Sosok jangkung yang kini tampak di depannya dengan kaos hitam lengan panjang dan celana kargo berwarna senada itu, tengah menatap diri Aliya dengan sorot mata yang tampak rumit.Terlihat jejak lelah pada wajah tampan-nya yang masih dihiasi jambang yang menyambung dengan janggut dan kumis tipisnya.Aliya terpaku menatap wajah maskulin itu.Wajah dengan sepasang bola mata berwarna hazel terbingkai garis rahang yang kuat dan tegas dengan hidung mancung yang terpahat sempurna di atas bibir tipis indahnya.Wajah yang telah ia rindukan dengan amat sangat selama berhari-hari ini.Wajah yang ia inginkan untuk hadir di mimpinya dan ia harapkan untuk mendatangi dirinya dalam bayangan. Wajah yang muncul dalam doa di setiap ia selesai melaksanakan sujud-sujud panjangnya di sepertiga malam dan lima waktu wajibnya. Aliya seperti tak bernapas, ketika pria jangkung itu melangkah mendekat padanya.“Aliya….” Suara rendah itu memanggil nama Aliya begitu langkahnya hanya berjarak sekitar tiga puluh s
Kilas Balik.Sabtu di minggu sebelumnya, 17 Desember 202221.40 WIB, CikahuripanBeberapa penggalan percakapan yang sesungguhnya malam itu antara Dean dan Nawidi di teras belakang basecamp di Cikahuripan.“Apa ada hal lain yang Anda lihat?” tanya Nawidi.“Dalam penglihatan saya saat sesi healing itu, saya melihat sesuatu pada Einhard. Sebentuk benda tampak seperti mata dan benda itu hidup. Dugaan saya, itulah sumber kontaminasinya. Saya telah meminta Windi untuk mengkonfirmasi titik tepatnya di Einhard ke Aliya. Saya tidak sanggup menanyakannya sendiri pada Aliya. Karena harus membuka ingatannya tentang kejadian itu, yang sebagian memang masih tertutup karena traumatisnya.”“Saya paham,” sahut Nawidi.“Ketika itu terkonfirmasi, di titik itulah, Anda harus menaklukkannya ketika nanti berhadapan dengan Einhard?” lanjutnya kemudian.Dean mengangguk, lalu menghela napas berat.“Dan benda itu terlihat terkoneksi dengan sesuatu pada pergelangan tangan Einhard. Tangan kirinya. Saya hanya ber
Kilas Balik. Dua hari sebelum tahun baru.Kamis, 29 Desember 202203.50 PM . Barvikha, Rusia.Sebuah ruangan besar yang lebih cocok di sebut aula, tampak remang. Bukan karena minim alat penerang, namun tampak di atur sedemikian rupa agar cahaya matahari tidak banyak masuk membantu penerangan alami di dalam aula itu.Pembaringan serupa altar tampak dibangun khusus di ujung aula. Sebuah tempat duduk dengan ukiran mewah dan ditempatkan dengan posisi lebih tinggi, layaknya singgasana, ada di belakang pembaringan tersebut.Di atas pembaringan, tergolek satu tubuh yang telah tampak kaku. Tubuh itu masih mengenakan pakaiannya yang berlumur darah yang telah mengering. Wajah pemilik tubuh itu sudah terlihat pucat dan membiru.Beberapa penjaga tampak tegap berdiri di kedua sisi pintu besar aula itu. Tidak satu dari mereka yang berani bergerak sedikitpun.Tak lama, kedua daun pintu besar membuka dengan pelan. Cahaya dari luar yang masuk, membuat sosok yang berdiri tegap di balik terbukanya pintu
