Kilas Balik.Sabtu di minggu sebelumnya, 17 Desember 202221.40 WIB, CikahuripanBeberapa penggalan percakapan yang sesungguhnya malam itu antara Dean dan Nawidi di teras belakang basecamp di Cikahuripan.“Apa ada hal lain yang Anda lihat?” tanya Nawidi.“Dalam penglihatan saya saat sesi healing itu, saya melihat sesuatu pada Einhard. Sebentuk benda tampak seperti mata dan benda itu hidup. Dugaan saya, itulah sumber kontaminasinya. Saya telah meminta Windi untuk mengkonfirmasi titik tepatnya di Einhard ke Aliya. Saya tidak sanggup menanyakannya sendiri pada Aliya. Karena harus membuka ingatannya tentang kejadian itu, yang sebagian memang masih tertutup karena traumatisnya.”“Saya paham,” sahut Nawidi.“Ketika itu terkonfirmasi, di titik itulah, Anda harus menaklukkannya ketika nanti berhadapan dengan Einhard?” lanjutnya kemudian.Dean mengangguk, lalu menghela napas berat.“Dan benda itu terlihat terkoneksi dengan sesuatu pada pergelangan tangan Einhard. Tangan kirinya. Saya hanya ber
Kilas Balik. Dua hari sebelum tahun baru.Kamis, 29 Desember 202203.50 PM . Barvikha, Rusia.Sebuah ruangan besar yang lebih cocok di sebut aula, tampak remang. Bukan karena minim alat penerang, namun tampak di atur sedemikian rupa agar cahaya matahari tidak banyak masuk membantu penerangan alami di dalam aula itu.Pembaringan serupa altar tampak dibangun khusus di ujung aula. Sebuah tempat duduk dengan ukiran mewah dan ditempatkan dengan posisi lebih tinggi, layaknya singgasana, ada di belakang pembaringan tersebut.Di atas pembaringan, tergolek satu tubuh yang telah tampak kaku. Tubuh itu masih mengenakan pakaiannya yang berlumur darah yang telah mengering. Wajah pemilik tubuh itu sudah terlihat pucat dan membiru.Beberapa penjaga tampak tegap berdiri di kedua sisi pintu besar aula itu. Tidak satu dari mereka yang berani bergerak sedikitpun.Tak lama, kedua daun pintu besar membuka dengan pelan. Cahaya dari luar yang masuk, membuat sosok yang berdiri tegap di balik terbukanya pintu
Namun sebelum proses itu selesai, Dean segera bergerak maju dan menerjang Elang.Elang menggeser tubuhnya untuk menghindar, energi yang terkumpul itu pecah dan kembali menyurut.Dean tidak membiarkan Elang menggunakan kedua tangannya kembali untuk menghempas energi miliknya.Ia menarik tangan Elang lalu berbalik membanting tubuh Elang ke depan dengan gerakan judo yang tampak lihai.Elang terpelanting ke depan, namun ia memutar tubuhnya hingga mendarat dengan kedua kakinya kembali.Deebb!Sementara Dean melempar hentakan energi ke arah belakang untuk menghempas empat penjaga dalam aula itu yang berlari ke arahnya untuk menyerangnya.Wuuushhh! Duuuagg!Keempat penjaga itu pun terlempar dan pingsan.“Kau memang harus ditampar langsung oleh tanganku sendiri agar sadar, Einhard,” ucap Dean memprovokasi Elang.Elang berdiri dengan mata menatap nyalang pada Dean. Ia menerjang Dean setelah kakinya menghentak lantai. Setengah melompat ia melayangkan tinju ke arah wajah Dean.“THEN TRY TO DO IT
Dean memejamkan matanya lagi. Lalu berdiam sekian saat.Aliya yang melihatnya, menunggu.Hanya sesaat saja, ia kemudian tak tahan untuk bersuara dan bertanya. "Kau lagi apa?""Hmm... menunggumu..." jawab Dean pelan."Menungguku?" Aliya membeo."Ya. Menunggumu menyiksaku.""Ih," Aliya memanyunkan bibirnya. Ia lalu melepaskan lingkaran tangannya dari leher Dean, lalu hendak menjauhkan tubuhnya.Namun belum sempat ia lakukan itu, dengan mata yang masih terpejam, tangan kanan Dean yang semula berada di pinggang Aliya, dengan cepat ia alihkan ke belakang kepala Aliya untuk menahan dan menarik tengkuk Aliya maju.Kini hidung mereka beradu. Bibir mereka nyaris bersentuhan.Setengah berbisik, Dean lalu bertanya."Bagaimana kau berencana menyiksaku, Honey?" Suara berat itu mengalun begitu tenang namun sangat nyata meresahkan dinding pendengaran Aliya.Aliya kian menyadari dan mengakui, bahwa Dean memiliki suara paling seksi yang pernah ia dengar.Aliya mendesah. "Aku... ga tau..""Tidak tau?"
