SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN

SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN

last updateLast Updated : 2024-10-25
By:  TrinagiOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
19 ratings. 19 reviews
50Chapters
3.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Selalu saja diremehkan oleh suami, mertua dan ipar membuat Risma terpukul. Namun, tidak mau berlama-lama meratapi nasib, Risma bangkit dan mulai mengejar mimpinya yang sempat terkubur akibat menikah dengan Raka. Kesuksesan Risma membuat Raka ingin kembali merajut kembali hubungan yang sudah sempat terputus, dengan alasan kasihan anak yang kehilangan sosok ayah kandung. Akankah Risma menerima kembali suaminya yang telah berselingkuh? Disaat sudah sukses mertua dan ipar menjadi baik kepada Risma. Maukah Risma memaafkan mertua dan ipar yang toxic itu?

View More

Chapter 1

Bab 1. Istri Yang Diremehkan

"Mas, Kalila demam. Dari tadi malam dia rewel terus," 

"Kenapa Kalila bisa demam? Pasti kamu kasih makan sembarangan kan? Kamu jadi ibu enggak pernah becus mengurus anak! Kerjaan kamu apa saja di rumah, sih? Heran. Entah apa bisanya betina satu ini," cerocos mas Raka panjang lebar. 

Begitulah suamiku. Jika anak sakit selalu saja aku yang disalahkan. Ibu mana yang mau anaknya sakit? Jika bisa, aku ingin menggantikan posisinya. Biar saja aku yang sakit dan Kalila tetap sehat dan ceria. 

"Mana mungkin Adek kasih Kalila makanan sembarangan? Adek masih waras, Mas jangan asal nuduh!" 

Tidak tahan juga selalu disalahkan akhirnya aku ungkapkan semua rasa sakit  hati ini. Istri mana yang tahan setiap hari selalu dibentak, dimaki. Kadang aku berfikir, ingin pergi saja dari rumah ini. 

"Apa yang gak mungkin bagi perempuan gak guna seperti kamu? Bisanya jadi beban aja!" 

Hanya istighfar dan tarikan nafas panjang yang bisa kuberikan. Apapun alasan yang aku katakan tidak ada gunanya di mata mas Raka.  

"Lihat lantai rumah. Sudah berapa bulan tidak kamu pel? Pantas saja anakmu sakit." 

Lelaki egois itu hanya tahu rumahnya bersih saja tanpa dia peduli, bagaimana repotnya seorang Istri. Semua beban rumah tangga seratus persen diserahkan dipundakku.  

Padahal suamiku mempunyai jabatan mentereng dengan gaji dua puluh juta lebih setiap bulan tetapi dia tidak mau membayar asisten rumah tangga. 

"Sudah Adek pel kemarin, Mas. Hari ini tidak sempat karena Kalila menangis terus dan tidak mau ditinggal jadi gak sempat Adek beresin," 

"Alasan." 

"Terserah Mas mau percaya atau tidak. Capek ribut terus!" ucapku seraya membersihkan tumpahan air di lantai. Sementara Kalila baru saja tidur dan masih berada dalam gendongan. Rasanya tulang ini remuk karena menggendong seharian. 

"Mas, minta uang. Kalila mau berobat!" 

"Uang seratus ribu yang kukasih, belum empat hari masak sudah habis?" protesnya.  

"Mas pikir uang segitu cukup buat biaya hidup sehari-hari? Sementara barang-barang serba mahal sekarang!" 

"Kamu aja yang gak pandai ngatur keuangan. Beda sama ibuku! Berapapun aku kasih, selalu cukup!" Diri ini selalu dibanding-bandingkan dengan ibunya. Mana bisa disamakan biaya hidup zaman dulu dengan sekarang! 

"Atau jangan-jangan kau kirim untuk orang tuamu?" Suamiku selalu saja berprasangka buruk terhadap kedua oragtuaku. 

"Uang pensiun ibu sama bapak sudah cukup buat menghidupi mereka berdua dan sekolah Lintang. Malah berlebih, Mas. Buktinya mereka sering mengirimkan Adek uang buat keperluanku sehari-hari."  Lintang merupakan adik bungsuku, dia sekarang sekolah menengah umum dan akan tamat sebulan lagi.

"Halah ... mana ada mereka ngirim uang buat kita. Kamu aja yang ngada-ngadain, biar dibilang orang tuamu kaya?" sinisnya. 

