Kau tidak perlu sungkan, Jandra. Kalian juga,” ucap Ki Kali kepada mereka.“Ma-maaf Ki, Si-siapa kedua anak ini?” tanya pendekar bernama Jandra.Dia adalah abdi setia yang sudah menemani Ki Kali selama pulahan tahun sehingga berani berbincang dan menanyakan siapa Lintang.“Hahaha, dia adalah tabib muda yang akan memeriksa, putraku,” ungkap Ki Kali membuat ke 4 pendekar disana langsung melebarkan mata terkejut.“Ta-ta-tabib? A-apa anda tidak salah, Ki?” tanya Jandra ragu.Dia mengira Ki Kali sudah stres karena terlalu memikirkan kondisi putranya.“Hahaha, tentu saja tidak. Kalian akan tahu jika sudah melihat hasilnya. Cepat buka pintu,” jawab Ki Kali seraya memberi perintah.Tidak berani membangkang perintah tuannya, Jandra pun lantas segera membuka pintu.Dia menat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-03
Baca selengkapnya
Putra Mahkota Bagian 1
“Jangan bilang kalian adalah ...?” Badala mengerutkan kening.“Kakak juga nanti akan tahu setelah lelaki ini sembuh, Kak,” ujar Lintang ikut tersenyum membuat kecurigaan Balada semakin besar.Setelah mengatakan itu, Lintang langsung memulai proses menciptakan ramuan.Karena sekarang dirinya tidak memiliki tenaga dalam, maka proses pembentukan ramuan harus Lintang lakukan secara manual.Lintang menggunakan bejana kayu dan alat tumbuk biasa, dia memasukan semua tanaman obat ke dalam bejana itu.Kemudian meminta salah satu pendekar mengambil bisa ular dari taringnya yang langsung di teteskan ke dalam bejana.“Paman Jandra, tolong haluskan semua bahan ini sampai menjadi serbuk,” pinta Lintang kepada pengawal Raden Mangkukarsa.“Ba-baik tuan,” angguk Jandra patuh.Dia kini tidak berani menatap mata Lintang entah mengapa. Jandra pun langsung menumbuk semua bahan dalam bejana sampai menjadi halus. Tidak sulit bagi dia melakukannya karena memiliki tenaga yang kuat.“Sudah selesai tuan,” ungk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-03
Baca selengkapnya
Putra Mahkota Bagian 2
Tapi sebilah pisau kecil berhasil menggores lehernya, sehingga Raden Mangkukarsa harus menderita penyakit Kusta.Pisau kecil itulah yang membawa penyakit tersebut di mana pendekar yang menyerangnya menggunakan racun bakteri kuat untuk melemahkan lawan.Balada yang mendengar cerita itu sungguh benar-benar terkejut. Sedikit pun dia tidak mengira akan bisa bertemu dengan seorang calon raja.Meski bukan penguasa di kerajaan Suralaksa, tapi Raden Mangkukarsa tetap saja merupakan orang besar.Balada segera berlutut memberi hormat, sementara Lintang hanya berdiri saja karena sedari dulu, dia tidak pernah berlutut kepada orang lain selain ayah, ibu, dan gurunya sendiri.Balada sempat menegur Lintang agar ikut berlutut, tapi Raden Mangkukarsa segera mencegahnya. Bahkan dia meminta Balada segera berdiri karena merasa berhutang nyawa kepada Lintang.“Apa benar kau tidak mau menjadi tabibku, tuan kecil?” tanya Raden Mangkukarsa kembali memastikan.Dia merasa sangat disayangkan jika kemampuan Lint
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-03
Baca selengkapnya
Keinginan Kusha
Malam berakhir berganti pagi yang cerah, Lintang dan Balada sudah bangun sedari tadi dengan penuh semangat.Mereka bangun pagi-pagi sekali bukan tanpa alasan, tapi karena pagi itu keduanya akan menghadap Weda dan Ratna Kianti untuk meminta ijin prihal keinginan Lintang berguru.“Tuan muda, anda berdua sudah ditunggu oleh tuan besar di ruang makan,” ucap salah satu pelayan dengan nada sangat sopan.“Baik Mbo, kami segera ke sana,” seru Balada.Setelah mendengar itu, pelayan tadi kembali undur diri dan berlalu meninggalkan Balada di kamar milik Lintang.“Bagaimana, adik kecil?” tanya Balada kembali memastikan.“Aku sungguh ingin berguru kanuragan, kak,” jawab Lintang mantap membuat Balada tersenyum lebar.“Hahaha, kalau begitu, ayo kita temui mereka,” Balada tertawa.“Hmmm,” angguk Lintang.Setelah itu, keduanya lantas berlarian menuju ruang makan. Dan benar saja, ayah dan ibu mereka ternyata sudah di sana menunggu keduanya untuk menyantap sarapan pagi bersama-sama.“Salam ayah, ibu,” B
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-06-03
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status