Namun sebelum proses itu selesai, Dean segera bergerak maju dan menerjang Elang.Elang menggeser tubuhnya untuk menghindar, energi yang terkumpul itu pecah dan kembali menyurut.Dean tidak membiarkan Elang menggunakan kedua tangannya kembali untuk menghempas energi miliknya.Ia menarik tangan Elang lalu berbalik membanting tubuh Elang ke depan dengan gerakan judo yang tampak lihai.Elang terpelanting ke depan, namun ia memutar tubuhnya hingga mendarat dengan kedua kakinya kembali.Deebb!Sementara Dean melempar hentakan energi ke arah belakang untuk menghempas empat penjaga dalam aula itu yang berlari ke arahnya untuk menyerangnya.Wuuushhh! Duuuagg!Keempat penjaga itu pun terlempar dan pingsan.“Kau memang harus ditampar langsung oleh tanganku sendiri agar sadar, Einhard,” ucap Dean memprovokasi Elang.Elang berdiri dengan mata menatap nyalang pada Dean. Ia menerjang Dean setelah kakinya menghentak lantai. Setengah melompat ia melayangkan tinju ke arah wajah Dean.“THEN TRY TO DO IT
Dean memejamkan matanya lagi. Lalu berdiam sekian saat.Aliya yang melihatnya, menunggu.Hanya sesaat saja, ia kemudian tak tahan untuk bersuara dan bertanya. "Kau lagi apa?""Hmm... menunggumu..." jawab Dean pelan."Menungguku?" Aliya membeo."Ya. Menunggumu menyiksaku.""Ih," Aliya memanyunkan bibirnya. Ia lalu melepaskan lingkaran tangannya dari leher Dean, lalu hendak menjauhkan tubuhnya.Namun belum sempat ia lakukan itu, dengan mata yang masih terpejam, tangan kanan Dean yang semula berada di pinggang Aliya, dengan cepat ia alihkan ke belakang kepala Aliya untuk menahan dan menarik tengkuk Aliya maju.Kini hidung mereka beradu. Bibir mereka nyaris bersentuhan.Setengah berbisik, Dean lalu bertanya."Bagaimana kau berencana menyiksaku, Honey?" Suara berat itu mengalun begitu tenang namun sangat nyata meresahkan dinding pendengaran Aliya.Aliya kian menyadari dan mengakui, bahwa Dean memiliki suara paling seksi yang pernah ia dengar.Aliya mendesah. "Aku... ga tau..""Tidak tau?"
“Tak apa. Pahala besar bagimu. Dan lagi, kau tetap tampak seksi dengan bekas luka ini….” bisik Aliya lalu mengecup guratan di dada suaminya itu.Jari telunjuk Aliya kemudian terangkat, menyusuri alis suaminya lalu hidung dan kemudian turun mengikuti lekuk indah bibir suaminya.“Kau ga tau, betapa bahagia dan leganya aku melihatmu lagi…. Ku pikir aku telah kehilanganmu selamanya…” Aliya bergumam dengan suara yang sangat halus, karena tak ingin membangunkan Dean.“Aku pikir…. aku akan menjalani tugasku sendirian dan melalui tahun-tahun yang panjang itu dalam kesepian, sambil menunggu waktu kita berkumpul lagi di alam selanjutnya…”Aliya menghembus pelan napasnya. “Aku ketakutan luar biasa…. saat baca chat Hana yang menyebutkan akan ada The New One saat Tahun Baru…. dan saat Diani nambahin, mungkin akan ada elemen lain yang jadi suami baruku…”Aliya
“Dan?” Dean hanya mengangkat kedua alisnya.“Ih, suaramu kok ga enak didenger gini sih,” protes Aliya.Dean menunjuk hidungnya yang tengah dipencet Aliya.“Oh iya, lupa. Maaf,” tukas Aliya lalu melepaskan jarinya yang menekan hidung Dean.“Nah, maksudku, apakah kau tau Syau itu apaan atau siapa?” lanjut Aliya.“Hm….” Dean memutar bola matanya. “Siapa, ya…..?”Aliya memicingkan matanya. “Jangan pura-pura ga tau, ya!” Setelah berkata demikian, langsung Aliya melakukan serangan gelitikan-nya pada pinggang Dean lagi.Dean yang masih berada di atas Aliya langsung berguling ke sisi Aliya sambil menahan diri dari jemari Aliya yang terus menyerangnya.“Iya…iya.. ampun…” sahut Dean menyerah. Ia terkekeh geli.“Ayooo kasih tauuu…. “ Aliya merajuk.“Baiklah….” Dean
