“Saya terima nikah dan kawinnya Princess Darmawan binti Justine Darmawan dengan mas kawin sepenuh cin..” Mian menelan ludahnya kasar. Seluruh keluarga sekarang mendelikan mata sehingga membuatnya kembali menghentikan ijab kabul keduanya. Sial! Karena permintaan pertama Princess tadi, Mian jadi tidak dapat berkonsentrasi. Mas kawin yang pertama disebutkan kekasihnya melekat begitu sempurna di dalam diri dan jiwa-nya. “Satu kali lagi salah, acaranya nggak bisa dilanjut ya Mas.. Gagal! Mas harus nunggu beberapa waktu lagi.” Ujar sang penghulu. Sepanjang ia menikahkan manusia, hanya ada satu keluarga yang selalu membuat kepalanya ingin pecah berhamburan ke tanah. “Tarik napas dulu.. Saya kasih kesempatan rileksin badan..” Sang penghulu mengeratkan jabatan tangannya, tubuhnya condong ke depan, “Mas.. Tolongin saya dong. Karir saya setiap kali berhubungan sama keluarga Darmawan mau tamat terus. Jangan bikin mata pencaharian saya ilang, Masnya!! Mata-matanya itu loh Mas, pengen saya colok
Jessen dan Mian tidak berani mengangkat kepala mereka. Keduanya berjalan menunduk menyusuri lorong kampus. Bisik-bisik mahasiswa yang membicarakan tingkah mereka malam tadi belum juga mereda meski perkuliahan keduanya telah selesai. Mereka masih menjadi pembahasan paling panas yang diperbincangkan oleh senior dan anak seangkatan. "Gokil banget anjir acara kawinannya.""Gue nontonnya nggak bisa buat berhenti ketawa." "Dagelan banget, Cuk!" "Nyokap gue yang ikutan nonton berasa nonton acara lawak katanya!" "Si Dodit kok tahan banget, Anjir! Gue jadi dia semalem pingsan pasti!""Puncak komedinya di Jessen pas ngompol""Menurut gue bukan disitu tapi di Jessen yang ijabnya kayak bocil!" Hancur sudah nama baik yang dirancang sedemikian rupa. Setiap orang yang berpapasan dengan si kembar selalu tak bisa menahan tawa. Mereka menjadi bahan bulan-bulanan anak satu kampus, menguliti hasil siaran ekslusif yang dilakukan oleh Dodit."Gara-gara lo!" Mian baru berani mengeluarkan suara setelah
Ponsel Jessen berdering nyaring mengganggu aktivitas makannya. Setelah melihat wajah Papinya terpampang, mau tidak mau Jessen melepaskan sendok dan garpu ditangannya. "Yes Papi! Jessen is here." Tiba-tiba saja dalam satu malam, Jessen mendadak menjadi anak kesayangan Vero menggantikan kakak kembarnya. Hanya karena ia menanyakan apa yang seharusnya dilakukan ketika malam pertama, kedudukannya yang nista di keluarga sirna. Kemurnian Jessen sebagai seorang laki-laki diakui sudah. 'Rame banget. Lagi dimana kamu Jess?! Mami tadi telepon Papi, katanya udah masakin kamu sama Mian makanan biar duitnya nggak abis cepet.' Sekeras-kerasnya hati orang tua, tetaplah Vero dan Stefany tidak tega anak-anaknya dihukum. Terlebih kisah muda mereka juga tidak berbeda dengan keduanya. Semua sudah terlanjur terjadi, ingin mengembalikan ke jalur yang semestinya juga percuma. Waktu tidak lagi bisa diputar untuk membenahi kerusakan yang sudah berjalan. Atas kejadian yang menimpa putra-putra mereka, Vero da
