Semua Bab Ratu Bumi : Kebangkitan Sang Raja: Bab 201 - Bab 210

251 Bab

BAB 200

15.48“Assalammu’alaikum.”Sebuah suara rendah yang terdengar berwibawa, terdengar dari arah ruang tamu. Aliya yang baru saja selesai membaca surat yasin sebanyak tiga kali untuk ia kirimkan pada Dean, menutup mushaf yang ada di tangannya.Ia melepas mukena dan melipatnya dengan cepat namun rapi. “Wa’alaikumsalam,” terdengar suara Guntur menjawab salam itu.Aliya bergegas menyimpan lipatan mukena dan sajadah ke atas meja di kamar Dean.Aliya memang sengaja membawa mukena dan menyimpannya di kamar Dean untuk ia gunakan. Ia tahu, ia akan sering datang ke sini dalam beberapa hari ini. Ia lalu menyimpan dengan hati-hati mushaf milik suaminya kembali ke tempatnya.Aliya merapikan diri, lalu bergegas keluar kamar.Di ruang tamu, ia melihat Guntur tengah berdiri berhadapan dengan dua orang pria yang tampak hampir sebaya. Pria di depan Guntur menggunakan semacam koko panjang dan celana longgar berwarna coklat muda sebatas mata kaki.Meski tampak beberapa kerut di wajahnya, namun sorot matany
Baca selengkapnya

BAB 201

“Benar Mbak. Sepertinya mereka berdua sengaja membuka dirinya untuk terbaca saya. Dugaan saya, untuk membuat kita tenang, karena tahu mereka pada level yang sangat memungkinkan untuk menolong mas Nawidi….”“Alhamdulillah kalau begitu. Kita benar-benar beruntung.…” Aliya menghela napas lega. “Luar biasa memang, keluarga kang Awi. Begitu banyak elemen Level satu.” Aliya bergumam takjub.Bagaimana tidak, Level 1 adalah level yang jarang dapat dicapai para elemen.Level 1 merupakan pencapaian tertinggi elemen pada umumnya. Butuh puluhan tahun untuk mencapai level 1 ini pada manusia elemen secara normal. Hanya orang-orang tertentu yang bisa dengan singkat mencapai Level ini.Entah dia sangat berbakat, atau dia mengikuti gemblengan khusus di alam lain.Para Penjaga Inti Aliya, contohnya. Terutama Elang dan Dean. Mereka berdua merupakan jenis pria langka yang begitu cepat melampaui tingkatan dan level.
Baca selengkapnya

BAB 202

Jumat, 30 Desember 202208.27 WIBKeesokan harinya, Aliya berkunjung ke makam ayahnya.Sesaat setelah ia memarkirkan motornya, matanya menyapu pemandangan sekeliling pemakaman itu. Badannya sedikit menggigil. Angin bertiup cukup kencang dan kabut masih menutup pemandangan di bawah bukit. Pemakaman ini memang terletak di atas perbukitan.Telah hampir dua minggu ini, hawa dingin Lembang terasa kurang wajar. Temperatur menunjukkan angka 20°, namun suhu yang terasa, seolah 5 derajat di bawahnya.Aliya mengalihkan pandangannya kini pada hamparan pemakaman di depannya. Lalu melangkah mendekat.Di tangannya tergenggam dua kuntum mawar. Merah dan putih. Ia mengucap salam lirih diperuntukkan para penghuni kubur yang ada di lokasi pemakaman itu.Kakinya terayun pelan menuju satu gundukan tanah yang telah tertata rapi dengan rumput yang menghijau di atasnya.“Selamat pagi, Pa…” ujar Aliya lirih. Ia lalu berjongkok d
Baca selengkapnya

