All Chapters of Ketika Pewaris Jatuh Cinta: Chapter 181 - Chapter 190

227 Chapters

180 Keluarga Anti Mainstream

“Mian jalanin mobilnya lagi!” Jeremian Husodo dapat menenangkan pikirannya ketika Papinya membelanya mati-matian dalam kasus pembongkaran aib yang dilakukan oleh saudara kembarnya. Taktik culas Jessen untuk menjeratnya agar ikut dinikahkan tidak berjalan sempurna. Jessen tidak membawa bukti sebagai alat sah dalam mengungkap suatu kebohongan. Jadi selagi tidak ada yang mengetahuinya, katanya terserah saja. Mereka sudah besar untuk bisa menentukan mana yang baik dan buruk.“Ini nggak adil! Kami kembar. Menikahnya juga harusnya samaan!” Setelah tidak berhasil menggunakan cara berpacaran Mian yang diduga terlewat batas, Jessen kini menggunakan kesetaraan hak asasi atas anak kembarnya. “Dikandungnya aja barengan!” “Lahirnya nggak tapi!” Diantara kedua anaknya yang berdebat Vero bergidik. Jawaban Mian yang terlewat cerdas itu membangunkan bulu romanya. “Dokter kandungannya pingsan kalau kalian barengan lewatin itunya Mami!” Sepertinya tidak hanya sang dokter yang dulunya meramalkan Jesse
Read more

181 Siasat yang Tak Terbaca

“Kamu ngelamunin apa?!” Di meja bar, jari-jari Mian bahkan tidak berhenti mengetuk marmer meski gendang telinganya menangkap suara sang kekasih. Pria itu mendongak, sekedar melihat Princess-nya. “Buy..” Tegur Princess karena hanya menemukan senyum simpul. “Papi,” Mian mengambil jeda untuk berpikir– Haruskah ia memberitahukan jika Papinya telah mengetahui gaya berpacaran mereka di luar rumah? Di bangunan milik kakek muda wanitanya?- mengingat Papa sang wanita merupakan adik kembar dari calon mertua Jessen.Pikiran bodoh! Terlalu beresiko! Setiap dinding rumah yang dipijakinya pasti memiliki telinga. Belum lagi setiap kamera pengintai yang pasti terpasang di sudut-sudut ruangan. “Not in here, Buy. Soon as possible, di apart kamu aja.” Princess mendengus. Mian akan berbicara sangat panjang seperti sekarang hanya ketika laki-laki itu marah, cemburu, ada masalah dan terakhir ketika mereka berada di atas ranjang untuk bercinta. “Dasar nggak jelas kamu, Buy!” “Sampai kapan mau ngobrol d
Read more

182 Mijun Gagal Bersarang

"Mas Mian… Mbak Siti tadi udah suruh orang buat bikinin sarapan buat Mas. Sebentar ya."Siti yang tengah sibuk merangkum belanja bulanan di iPad pemberian Vero berdiri karena anak majikannya ternyata sudah rapi. "Ada kuliah pagi ya hari ini?!" Mian menggeleng. "Mau anter Incess, Mbak. Dia ada bimbingan sama dosennya. Jadi sekalian aja." Kemarin ia tidak bisa mendampingi kekasihnya karena ulah Jessen. Princess pasti akan sangat marah jika hari ini ia kembali melewatkan sesi antar jemput. "Mami, Papi sama yang lain belum bangun?" Jam yang melingkar di tangannya sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi, tapi meja makan masih kosong tak berpenghuni. Hidangan juga tidak tersedia di sana. "Jam enam tadi berangkat ke rumah Nyonya Besar, Mas. Bu Mell ngamuk gede kayaknya sampai nyuruh Mami Papi kesana sambil nyeret Mas Jess. Kalau Mbak Mima udah berangkat dianterin supir. Minta roti bakarnya dimasukin kotak bekal aja tadi. Katanya mau dimakan di sekolah."Pantas saja tidak ada teriakan Mi
Read more