Senin, 2 Januari 202316.49 WIB, rumah.Aliya merasakan matanya yang tiba-tiba terasa sangat berat. Saat itu ia tengah melakukan percakapan dengan Diani. Membahas tentang Elang yang kini sedang dalam treatmentDean di villa di Jayagiri.Merasa tidak kuat lagi, Aliya lalu masuk ke kamarnya dan merebahkan diri. Tanpa menunggu lama, ia segera lelap.Aliya terbangun dan ia terhenyak, ketika membuka mata, Elang telah berdiri di hadapannya. Meskipun dalam jarak yang tak bisa dikatakan dekat, namun Aliya bisa melihat cukup jelas sosok Elang.Ternyata mata berat yang tadi ia rasakan, adalah karena Elang memanggilnya. Meskipun tanpa sadar Aliya lalu memenuhi panggilan itu.Aliya menatap lurus sosok Elang di hadapannya.Dada Aliya berdegup agak kencang.Entah apa yang ia pikirkan. Sisa rasa takut sejak kejadian di Kazan, tidak ia rasakan ketika melihat Elang saat ini.Justru semacam kekhawatiran dan kecemasan ia rasa
Teaser untuk S3 RATU BUMI: KELAHIRAN SANG PEWARIS(Entah kapan akan dibuat S3-nya. Tapi Author ingin berikan ini sebagai ekstra saja untuk kalian. Thanks to you all!!)Seorang wanita tengah berada di depan laptop. Sebuah kacamata berbentuk persegi dengan bingkai berwarna biru bertengger di pangkal hidungnya.Terdengar suara tuts pada keyboard yang ditekan cukup keras dan cepat.“Selesai!!” seru wanita itu dengan bibir tersungging senyum yang begitu lebar.Matanya sekali lagi menatap lekat pada layar laptop miliknya. Seolah puas dengan apa yang ia baca, ia mengangguk dan tersenyum lagi.“Mantap memang. Si gue menggambarkan tokohnya begitu nyata. Cakep banget ini. Epik,” ujarnya sambil terus mengangguk-angguk kan kepala. Tiada henti ia memuji dirinya sendiri.“Mungkin karena aku pake namaku sendiri buat tokoh cewek, ini bener-bener terasa seperti kejadian nyata. Tapi kan itu emang tujuanku..”“Sepertinya aku bener-bener jenius… Beberapa potong mimpi ku, bisa kujadikan rangkaian cerita se
Suatu hari di bulan September 2023.Aliya menggeliat lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia merentangkan kedua tangannya dan menguap.Kepalanya menengok ke kiri. Sisi itu kosong.Ia lalu menengadah, melihat ke arah jam dinding dalam kamar itu. 7:15.Aliya kemudian turun dari ranjang-nya. Ia kenakan sandal rumah berbahan kain dengan bordiran inisial A pada bagian tutup kakinya.Dengan langkah malas ia keluar kamar. Kepalanya berputar mencari.Hari itu, setelah ia tadi shalat subuh, ia tertidur kembali, karena semalam ia begadang menyelesaikan pekerjaannya hingga jam 2 dini hari.Kaki Aliya terus melangkah. Kini hidungnya mencium harum masakan berasal dari dapur. Ia pun mengarahkan kakinya ke arah sumber aroma tersebut.Ia terhenti di ambang pintu dapur. Bibirnya tersenyum. Matanya menatap ke depan dengan sorot penuh kasih.Tubuh jangkung dengan masih menggunakan set piyama tidur bermotif salur itu, masih asyik melakukan sesuatu di depan kompor.“Sudah bangun, rupanya…” kata pemilik
