Semua Bab Rein (Shirea book 3): Bab 21 - Bab 30

54 Bab

Part 21 : Sepasang Penyihir

Seminggu telah berlalu sejak sampai di Vainea. Aku masih menunggu surat balasan dari Zora, hanya itu satu-satunya pengobat rindu. Sayangnya, surat darinya belum kunjung datang, membuatku bertanya-tanya apa suratku sampai padanya?Aku berkuda sambil melamun, menahan gejolak rindu yang membuatku gelisah akhir-akhir ini. Setidaknya aku perlu tahu bagaimana kabarnya di sana, apa dia menjalani hari-harinya dengan baik atau tidak. Ah, rasanya ingin sekali berlari untuk menemuinya."Yang Mulia!"Aku tersentak saat Luna berteriak. Butuh waktu untuk sadar bahwa aku menabrak seorang wanita. Kudaku meringkik keras saat wanita itu tersungkur.Aku turun dari kuda dan menghampiri sosok itu dengan cemas. "Anda baik-baik saja, Nyonya?"Wanita itu awalnya terlihat marah, tapi ekspresinya berubah saat melihatku. "Ka-kau?""Lavina! kau baik-baik saja?!" Seorang pria paruh baya yang seumuran dengannya nampak khawatir dan membantu wanita itu berdiri."Lavina?" Mataku menyipit sejenak saat nama itu terden
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-24
Baca selengkapnya

Part 22 : Hutan Zenia

Keesokan harinya di ruang tamu istana, Luna datang menemuiku dengan membawa gulungan perkamen yang elegan. Besi yang digunakan untuk menggulungnya dihiasi dengan ukiran elok dan menawan.Luna bilang, ia menggunakan perkamen khusus agar tulisannya tak pudar dan mampu bertahan hingga puluhan tahun.Aku menerima kemudian membacanya. Kalimat yang ia gunakan membuat wajahku memanas seketika saking indahnya...Aku yang tengah berlayar di atas harapan yang terhampar luas, kini mengarungi deburan rindu yang menggelegak. Mengantarku pada ujung dermaga, kala angin bertiup lembut bersama kidung merah merona dalam sebuah penantian.Dariku, sebongkah hati yang kau tawan.Rein Vainea...Aku segera memunggungi Luna untuk menutupi wajah yang tengah merona, walau dengan ekspresi datar. Hatiku tersenyum senang saat membaca bait paling akhir yang sangat menyentuh itu.Sial, kenapa aku malah terpesona oleh kalimat yang mewakili perasaanku sendiri?"Bagaimana, Yang Mulia? Apa ... kalimatnya terlalu be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-26
Baca selengkapnya

Part 23 : Pinangan

___Empat bulan kemudian___ . Aktivitas yang padat membuatku tak sadar bahwa waktu cepat berlalu. Kini Vainea mulai mendekati stabil dengan cepat berkat bantuan Axylon. Mereka juga membantu Vainea mengirim bahan dan peralatan untuk memperbaiki perahu nelayan yang rusak. Selain itu, minggu ini aku akan mendapat surat kelulusan setelah menjalani ujian yang panjang. Beruntung, sebelumnya pihak sekolah memberi izin padaku untuk ujian di rumah dan aku berhasil menyelesaikannya dalam waktu kurang dari tiga bulan. Ya, bisa dibilang aku lebih bodoh sebulan dari Luna. Namun, aku juga dilanda resah. Zora tak lagi membalas suratku. Bahkan puisi indah yang pernah dikirim tiga bulan sebelumnya sama sekali tak ada tanggapan. Aku yang tengah dilanda rindu hanya bisa bersabar menanti sambil bertanya-tanya, apa yang terjadi padanya? Banyak prasangka yang mengusik layaknya parasit yang membuatku khawatir, berharap ia baik-baik saja. Aku menyetujui saran Bibi Erina untuk datang ke Keylion dan memin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-28
Baca selengkapnya