"Seharusnya Mas itu malu karena kehidupan Adek masih disokong orang tua. Sebenarnya Adek ini tanggung jawab Mas. Bukan tanggung jawab orangtua lagi!" diri ini seorang istri tetapi biaya hidup masih tanggung jawab orang tuaku. Keberadaan suami tidak ada gunanya sama sekali dimataku.

"Kenapa mesti malu? Wajarlah orang tuamu mengirim uang, 'kan ada anaknya yang pengangguran disini, hanya makan tidur saja kerjanya," 

"Jadi Mas keberatan menafkahi Adek?" Begitulah setiap hari, perdebatan-perdebatan seperti ini tidak bisa dihindari. Setiap kata yang keluar dari bibir mas Raka sangat menyakiti perasaanku. Padahal membiayai istri dan anak itu merupakan tanggung jawab suami. 

"Bukan keberatan, tetapi sia-sia aku nafkahi kamu! Masakanmu gak ada enaknya sedikitpun. Wujudnya aja gak selera. Kayak makanan bebek. Jadi buat apa susah-susah ngasih kamu uang belanja? Kalau aku mau makan tinggal beli diwarung!" 

"Ya udah kalau begitu. Adek gak usah masak lagi. Mas beli aja diwarung!" 

"Oh, nantang kamu!" 

Aku menggeleng. "Jangan teriak-teriak. Kalila tidur, Mas." 

"Kamu sudah pandai ngatur-ngatur aku sekarang ya? Aku mau teriak, mau lompat-lompat apa urusanmu? Ini rumahku. Kamu itu hanya numpang disini, ya!" mas Raka seakan menunjukkan kekuasaannya dirumah ini. Mentang-mentang aku tidak kerja jadi dia bisa semena-mena. Selalu diremehkan seakan aku ini hanya benalu dalam hidupnya.

"Iya Adek tau cuma numpang, Mas. Tapi masalahnya Kalila sakit, nanti dia bangun dan menangis. Siapa yang repot? Kita juga kan?" 

"Terserah kamu. Aku mau istirahat. Pastikan dirumah ini jangan ada suara bising-bising selama aku tidur." lanjut lelaki berambut ikal itu. 

"Minta dulu seratus ribu buat biaya Kalila berobat." pintaku saat mas Raka hendak masuk kamarnya untuk beritirahat. 

Ya kamarnya. Karena selama melahirkan Kalila, mas Raka tidak mau tidur sekamar denganku. Kata lelaki penyuka kopi hitam itu, dia tidak mau tidurnya terganggu karena Kalila sering terbangun tengah malam dan menangis minta susu. 

Mas Raka juga tidak sanggup mencium bau pesing karena bayi kami masih mengompol.

Suamiku tidak bersedia membeli popok sekali pakai, alasannya kalau popok sekali pakai pemborosan. Makanya, jangan heran jika cucianku selalu banyak setiap hari. Itu pun menyuci harus manual karena jika memakai mesin cuci, tidak bersih katanya. 

"Gak ada uang aku. Kamu bisanya apa sih? Beranak?"

Katanya aku bisanya beranak saja? Memang anak itu dari siapa? Bukankah karena dia minta dilayani tiap malam ditempat tidur, makanya aku beranak? Kenapa aku pula yang disalahkan? Kenapa bukan dia yang seharusnya sadar diri hanya memikirkan selangkangan saja?  

"Mas,  

"Udah sana ..." usir mas Raka dengan mengibaskan tangannya seolah-olah sedang mengusir ternak masuk pekarangannya.  

"Mas, tolonglah! Sekali ini saja. Besok-besok akan saya usahakan sendiri uangnya." Aku bersumpah, setelah ini tidak akan lagi aku mengemis uang sama lelaki yang berstatus suami itu. Begitu rendahnya harga diriku dimata mas Raka. 

"Dasar pengemis! Merendahkan harga diri, demi uang seratus ribu. Miris!" Lelakiku tidak sadar, kewajiban menafkahi anak dan istri itu kewajiban dia. Jadi untuk apa menikah kalau aku harus pontang panting mencari uang sendiri? Hanya menjadi teman tidurnya saja? Murah sekali harga diriku, setingkat pelacur saja dibayar setelah melayani laki-laki. Lah aku? Jadi pembantu sekaligus pelacur gratis!  

Kadang timbul penyesalan, kenapa aku bersedia menikah dengan lelaki pelit bin medit seperti mas Raka. Lebih sedih lagi, mas Raka yang tidak pernah menghargai wanita. Dimata dia, wanita itu hanya manusia bodoh tempat melampiaskan nafsu saja.  