Dean menyetir mobil Jeep Cherokee Trackhawk yang terbuka dengan santai, menikmati embusan angin yang hangat di wajahnya sementara Aliya di sampingnya tampak takjub memandangi pemandangan di sekeliling mereka.Sekitar lima belas menit lalu, Aliya dan Dean tiba di Amboseli Airtrip di dalam Taman Nasional Amboseli.Taman Nasional Amboseli ini terletak di selatan Kenya, tepatnya di Kabupaten Kajiado, dekat perbatasan Kenya dengan Tanzania.Taman ini berada sekitar 240 kilometer sebelah tenggara Nairobi, ibu kota Kenya, dan terletak di bawah bayang-bayang Gunung Kilimanjaro yang megah di Tanzania, yang memberikan latar belakang yang ikonik dan terkenal di taman ini.Amboseli terkenal dengan populasi gajah besarnya, serta pemandangan sabana yang menakjubkan.Dean sengaja membawa Aliya ke tempat favorit-nya ini, untuk memberikan pengalaman baru bagi Aliya.Dengan helikopter, mereka terbang sekitar 40 menit dari helipad di atas gedung kantor cabang Starlight Corp di Nairobi menuju Kajiado. Se
Aliya paham, yang dimaksud orang Elemen Air itu adalah Elang. Namun yang tidak ia paham, mengapa ia menangkap gestur kemarahan dari sosok Syauqi? Apakah Syauqi dan Elang pernah bertemu sebelumnya?Ini belum waktunya Aliya bertanya lebih jauh tentang itu. Jadi ia kemudian hanya mengalihkan pertanyaan pada hal lain.“Bukankah yang kudengar, bahwa Realm adalah keluarga yang memang bermukim di Tanah Air. Tapi--” Ucapan Aliya terhenti.Syauqi tertawa kecil. “Anda bingung karena saya berwajah campuran di luar Indonesia?”“Ya, jujur aku bingung.” Mau tak mau Aliya pun tertawa kecil.“Nenek saya sedikit memberontak, Madam.”“Eh?”Syauqi terkekeh. “Nenek saya kabur dari Indonesia dan menikah dengan orang Jepang. Lalu ibu saya lahir dan kemudian menikah dengan orang Amerika. Lalu lahirlah saya.”Pria berwajah elok itu menjeda diri sesaat. “Saat saya berumur lima tahun, ibu saya membawa saya kembali ke kakek buyut. Tetua Realm Api dan mengembalikan saya. Kata ibu saya, itu wasiat nenek saya sebel
Aliya bersandar di sofa lounge hotel yang nyaman, menatap tenang pada makanan di depannya.Ia mencoba hidangan khas Nairobi: Nyama Choma, potongan daging panggang yang gurih dan kaya rempah, ditemani dengan kachumbari—salad segar dari tomat, bawang, dan cabai.Rasa pedas dan segar dari kachumbari melengkapi cita rasa daging yang hangat, membuat Aliya semakin larut dalam suasana santai sambil menunggu Dean yang tengah dalam rapat mendadak di ballroom hotel.Saat kunyahan terakhir, Aliya teringat percakapannya tadi dengan Matteo, yang penuh dengan dukungan.Matteo, sahabat Dean itu, mengungkapkan ketulusan hati ketika mengetahui Aliya bersama Dean."Aku sangat bahagia, Nyonya.”“Please, panggil Aliya saja, Matteo.”Matteo tersenyum sumringah. “Baiklah.. Ya.. aku benar-benar merasa bahagia.”“Aku bisa lihat itu. Sejak pertama kita bertemu, wajahmu berseri-seri terus,” Aliya tersenyum lebar.“Ini bukan tentang diriku, Nyonya. Melihatmu akhirnya bersama Dean... itu sungguh yang selama ini
Tak berapa lama limousine yang ditumpangi Dean dan Aliya tiba di satu hotel yang tampak megah.Beberapa greeter dan bellboy tampak menyambut ramah dan penuh hormat saat Aliya dan Dean yang dipimpin Matteo, memasuki area hotel.Dean terlihat sedikit menaikkan alis—tampak berpikir sesuatu, namun tetap dengan santai mengikuti langkah Matteo yang terlihat bersemangat berbicara dengan Aliya.Aliya melangkah masuk ke dalam suite mewah di Helshington Nairobi, tak dapat menahan gumaman kagum yang meluncur pelan.Matanya menyusuri setiap sudut ruangan—sebuah suite yang luas dengan desain butik berkelas, bercampur sentuhan klasik yang elegan.Dindingnya dihiasi karya seni khas Afrika, menambah sentuhan eksotis pada ruangan yang megah namun tetap hangat.Lampu-lampu gantung dari kristal menghiasi langit-langit tinggi, sementara lantai kayu yang mengilap mencerminkan pantulan cahaya lembut dari lampu yang dipasang dengan artistik.Di satu sisi, ada balkon pribadi yang menghadap ke pemandangan perb