Orang lain mungkin akan mengatakan jika Mian, Jessen dan Princess terlalu berlebihan karena tidak hidup layaknya manusia biasa. Namun, hal tersebut memang merupakan suatu fakta yang kemurniannya tidak tercampuri oleh cairan pemanis buatan brand manapun.Sebagai anak-anak orang kaya yang dikendalikan oleh harta orang tua, ketiga anak tersebut tergolong penurut. Dunia ketiganya tidak sebebas para orang tua mereka zaman dulu– termasuk dalam menentukan jenis konsumsi makanan dan jajanan. Hanya produk-produk terbaik yang masuk ke dalam lambung mereka. Jadi ketika menemukan makanan yang menggoyang lidah, dua diantara mereka kalap sampai kekenyangan. “Perut gue mau meledak..” Jessen menepuk-nepuk perutnya yang kini membuncit akibat mie instan dan aneka sate-satean. “Besok kita kesana lagi. Gue udah ngincer ikan yang dikasih saos merah.. Kayaknya enak juga..” “Sarden maksud lo, Bos?!” Hanya terdapat satu menu dengan ciri-ciri yang Jessen sebutkan di Burjo Pelangi.“Nggak tau namanya.. Itu D
Princess kira akan ada keributan maha dahsyat akibat cemburunya seorang laki-laki pada istrinya– tapi ternyata ia salah besar. Alih-alih menemukan adegan baku hantam seperti di drama-drama, wanita Mian itu justru bergidik ngeri melihat adik iparnya mengesot lantai lapangan basket menggunakan pantatnya.Ya Tuhan! Apa yang Princess harapkan dari seorang Jessen?! Angan-angannya terlalu tinggi jika mengharapkan adanya adu jotos betulan antara calon perusak rumah tangga dan suami sah yang terbakar cemburu buta. Jessen tidak segahar itu rupanya. “Mbul nggak suka ya sama Ecen yang main pukul! Nggak sopan tau Mbul. Pak Wisnu kan dosennya, Mbul!” Mata Princess menyipit. Sepertinya ia dua kali salah dalam menyimpulkan situasi. Sudah ada adegan kekerasan tapi ia terlambat menyaksikan. ‘Nggak asik banget!! Gue udah lari-larian juga!’ Ia sudah bergegas bahkan sampai lupa membayar tagihan teh kotak di koperasi depan. Masih saja ketinggalan keseruan.“Pak Wisnu kan kasihan Mbul pukul. Salah Pak Wi
“Bu Marchellia, boleh saya tangani dulu Jessennya?!” tanya Dokter yang berjaga hari ini. Wanita berkulit putih itu hanya bisa menahan napas karena sedari tadi tak diberikan kesempatan untuk menangani pasiennya. “Nanti ditangisin lagi nggak apa-apa. Saya cuman mau periksa saja, Bu.” Sudah sepuluh menit pemuda yang terbaring di brankar tersebut dibawa ke ruang kesehatan, namun memegang ujung kuku pasiennya saja sang dokter tidak bisa.“No! Don't touch my husband!” Marchellia bersiaga. Kedua tangannya merentang menghalang-halangi dokter cantik jelita agar tak menyentuh Jessen– miliknya. “Saya suruh Tante Icha pecat nanti kalau kamu masih berani. Saya aduin ke Papi Mami juga!” Marchellia menggunakan kekuasaannya untuk membuat dokter cantik itu tidak berkutik. Dodit di depan pintu menahan tawanya agar tidak tersembur. Sebisa mungkin Dodit tidak ingin merusak kelucuan yang tengah terjadi. Kapan lagi disuguhi acara menarik seperti ini– hiburan dimana dosennya yang memang kadang tulalit, men
“Jangan ngebut-ngebut!! Pala gue mau copot!!” Jessen berteriak sembari memegangi helmnya agar tidak terbang terbawa angin. Parah sekali Mian. Setelah mendapatkan murka dari Princess– Jessen merasa dirinya dititipkan pada malaikat maut yang kapan saja bisa mencabut nyawanya. Dirinya disabotase untuk diajak pulang dengan dalil Oma mereka tak memperbolehkan adanya Kolusi Nepotisme yang membuat Marchellia melepaskannya. Gagal sudah pulang tanpa debu jalanan dan,Disinilah Jessen sekarang– duduk penuh kekhawatiran dibelakang Mian yang tengah mengejar mobil Princess. “Yan pelan, Yan!! Mobil bini lo arahnya bener. Ngarah ke rumah kita itu,” di akhir kalimat Jessen menambahkan jeritan karena Mian bermanuver untuk menyalip kendaraan di depan mereka. Satu kali pantatnya menggeol, melayang sudah mereka sampai ke neraka jahanam.Sumpah!! Rasanya Jessen mau titip absen saja selama satu bulan ke depan. Ia lebih baik di drop out daripada dibonceng Mian terus-terusan. Pagi tadi ia juga mengalami hal