BAB 203

“Betul, Nak. Jadi Buya minta, Nak Aliya tetap tenang dan bersabar. Hindari bertindak terburu-buru ataupun gegabah.”Aliya terdiam beberapa saat. Ia seperti berpikir keras, sebelum kemudian bertanya lagi.“Tapi, apakah Buya tahu, kapan bantuan itu akan datang?”“Tak lama lagi, Nak,” jawab Tuan Qazzafi. “Jangan risaukan tentang tubuh suami Nak Aliya. Sebelum hal terburuk terjadi, bantuan itu Insya Allah telah datang.”Aliya terdiam lagi, mencoba mencerna setiap kata yang disampaikan oleh Tuan Qazzafi tadi. Sebelum hal terburuk terjadi, bantuan itu telah datang. Aliya mengulang-ulang kalimat itu.Meski merasa ini ironis, karena Aliya sesungguhnya berharap, bantuan itu datang sebelum Dean tewas. Tapi lalu Aliya menghela napas lega. Dia merasa bebannya sedikit berkurang.Setidaknya, perkataan seorang sesepuh dari Realm Air, tidak mungkin adalah perkataan spekulasi semata. Atau hanya sekadar hiburan belaka.Aliya
Baca selengkapnya

BAB 204

Sabtu, 31 Desember 202213.15 WIB, Basecamp Cikahuripan.Siang itu Aliya menengok Nawidi kembali.Tuan Qazzafi dan adiknya --Tuan Nazran-- masih di dalam kamar Nawidi untuk sesi healing mereka pada Nawidi.Ia mendengar dari Agung bahwa Nawidi masih belum siuman. Namun kondisinya tampak lebih stabil.Agung dan Iyad lalu pamit pada Aliya, untuk ke paviliun belakang menemui Reed dan rekan-rekannya yang menginap di sana.Reed dari posko Turki, Oliver dari posko Albania, Kyler dari posko Ghana dan Nevan dari posko Luxembourg telah datang Jumat sore kemarin, beberapa jam setelah Aliya pamit pulang.Mereka ditempatkan di paviliun belakang yang telah disiapkan beberapa hari itu oleh Agung dan teman-teman.Agung dan Iyad ada janji rapat dengan keempat pimpinan posko tersebut siang ini. Mereka hendak membahas lebih lanjut beberapa opsi untuk memulangkan jasad Dean dan membawa Agni kembali dan beberapa hal penting lainnya.
Baca selengkapnya

BAB 205

Praaang!Nampan dan kedua gelas terjatuh dari pegangan Aliya. Pecahan terserak tak jauh dari kedua kaki Aliya.Mata Aliya membelalak, mulut membuka, jantung terlewat beberapa detakan, napasnya terdengar pendek-pendek seakan terengah.Kedua lutut Aliya gemetar dan menjadi lemas hingga tak lama kemudian tubuhnya hendak terjatuh.Namun sosok yang berdiri di depan Aliya itu, dengan sigap menyingkirkan pecahan cangkir yang berserakan di bawah Aliya dengan sekali empasan ringan energi dari tangan kirinya, sementara tangan kanan menangkap lengan kiri Aliya dan menahannya tidak sampai terjatuh.Kedua lutut Aliya sungguh lemas.Ia kini terduduk di lantai dengan lengannya yang terlingkari erat oleh tangan sosok itu.Wajah Aliya menengadah memandang tak percaya pada pria yang berlutut satu kaki di depan Aliya dengan tangan yang tetap melingkari lengannya.Bibirnya bergetar, lalu dengan susah payah satu kata keluar dari mulutnya.“De-Dean…”Pria di hadapan Aliya itu tersenyum. “Aku pulang…” bisik
Baca selengkapnya

BAB 206

Sosok jangkung yang kini tampak di depannya dengan kaos hitam lengan panjang dan celana kargo berwarna senada itu, tengah menatap diri Aliya dengan sorot mata yang tampak rumit.Terlihat jejak lelah pada wajah tampan-nya yang masih dihiasi jambang yang menyambung dengan janggut dan kumis tipisnya.Aliya terpaku menatap wajah maskulin itu.Wajah dengan sepasang bola mata berwarna hazel terbingkai garis rahang yang kuat dan tegas dengan hidung mancung yang terpahat sempurna di atas bibir tipis indahnya.Wajah yang telah ia rindukan dengan amat sangat selama berhari-hari ini.Wajah yang ia inginkan untuk hadir di mimpinya dan ia harapkan untuk mendatangi dirinya dalam bayangan. Wajah yang muncul dalam doa di setiap ia selesai melaksanakan sujud-sujud panjangnya di sepertiga malam dan lima waktu wajibnya. Aliya seperti tak bernapas, ketika pria jangkung itu melangkah mendekat padanya.“Aliya….” Suara rendah itu memanggil nama Aliya begitu langkahnya hanya berjarak sekitar tiga puluh s
Baca selengkapnya