Part 24 : Patah Hati

Perkataan Luna sedikit membuka pikiranku. Cukup menghibur ditengah hatiku yang kacau. Rasa sakit ini benar-benar membuatku tak berdaya.Kini ia kembali menunggangi kuda, berjalan hampir sejajar dengan jendela keretaku."Luna, temani aku ke suatu tempat," ujarku datar, setelah lama saling diam.Luna mengatur laju kudanya untuk menyamai posisi wajahku. "Baik, saya akan mengantar Anda ke tempat itu.""Perintahkan para pengawal untuk pulang lebih dulu."Luna tertegun. "Anda ... tidak akan membawa pengawal ke tempat itu?""Tidak. Membawa pengawal justru akan membuatku terlihat mencolok. Aku akan pergi berkuda.""Baik, saya akan memberi perintah pada mereka."Luna melaju ke depan dan tak lama semua pengawal berhenti. Ia memberi insturksi yang tadi kuperintahkan serta menyiapkan kuda untukku.Aku menuruni kereta kuda dan duduk di atas pelana. Memberi mereka instruksi agar mereka bergegas pulang. Sementara aku meminta Luna untuk mengikuti jalanku."Apa ada keperluan di suatu tempat, Yang Muli
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-01
Baca selengkapnya

Part 25 : Bencana Dan Perang

Aku terduduk lesu dengan kepala terkulai di meja kerja, masih meratapi pernikahan Zora yang terasa seperti mimpi buruk. Hati ini masih menggetarkan kepedihannya meski pernikahan itu sudah berlalu selama dua pekan.Sepanjang pesta pernikahannya waktu itu, aku hanya menyendiri di tepi ruangan, menatap Zora dari sudut gelap dan melihatnya bahagia. Juga, masih berandai-andai bahwa aku yang bersanding dengannya.Aku menghela napas sejenak lalu menuang teh ke cangkir. Pikiranku kembali melayang pada masa-masa kebersamaan kami di Royale Academy. Kami yang saling berbagi rasa sakit di bawah air terjun, juga berbagi kehangatan di goa yang dingin.Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya? Rasanya aku ingin mengulang kembali masa-masa itu.Aku tersenyum masam saat mengingat rona wajahnya ketika kugoda. Meski ditimpali dengan kata-kata kasar yang lantang, tapi ia terlihat menggemaskan."Yang Mulia, cukup!"Tubuhku tersentak saat Luna sudah menahan poci yang sedang kutuang."Perkamen di meja Anda b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-03
Baca selengkapnya

Part 26 : Pencarian

Aku merenungkan semuanya selama dua hari pasca bencana itu terjadi. Mungkin memang sudah waktunya kembali fokus pada kerajaan dan merelakan patah hatiku. Rela. Seketika aku teringat kalimat Luna bahwa rela adalah penyembuhan terbaik. Sekarang gadis itu justru menghilang ditelan gelombang. Kini, aku duduk di ruang keluarga yang sepi, hanya berdua dengan Bibi Erina. Bisa dibilang ini diskusi pribadi yang bersifat pendisiplinan. Bibi Erina duduk bersandar dengan tangan terlipat, sementara aku duduk di kursi yang tak terlalu jauh dengannya. "Bagaimana? Sudah sadar kesalahanmu?" cecarnya dingin. "Aku mengaku salah. Maaf atas keteledoranku," sahutku. "Bisakah bibi menceritakan situasinya sebelum aku bertemu dengan para petinggi istana?" "Sebelum peristiwa ini terjadi, sebagian para petinggi memintaku untuk menggantikanmu memberi persetujuan atas tindakan yang akan mereka lakukan." Bibi Erina mulai bercerita. "Mereka memberi tahu situasinya, terutama saat terjadi fenomena aneh d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Part 27 : Pemulihan

Kulihat gadis itu tengah terbaring tenang. Tubuhnya dipenuhi luka sayatan. Namun, diantara semua luka itu, luka akibat hujaman besi lah yang paling terlihat parah.Kain perban menyelimuti tubuhnya secara menyeluruh. Dalam balutan kain itu ada sedikit celah, membuatku bisa melihat pinggangnya yang terbuka.Di sana terlihat ada corak layaknya tato, tapi warnanya begitu natural seperti tanda lahir. Coraknya membentuk cekungan lingkaran seperti bulan sabit merah yang kecoklatan.Luna perlahan membuka mata, tampak sayu dengan wajah pucat. Ia mengedarkan pandangan sejenak, seperti mencoba membaca situasi di sekitarnya."Akhirnya kau sadar juga," ujarku lega dan ia menoleh ke arahku seketika."Yang Mulia?" lirihnya. "Kenapa Anda di sini?""Aku ingin melihat langsung keadaanmu yang seperti sebuah keajaiban."Ia terdiam dan menatapku sendu. "Anda baik-baik saja?""Pertanyaan macam apa itu?" Aku mengerutkan kening seketika. "Seharusnya aku yang bertanya seperti itu."Aku duduk di kursi yang ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-08
Baca selengkapnya