Kediaman Mian menjadi sangat sepi. Orang tua dan adiknya pergi ke rumah sakit sedangkan ia dilarang ikut agar kondisi mental Jessen terjaga. Salahnya juga– efek terlalu mengkhawatirkan Princess yang cemburu membuatnya abai pada keselamatan diri sendiri dan orang lain. Hasilnya?!!Jessen opname di rumah sakit. Beruntung saudara kembarnya tidak mati. Jika iya, dirinya pasti dicoret dari Kartu Keluarga mengingat segala urusan terkait pernikahannya masih belum berjalan sempurna. Ia dan Jessen belum sepenuhnya menjadi kepala rumah tangga. Nama mereka masih berada tepat di bawah nama sang mami di surat administrasi negara.“Sabar ya Mas Mian. Ini cobaan..” Mian berdecak. Cobaan yang menimpanya sungguh tidak masuk di akal. Dimarahi istri, Jessen terlempar dari motor dan sekarang hanya Mbak Siti yang menguatkan dirinya ditengah rasa bersalah terhadap saudaranya. Betapa lengkap penderitaannya ditinggal orang-orang terkasih. Malam-malam kini Mian kesepian bertemankan pengasuh kecilnya. ‘Nasib
Blitz kamera para wartawan langsung bermunculan menyambut kedatangan tiga keluarga besar yang memasuki ballroom hotel milik salah satunya. Para wartawan seakan berlomba untuk mengambil gambar dari tempat mereka. Mengabadikan sebanyak-banyaknya momen langka yang baru saja tercipta.Husodo, Darmawan dan Dirgantara– Ketiga nama itu terlalu besar untuk dilewatkan. Kapan lagi mereka bisa menangkap dalam satu acara yang memang ditujukan untuk ketiganya.Malam ini, pesta akbar digelar untuk memperkenalkan pasangan muda yang resmi bergabung pada ketiganya. Memamerkan ikatan erat yang terjalin tidak hanya sebagai rekanan semata, melainkan sebagai keluarga besar utuh yang kelak tak dapat dipisahkan oleh apapun– termasuk itu maut. Katakanlah, Husodo pemenang dari segalanya. Keluarga bertamengkan baja berlapiskan emas tersebut mendapatkan menantu spektakuler– berasalkan putri-putri yang kekayaannya bahkan sebanding dengan milik mereka. Ini merupakan durian runtuh yang nilainya tidak terkira mesk
“Anak kesayangan Papa, mentang-mentang udah jadi bagian Husodo nggak pernah sekali-kalinya nengokin!” Melihat Princess berada di ruang keluarga rumahnya– Justine yang baru saja pulang dari kantor langsung melancarkan sindiran keras. Sebagai ayah, hatinya terluka. Putrinya seakan lupa jika dia memiliki orang tua setelah menikah. Jujur Justin kecewa, tapi dirinya juga tak dapat melakukan apa-apa. Jika saja bisa– Justine ingin protes. Menggerakkan massa untuk demo besar-besaran di depan rumah Vero. Berorasi agar Keluarga Husodo mau mengembalikan putri kesayangannya. Terdengar gila memang– Namun begitulah adanya. Justine ingin membuat keributan supaya putrinya di depak dan kembali padanya. Ia belum siap kehilangan Princess. Rasanya baru kemarin putrinya terlahir ke dunia.Seharusnya Justine telah terbiasa dengan alpanya Princess dari kehidupannya. Hampir empat tahun lamanya Princess tinggal memisahkan diri, memilih apartemen sebagai tempat bernaung. Namun kini kasusnya berbeda. Raga dan