183 Teori Konspirasi Dodit

Tempat Mian dan Jessen menempuh pendidikan mendadak geger. Seluruh staf dan mahasiswa mendadak saling melempar informasi untuk mencari kebenaran dari postingan yang diunggah oleh salah satu tenaga pengajar mereka. Rasa haus akan kebenaran langsung meledak tergantikan teriakan kekecewaan kala situs resmi buletin universitas mengeluarkan artikel resmi yang membenarkan beredarnya kamar lamaran antara dosen idola dengan mahasiswa incaran para gadis di kampus mereka. Sungguh, itu merupakan momen patah hati masal dari pihak penggemar Marchellia dan Jessen. Mereka menjadi tidak berselera untuk mengikuti proses ajar mengajar yang berlangsung hari ini. “Buy, kamu ngerasa nggak kalau fakultas kita rasanya sepi banget?” Princess baru saja selesai bertemu dengan dosen pembimbingnya untuk membahas kelanjutan bab dua yang dirinya kerjakan. “Buy!” Panggil Princess lagi dengan nada lebih keras. Astaga! Karena gagal ena-ena, Mian melancarkan aksi tutup mulut. Anak itu tadi sempat mengatakannya sete
Read more

184 Ketika Pacar Jessen Mengadu Pada Tantenya

“Boleh saya bantu membawakan paper-papernya Bu?” “Tidak usah, Pak Wisnu. Saya bisa sendiri.” Marchellia biasanya meminta salah satu mahasiswanya untuk membantunya mengumpulkan tugas mereka ke ruangan pribadinya. Marchellia tidak terlalu suka berbaur dengan kebanyakan orang. Ia memiliki kantor tersendiri, jauh dari tenaga pengajar lainnya. Itu ia lakukan demi melindungi privasi dan sikap yang dirinya coba sembunyikan dari khalayak umum. Ia yang manja– masih belum menghilang. Sifat itu mengakar dalam dirinya. Demi Jessen Marchellia rela menahan sikapnya, berpura-pura menjadi wanita dewasa. “Tidak apa-apa. Saya memaksa.” Menyerahkan lembaran-lembaran hasil jawaban mahasiswa yang dirinya ajar dua bulanan ini, Marchellia lantas berterima kasih atas tawaran Wisnu. Mereka berjalan bersisian menuju ruangannya yang terletak tak jauh dari kantor Rektor. “Bu Marchellia benar akan menikah dengan Jessen?” Marchellia tersenyum manis, kepalanya mengangguk. “Benar Pak Wisnu,” Jawabnya tidak dapa
Read more

185 Pasangan yang Satu Frekuensi

Jessen berlarian menuju basement tempat dimana mobil para dosen dan staf fakultasnya diparkirkan. Princess menghubunginya dengan tangis yang tak bisa dikatakan biasa saja. Katanya gadis itu tidak dapat mengemudikan mobilnya karena telah membunuh Tantenya. Mendapat aduan yang segila itu, Jessen langsung menyambar salah satu kunci di rumah sang oma. Kekasihnya pasti ketakutan. “Ecen.. Eceeeen!”Jessen menerima tubuh Marchellia yang terhambur memeluknya. Gadisnya tadi berjongkok di dekat ban mobil. Ia bangun setelah melihatnya. “Ecen Mbul takut. Tante Icha mati! Ecen!” Jessen berdesis pelan, tangannya membelai punggung Marchellia. “Nggak apa-apa. Udah waktunya mungkin Tante Icha meninggal.” Ucapnya meski di dalam hati ia juga memendam ketakutan setengah mati. Bagaimana jika kekasihnya dilaporkan ke polisi?! Gadisnya tidak mungkin sanggup mendekap disana barang sedetik. Hidupnya selama ini sangat sempurna dikelili harta dan kemewahan. “Aku harus gimana?!”“Nanti aku aja yang ditahan.
Read more

186 Paksaan Menginap

Jessen memutuskan untuk memulangkan Marchellia ke rumah orang tuanya. Gadisnya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja sekarang. Meskipun memiliki banyak asisten rumah tangga di apartemen mewahnya, tetap saja Jessen tidak akan tenang meninggalkan gadis itu. Ia tak bisa kabur lama-lama dari kediaman Omanya.“Papi,” Marchellia mengambil tempat di tengah-tengah orang tuanya yang tengah bercengkrama. Bisa Jessen lihat ada perubahan garis wajah di muka calon mertua laki-lakinya. Sepertinya pria itu terganggu dengan kedatangan putri kesayangannya. “Om..” Sapa Jessen, mencoba beramah-tamah.“Tumben Achellnya Papi pulang ke rumah hari kerja?! Rindu Papi, ya?!” Sialun! Gue dicuekin! Capiper! “Jessen Mantunya Mami, duduk sini deket Mami, kita berempat…” Audi menepuk-nepuk bagian kecil yang tersisa di sampingnya.Jessen menggaruk kepala belakangnya. Sebenarnya ia mau-mau saja, tapi melihat tatapan tajam yang langsung menghunus padanya, Jessen jadi segan– takut gue, Anjing! Berasa mau ditele
Read more