Part 28 : Sebutir Rasa

"Bagaimana dengan keadaannya?" tanyaku saat tabib yang merawat Zora datang melapor."Kondisinya perlahan membaik karena segera ditangani, Yang Mulia. Tapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai kesehatannya karena saat ini beliau tengah hamil muda," jawabnya.Tanganku yang tadinya hendak meneguk secangkir teh kini terhenti sejenak."Hamil muda," cicitku membeo, lalu meneguknya.Fakta itu seperti duri yang menusuk hati. Meski berusaha untuk menampik perasaan yang tersisa padanya, tapi sisi lain diriku tak bisa mengingkari bahwa hati ini masih menyimpan sedikit cinta yang terasa getir."Berikan perawatan terbaik agar segera siuman," ucapku merasa dilema. Seandainya pria yang ia nikahi bukan Carl, mungkin luka hatiku tak separah ini dan membuatku hampir gila."Yang Mulia, rapat akan segera dimulai." Luna datang melapor. "Semua dokumen sudah siap.""Ya, aku datang," sahutku seraya membawa beberapa berkas.Aku berjalan menuju ruang rapat, diikuti oleh Luna. Kuhela napas panjang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-10
Baca selengkapnya

Part 29 : Jebakan

Sebuah kereta kuda sudah bersiap di halaman istana, juga 10 pengawal yang kusiapkan dibawah komando Tuan Zern. Kuda putihku juga sudah dipenuhi peralatan lengkap, hanya tinggal menunggu waktu untuk berangkat.Bibi Erina berdiri di ujung tangga teras, menatap Zora yang hendak masuk ke kereta kuda. Matanya menyipit dengan ekspresi dingin yang mengintimidasi. Bukan hanya itu, sebelah matanya yang kehijauan sedikit menyala pijar di bawah temaramnya langit pagi."Apa ada sesuatu?" tanyaku yang terus memperhatikannya.Pendaran cahaya pada iris matanya pertanda ia melihat sesuatu tak kasat mata."Kenapa kau harus ikut?" jawabnya bertanya."Aku akan mengunjungi Raja Luen untuk membicarakan beberapa hal. Juga, agar beliau mau bekerja sama untuk menjelaskan bahwa Putri Zora dipulangkan secara baik-baik jika nanti Tryenthee menyebarkan rumor buruk. Apa bibi melihat sesuatu?""Aku tak menyangka gadis polos yang pernah kau selamatkan, kini terlihat seperti ular. Teruslah menjaga jarak dengannya."K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Part 30 : Bunga Musim Dingin

Kubuka mata perlahan dengan sayu. Langit-langit yang asing, juga aroma obat-obatan. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan tubuh nyeri. Selain itu, kepalaku juga masih terasa berat.Dilihat dari dekorasi ruangannya, sudah pasti aku berada di istana mewah. Namun, di mana aku?"Anda sudah sadar rupanya."Seorang pelayan masuk dengan membawa secangkir minuman beraroma herbal. Dia juga pelayan yang asing."Aku ada di mana?" tanyaku parau."Istana Benriaco."Keningku mengerut seketika, mencoba untuk mengingat kembali kejadian sebelum ini."Saya akan memberi tahu tuan putri bahwa Anda sudah siuman."Aku masih terdiam dengan alis terangkat sebelah. Tuan putri siapa?Tak lama, seorang wanita paruh baya datang dan menatapku lega. Ia juga didampingi seorang tabib pria yang terlihat seumuran dengannya."Putri Saraya?" Aku tertegun."Akhirnya kau siuman setelah hampir dua minggu tak sadarkan diri.""Hampir dua minggu? Saya tak sadarkan diri selama itu?" tanyaku syok. Padahal hanya luka tu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status