Gedung kantor cabang Starlight Corp di Nairobi terlihat lebih sibuk dari biasanya.Para karyawan berjalan cepat, membawa berkas-berkas dan peralatan, memastikan setiap detail tertata sempurna untuk menyambut kedatangan CEO mereka, yang nyaris tidak pernah terlihat.Lobi utama yang biasanya hanya dihiasi dengan dekorasi sederhana kini terlihat sedikit berbeda. Tanaman hijau segar diletakkan di beberapa sudut, meja resepsionis dibersihkan hingga berkilau, dan tim keamanan memeriksa ulang setiap titik untuk memastikan semuanya sesuai standar.Di tengah kesibukan tersebut, Direktur cabang melangkah mendekati Matteo, manajer yang selalu tenang di tengah hiruk-pikuk persiapan ini.Dengan ragu, Direktur bertanya, "Mr. Odhiambo, apa benar tidak masalah jika kita melakukan persiapan seperti ini?"Sang Direktur masih teringat akan sikap sang CEO yang cenderung rendah hati dan tidak suka dengan seremoni berlebihan.Pernah sekali waktu saat ia pertama kali menjabat sebagai direktur cabang, ketika
Aliya duduk sendirian di dalam kabin jet pribadi Gulf Stream yang melaju anggun di atas awan menuju Kenya.Interior jet ini tampak begitu mewah dan nyaman, didesain dengan kursi kulit lembut berwarna krem yang berpadu dengan elemen kayu mahoni gelap.Cahaya matahari senja yang masuk dari jendela memberikan kilau hangat ke dalam kabin, menciptakan suasana tenang yang menyelimuti perjalanan mereka.Aliya menatap keluar jendela, melihat hamparan langit oranye keemasan yang seakan tak berujung, membiarkan pikirannya melayang.Bayangan pertama kali ia melihat pesawat ini, dengan logo Starlight Corp di badan jet, memenuhi benaknya.Kata-kata Agung kembali terngiang di kepalanya, bagaimana Dean memilih nama Starlight, terinspirasi dari panggilan kesayangan yang ia berikan padanya setelah pertama kali melihat Aliya dalam mimpi.Ketika ia iseng berselancar di dunia maya, ia mendapati bahwa Starlight Corp adalah korporasi besar yang dikagumi dunia. Selain Starlight Corp dikenal dengan kebijakan
Dean tersedak lalu terbatuk.“Prrrfffffftttttt.” Agni sukses menyemburkan nasi yang baru saja ia suapkan ke dalam mulutnya.Bi Titin menahan tawa. Ia mengacungkan jempol pada Aliya, lalu melenggang santai kembali ke dapur.Hening.Aliya melotot ke arah Agni.“Jorok, ih!” Aliya menepukkan tangannya ke beberapa nasi semburan Agni yang mampir dan bertengger di bajunya.“So-sorry Moony!” Agni bergegas bangun dan meraih beberapa lembar tissue dan menghampiri Aliya. Tangannya mengelap tangan Aliya.Saat tangan Agni akan berpindah ke bagian baju di bawah dagu Aliya, tangan Dean telah memegang tangan Agni.“Biar saya saja,” kata Dean singkat.Agni memanyunkan mulutnya. “Lu sih, Om…” Lalu kembali ke tempat duduknya dan membersihkan sisa-sisa nasi yang berhamburan di meja sambil nyengir.Dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal, Agni mengambil piring makannya dan memutuskan segera menyingkir dari ruang makan, untuk memberi keleluasaan bagi pasangan itu.“Gue pindah ah. Ini obrolannya udah dua