“Jesseeeen!! Musuh bebuyutan gue!!” Mian berjalan cepat, ia menangkap pergelangan tangan Princess. “You are a pregnant woman! Nggak usah lari-lari. Jessen nggak akan kemana-mana!” Peringat Mian dengan wajahnya yang memerah.“Sorry..” Lirih Princess– menyesal karena tak mengingat keadaannya. “Thank you for reminding me, Buy.”“It’s okay. Jangan diulangi. Sini gandengan aja turunnya.” Mian menyatukan tangan mereka dalam genggaman. Ia tidak bisa memarahi Princess karena istrinya terlalu excited setelah bangun tidur. Ketika pertama kali membuka mata– Princess mencari-cari adiknya. Mungkin efek pemberitaan yang Oma Buyutnya sampaikan. Semalam Princess dan Marchellia diantarkan langsung oleh Marchellino. Keduanya terlelap begitu damai, sampai-sampai tak terusik pada pergerakannya dengan Jessen yang memindahkan tubuh mereka.“Sarapan Ces.. Papi denger kamu hari ini ada jadwal bimbingan? Isi tenaga dulu.” Ucap Vero sembari memindahkan sayuran ke piring Marchellia, “harus dimakan. Untuk keseh
Sudah diputuskan, lima persen saham Darmawan diakuisisi oleh Husodo. Saham itu diberikan secara khusus beratasnamakan Jessen Husodo sebagai pemilik saham yang sah. Saham tersebut didapatkan dari milik Ardira Darmawan yang mempunyai lebih dari dua puluh persen saham di perusahaan suaminya. Meski berita resmi dan berkas perpindahan belum diselesaikan secara legal– keluarga besar Darmawan telah mengetahui bergulirnya saham tersebut ke tangan Jessen. “Pilihan yang sangat baik Bu Dira.. Saya mengapresiasi pengorbanan Ibu untuk cucu-cucu kita.” Ucap Mellia. Michell yang mengantarkan Mamanya, memainkan kaki. Mamanya sedang diberikan lawan yang tangguh dalam bermain peran kehidupan. Baru kali ini Michell melihat Mamanya kalah selain dari Mami istri kakaknya.“Di keluarga Darmawan pantang hukumnya menceraikan atau diceraikan oleh pasangan, Merlliana Haryo. Sesuatu yang dipersatukan Tuhan, tidak sepantasnya dipisahkan manusia. Terlebih dalam kasus ini, anak dan cucu saya memang keterlaluan. M
Jessen terengah. Dadanya naik turun karena napas yang tak berjalan mulus keluar dari paru-parunya. Pria muda yang melarikan diri dari jerat saudara, papi dan sahabatnya tersebut mendudukan diri pada sebuah pohon besar dipinggir lapangan bola. Jessen merasa telah berlari sangat jauh, jadi kemungkinan untuk ditangkap sangatlah tipis.“Tega bener mereka,” hela Jessen sembari meluruskan kaki-kakinya. Kepalanya mengadah, bersandar pada batang pohon dengan mata terpejam.Tidak.. Jessen tak mau pernikahannya hancur. Sekuat hati ia memaklumi tingkah Papi dan Abang Marchellia. Menahan letupan amarah yang kadang singgah karena perkataan menjatuhkan mereka. Ia tidak ingin usahanya sia-sia.Jessen sendiri bukannya tidak mengetahui jika kata-kata sinis yang kerap kali ditujukan padanya merupakan bentuk ketidaksukaan mereka. Jessen mengetahuinya. Ia juga memiliki perasaan sama seperti kebanyakan orang. Terlebih mereka menunjukkannya tanpa aling-aling— tidak ditutup-tutupi atau diperhalus. Mereka m
“Kedainya masih lurus lagi Pi. Belokan pertama ke kanan,” Mian memberikan arahan kepada Vero. Mereka berniat untuk menjemput Jessen setelah mengetahui keberadaan anak itu dari balasan pesan Dodit.“Ini kalian seriusan kenapa kalau cari basecamp ngumpul! Nggak habis thinking Papi.” Omel Vero. Ia mengenal baik lingkungan yang sedang mereka lalui. Vero sendiri tidak akan pernah melupakan jalanan menuju indekos yang sempat ia tinggali. “Ini area kos-kosan, Yan! Papi belum pernah liat kedai bintang lima juga di area ini.”“Nggak ada yang namanya kedai berbintang, Papi. Ini warung yang sempet Papi liat pas VCall-an sama Jess.” Terang Mian agar Vero tidak salah paham kemana tujuan mereka yang sebenarnya. Papinya yang kasta bangsawan tidak boleh terkejut karena itu akan menggagalkan misi mereka untuk ke rumah Opa Ray.“Kalian kebanyakan ngumpul sama di Dodit, Dodit itu! Begini jadinya.” Vero melirik gerbang rumah berlantai dua di sisi kanan yang baru saja ia lewati. Pria itu tersenyum, ‘kosan