BAB 207

Kilas Balik.Sabtu di minggu sebelumnya, 17 Desember 202221.40 WIB, CikahuripanBeberapa penggalan percakapan yang sesungguhnya malam itu antara Dean dan Nawidi di teras belakang basecamp di Cikahuripan.“Apa ada hal lain yang Anda lihat?” tanya Nawidi.“Dalam penglihatan saya saat sesi healing itu, saya melihat sesuatu pada Einhard. Sebentuk benda tampak seperti mata dan benda itu hidup. Dugaan saya, itulah sumber kontaminasinya. Saya telah meminta Windi untuk mengkonfirmasi titik tepatnya di Einhard ke Aliya. Saya tidak sanggup menanyakannya sendiri pada Aliya. Karena harus membuka ingatannya tentang kejadian itu, yang sebagian memang masih tertutup karena traumatisnya.”“Saya paham,” sahut Nawidi.“Ketika itu terkonfirmasi, di titik itulah, Anda harus menaklukkannya ketika nanti berhadapan dengan Einhard?” lanjutnya kemudian.Dean mengangguk, lalu menghela napas berat.“Dan benda itu terlihat terkoneksi dengan sesuatu pada pergelangan tangan Einhard. Tangan kirinya. Saya hanya ber
Baca selengkapnya

BAB 208

Kilas Balik. Dua hari sebelum tahun baru.Kamis, 29 Desember 202203.50 PM . Barvikha, Rusia.Sebuah ruangan besar yang lebih cocok di sebut aula, tampak remang. Bukan karena minim alat penerang, namun tampak di atur sedemikian rupa agar cahaya matahari tidak banyak masuk membantu penerangan alami di dalam aula itu.Pembaringan serupa altar tampak dibangun khusus di ujung aula. Sebuah tempat duduk dengan ukiran mewah dan ditempatkan dengan posisi lebih tinggi, layaknya singgasana, ada di belakang pembaringan tersebut.Di atas pembaringan, tergolek satu tubuh yang telah tampak kaku. Tubuh itu masih mengenakan pakaiannya yang berlumur darah yang telah mengering. Wajah pemilik tubuh itu sudah terlihat pucat dan membiru.Beberapa penjaga tampak tegap berdiri di kedua sisi pintu besar aula itu. Tidak satu dari mereka yang berani bergerak sedikitpun.Tak lama, kedua daun pintu besar membuka dengan pelan. Cahaya dari luar yang masuk, membuat sosok yang berdiri tegap di balik terbukanya pintu
Baca selengkapnya

BAB 209

Namun sebelum proses itu selesai, Dean segera bergerak maju dan menerjang Elang.Elang menggeser tubuhnya untuk menghindar, energi yang terkumpul itu pecah dan kembali menyurut.Dean tidak membiarkan Elang menggunakan kedua tangannya kembali untuk menghempas energi miliknya.Ia menarik tangan Elang lalu berbalik membanting tubuh Elang ke depan dengan gerakan judo yang tampak lihai.Elang terpelanting ke depan, namun ia memutar tubuhnya hingga mendarat dengan kedua kakinya kembali.Deebb!Sementara Dean melempar hentakan energi ke arah belakang untuk menghempas empat penjaga dalam aula itu yang berlari ke arahnya untuk menyerangnya.Wuuushhh! Duuuagg!Keempat penjaga itu pun terlempar dan pingsan.“Kau memang harus ditampar langsung oleh tanganku sendiri agar sadar, Einhard,” ucap Dean memprovokasi Elang.Elang berdiri dengan mata menatap nyalang pada Dean. Ia menerjang Dean setelah kakinya menghentak lantai. Setengah melompat ia melayangkan tinju ke arah wajah Dean.“THEN TRY TO DO IT
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
26
DMCA.com Protection Status