“Tak apa. Pahala besar bagimu. Dan lagi, kau tetap tampak seksi dengan bekas luka ini….” bisik Aliya lalu mengecup guratan di dada suaminya itu.Jari telunjuk Aliya kemudian terangkat, menyusuri alis suaminya lalu hidung dan kemudian turun mengikuti lekuk indah bibir suaminya.“Kau ga tau, betapa bahagia dan leganya aku melihatmu lagi…. Ku pikir aku telah kehilanganmu selamanya…” Aliya bergumam dengan suara yang sangat halus, karena tak ingin membangunkan Dean.“Aku pikir…. aku akan menjalani tugasku sendirian dan melalui tahun-tahun yang panjang itu dalam kesepian, sambil menunggu waktu kita berkumpul lagi di alam selanjutnya…”Aliya menghembus pelan napasnya. “Aku ketakutan luar biasa…. saat baca chat Hana yang menyebutkan akan ada The New One saat Tahun Baru…. dan saat Diani nambahin, mungkin akan ada elemen lain yang jadi suami baruku…”Aliya
“Dan?” Dean hanya mengangkat kedua alisnya.“Ih, suaramu kok ga enak didenger gini sih,” protes Aliya.Dean menunjuk hidungnya yang tengah dipencet Aliya.“Oh iya, lupa. Maaf,” tukas Aliya lalu melepaskan jarinya yang menekan hidung Dean.“Nah, maksudku, apakah kau tau Syau itu apaan atau siapa?” lanjut Aliya.“Hm….” Dean memutar bola matanya. “Siapa, ya…..?”Aliya memicingkan matanya. “Jangan pura-pura ga tau, ya!” Setelah berkata demikian, langsung Aliya melakukan serangan gelitikan-nya pada pinggang Dean lagi.Dean yang masih berada di atas Aliya langsung berguling ke sisi Aliya sambil menahan diri dari jemari Aliya yang terus menyerangnya.“Iya…iya.. ampun…” sahut Dean menyerah. Ia terkekeh geli.“Ayooo kasih tauuu…. “ Aliya merajuk.“Baiklah….” Dean
Senin, 2 Januari 202316.49 WIB, rumah.Aliya merasakan matanya yang tiba-tiba terasa sangat berat. Saat itu ia tengah melakukan percakapan dengan Diani. Membahas tentang Elang yang kini sedang dalam treatmentDean di villa di Jayagiri.Merasa tidak kuat lagi, Aliya lalu masuk ke kamarnya dan merebahkan diri. Tanpa menunggu lama, ia segera lelap.Aliya terbangun dan ia terhenyak, ketika membuka mata, Elang telah berdiri di hadapannya. Meskipun dalam jarak yang tak bisa dikatakan dekat, namun Aliya bisa melihat cukup jelas sosok Elang.Ternyata mata berat yang tadi ia rasakan, adalah karena Elang memanggilnya. Meskipun tanpa sadar Aliya lalu memenuhi panggilan itu.Aliya menatap lurus sosok Elang di hadapannya.Dada Aliya berdegup agak kencang.Entah apa yang ia pikirkan. Sisa rasa takut sejak kejadian di Kazan, tidak ia rasakan ketika melihat Elang saat ini.Justru semacam kekhawatiran dan kecemasan ia rasa
Selasa, 3 Januari 202313.47 WIB, basecamp Cikahuripan.Aliya datang ke basecampuntuk menengok Nawidi yang sejak kemarin sesungguhnya telah siuman. Aliya baru bisa menemui Nawidi hari ini, karena kemarin kondisi Nawidi masih belum nyaman untuk ia temui.Aliya membuka pintu kamar Nawidi dengan pelan, setelah mengetuknya. Matanya kini menangkap sosok hebat itu di atas ranjang kayunya.Nawidi tampak baik, dia telah bisa duduk meskipun masih dengan bersandar pada headboardranjang itu.“Assalammu’alaikum, kang,” sapa Aliya ramah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Nawidi dengan suara yang masih terdengar agak lemah.“Gimana kondisimu kang?”“Seperti yang Anda lihat…”Aliya tersenyum. Lalu tangannya meletakkan keranjang buah-buahan yang ia beli sebelum sampai di tempat itu, di atas nakas samping ranjang Nawidi.“Kang Awi mau ape