187 Terancam Punah

“Dimana lo? Papi nyariin. Sopan lo main cabut aja dari rumah Oma begitu?!” Mami dan Papinya uring-uringan karena tindakan tak terpuji Jessen di rumah sang Oma. Anak itu pergi begitu saja di saat para tetua tengah membahas seserahan yang pantas untuk dijadikan hantaran lamarannya bersama Marchellia. Imbasnya sampai terkena pada Mian. Kembaran Jessen itu diminta Vero mencari keberadaan Jessen dan menyeretnya pulang.Mian mendengarkan baik-baik ucapan adiknya diseberang sana. Laki-laki itu menyimak amarah sang adik yang mengatakan dirinya ditawan oleh keluarga kekasihnya. Sebentar lagi katanya Jessen akan pulang bersama calon mertua laki-lakinya.“Ya udah! Gue tutup.” Pamit Mian sebelum mematikan sambungan telepon.. Mian melirik tubuh tanpa benang Princess yang tidur membelakanginya di atas ranjang. Lagi-lagi ia melewatkan kelasnya karena takluk pada rengekan sang kekasih. Usai meminta maaf di kantin tadi, Princess merayunya– mengajaknya untuk kembali ke apartemen wanita itu. “Aku ngga
Read more

188 Terkabulnya Harapan Bersama..

Ketika Mian dan Princess keluar kamar dengan bergandengan tangan, mereka menemukan Justine tengah melakukan video call dengan putra pertamanya Vano. Keduanya tidak berani menyela setelah membuat Justine menunggu lama. Mungkin ada sekitar tiga puluh menit karena mereka menyempatkan diri untuk menghapus jejak-jejak percintaan yang melekat ditubuh masing-masing. “Kamu bawa Mama ke rumahnya Om Vero! Suruh dia bawa laras panjang punya bodyguard kesayangannya sekalian! Kita bakar keluarga itu!”‘Pah.. Papa ngamuk-ngamuk kenapa sebenernya?! Udah ketemu sama anak kesayangannya belom?’ “Nggak usah banyak tanya kamu! Cepet suruh Mama siap-siap. Anter pake Helly sekalian biar nggak kena macet!” Vano mendesah, ‘masalahnya Vano nggak paham Papa ngomong apa. Dari tadi Papa bisanya cuman teriak nggak jelas. Kita ada keperluan apa kesana?! Papa mau kumpul-kumpul tema cosplay superhero?’ Tebak Vano. Siapa yang tidak penasaran kalau diberikan clue setengah-setengah. “ADEK KAMU DIENA-ENAIN ANAKNYA H
Read more

189 Princess The Bucinners

“Kopinya Mas..” Siti memundurkan tubuhnya, memberi ruang untuk asisten rumah tangga lain yang membawa nampan agar mendekat pada meja makan. Kayu panjang yang biasanya digunakan untuk mengenyangkan cacing-cacing diperut anggota keluarga Vero tersebut kini beralih fungsi menjadi ruang rapat serbaguna. Di sudut kanan, Vero duduk bersama keluarga kecilnya. Di sisi lainnya diisi oleh keluarga Justine dan di kursi kebesaran Vero yang berada di tengah-tengah, di duduki Om Justine selaku pihak paling tua. Rumah Vero sedang dijajah sekarang– Vero sebagai pemilik tidak memiliki kekuatan untuk mengusir para brandal-brandal Darmawan yang menduduki daerah kebesarannya. Vero selalu pemilik rumah bahkan tidak lagi berani bersuara.“Mbak Sit,” Jessen menarik lengan baju Siti, “aku kopi susu dong pake es. Masa iteman begini kayak kakek-kakek. Ganti-ganti.” Protesnya karena Siti tidak membedakan kopi sesuai seleranya. Diantara semua orang yang menunduk, hanya Jessen yang berani bertindak biasa saja.
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
23
DMCA.com Protection Status