Usai memberikan bagiannya dalam melampiaskan emosi pada dosennya, Jessen keluar dari ruang kerja Chello. Ia sudah cukup puas menginjak-injak dua telur sang dosen menggunakan sol sepatunya. Setelahnya Jessen menyerahkan semua kepada mertua dan kakak iparnya. Terserah mereka ingin melakukan apa, setidaknya Jessen telah berusaha melindungi Marchellia semampu yang ia bisa.“Balik?”“Princess?” Jessen menjawab Mian dengan pertanyaan lain. Jika mereka pulang sebelum para wanita sampai di rumah, saudara kembarnya bisa mendapat masalah. Jessen tidak ingin hal tersebut terjadi. Mian hari ini banyak menunjukan sisi terhebatnya sebagai seorang kakak— dan Jessen berharap tidak menyulitkan posisi Mian walau hanya sesaat.“Bisa gue chat biar langsung pulang naik Taksi. Gue yakin dia nggak bakalan marah.” Ucap Mian seperti tahu apa yang memberatkan diri Jessen. “Cepetan! Gue males liat komuk mertua sama abang ipar lo, Jes!! Mumpung mereka masih sibuk sama Pak Wisnu.” Seloroh Mian mengajak agar Jesse
Menuruti permintaan Audi Mahendra untuk menyantap makanan yang wanita itu sajikan, telah Jessen lakukan bersama dua pengikut sekte aliran gelapnya. Siapa sangka Mian dan Princess mau diajak ikut serta menyatroni meja makan rumah orang lain. Ya, walau tidak sepenuhnya orang lain karena rumah Marchello Darmawan merupakan salah satu Opa Princess, tapi hebatnya wanita galak Mian rela dibangunkan secara paksa dengan iming-iming traktiran mie instan di Kedai Pelangi. Murahan memang istrinya Mian– Jessen saja dibuat tidak percaya pada awalnya jika makanan seharga sembilan ribuan lengkap dengan telur bisa membuat wanita itu luluh.Lupakan perihal Princess dan mie instan idamannya, kini saatnya Jessen berbicara serius dengan para lelaki di keluarga Darmawan. Ia ingin masalahnya cepat selesai dan manusia lancang yang menjadikan istrinya fantasi liar segera diangkut dan mendapatkan karma atas perbuatan beraninya.“Pi,” Jessen menyambangi Chello di ruang keluarga. Ia menghabiskan makanan lebih d
Jantung Vero berdetak sangat cepat ketika melihat menantu keduanya berlarian menuruni tangga rumah. Demi Tuhan! Jika terjadi sesuatu pada Princess sesungguhnya keluarga Darmawan itu– seluruh manusia bernama belakang Husodo mungkin akan di-bumi hanguskan untuk selama-lamanya. Trah keluarga mereka dipastikan mengalami kepunahan total. Kejadian buruk harus segera Vero cegah.. Sesegera mungkin! “Acheeellll!!! Jangan lari-larian! Jalan aja, Chell!” Teriak Vero dengan tetap menjaga pita suaranya agar tak terdengar membentak. Runyam dunia persilatan kalau si Tuan Putri tersinggung. Jet lee bisa berubah jadi personel boyband nanti.“Papi, Ecen mana?! Ini.. Papi Achell telepon. Dia mau ngomong sama Ecen.” Sulit juga jika memiliki nama panggilan yang sama. Bagaimana nanti jika mereka tengah berada di acara kumpul keluarga besar dan Marchellia hanya memanggil dengan sebutan Papi. Besok-besok, untuk menantu selanjutnya Vero akan meminta Jemima mencarikan besan yang julukannya Bapak, Daddy atau