"Otakmu dipake! Untuk apa ijazah sarjanamu kalau itu aja kamu gak bisa atasi? Nampaknya Kamu sekolah hanya sampai pintu gerbang saja ya? Dan lulus karena dosenmu sudah muak melihat mahasiswa abadi macam kamu!" Hinanya lagi.   

Dulu, aku disuruh berhenti bekerja karena menurut mas Raka wanita itu tugasnya mengurus suami dan anak saja dirumah. Lelaki yang berkewajiban bekerja. Dan dengan bodohnya aku menuruti semua saran lelaki yang sudah menghalalkan aku tiga tahun yang lalu.  

"Beginilah akibat lulus sarjana karena ditendang!"  

Aku menahan diri untuk tidak mencebik, tak berdecak atau sekedar menatap matanya. Aku hanya menunduk menutupi embun yang menumpuk disudut mata ini. Aku tidak ingin mas Raka melihat mata ini menangis. Diri ini tidak ingin nampak lemah dimata dia.  

Istri mana yang tahan jika setiap hari mendengar hinaan, bagaikan seorang gembel yang butuh dikasihani? Ingin rasanya aku pergi dari rumah yang kurasakan bagaikan neraka ini.  

Namun, aku tidak mempunyai keberanian karena diri ini tidak memiliki penghasilan sendiri. Aku takut, bagaimana nanti bisa menghidupi Kalila seorang diri.  

"Adek memang bodoh, Mas. Tapi bukan berarti Mas bisa leluasa menghina. Adek memang tidak mencari duit sendiri. Kalau gak ada Mas yang kasih makan, mungkin Adek akan mati kelaparan. Tapi apa karena itu, Mas sampai semena-mena terhadap istri yang bodoh ini? Adek bukan budak yang bisa Mas perlakukan seenak hati!!" ujarku kesal. Tiba-tiba muncul keberanian untuk mengutarakan isi hati ini.  

Tak terasa air mata berderai membasahi pipi. Secepat kilat aku seka, jangan sampai terlihat oleh mas Raka. 

Selama dua puluh empat tahun hidup dengan orang tuaku, tidak pernah sedikitpun dimarahi oleh mereka apalagi sampai membentak. Mereka menyayangi dengan sepenuh hati. Berbeda jauh dengan suamiku. Dia memperlakukan diri ini bagaikan budak belian yang tidak ada harganya sama sekali. Mungkin dia merasa sudah rugi telah membayar mahar, jadi biar balik modal makanya dia semena-mena terhadap istri.  

"Adek tau diri. Adek bukan wanita pintar dan juga tidak ada istimewanya. Hanya perempuan bodoh!" ujarku. Rasanya sesak di dalam dada ini, bagaikan ditimpa batu berton-ton.  

"Bagus kalau kamu sadar!" 

"Lagi pula nafkah dalam rumah tangga kewajiban suami,  bukan istri! Kalau Mas tidak mau menafkahi anak dan istri, gak usah menikah. Mas bayar saja pelacur!"

"Sudah lancang kamu!"  

"Mas yang membuat Adek lancang!" Uang seratus ribu saja susah keluar dari dompetnya, padahal bukan untukku melainkan berobat Kalila. Dasar pelit.

"Kalau kamu tidak bisa mengurus Kalila, besok aku suruh ibu kemari!" Kemudian mas Raka melempar uang merah ke wajahku.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Rose_roshella
semangat akak
2024-06-25 19:59:10
0
user avatar
Zuroidaa
Harus sukses karena aku yakin kamu wanita hebat Risma.
2024-03-04 08:33:58
0
user avatar
SyasaRanni
Maafin aja risma, tapi jangan diterima lagi.. Malah kasihan sama anak punya keluarga toxic begitu, mending cari yg lebih waras dikit atau yaaaa sendiri juga gk serugi itu kok.. Btw, semangat kak
2024-02-20 17:17:35
1
user avatar
Saraswati_5
ceritanya bagus dan buat penasaran, semangat terus up-nya
2024-01-27 11:41:37
2
user avatar
Rosa Rasyidin
semangat thoor
2024-01-26 13:50:54
2
user avatar
Els Arrow
Seruuu banget.. Ayo up yang banyak, nungguin terus nih thor.
2024-01-26 09:14:47
2
user avatar
Young Lady
keren dan recommended
2024-01-26 07:27:28
1
user avatar
DLaksana
ceritanya menarik ..lanjut thor
2024-01-26 04:27:20
0
user avatar
Rich Mama
Keren banget ceritanya. lanjut thor...
2024-01-26 00:04:57
0
user avatar
Sari N
suka banget deh kalau temanya wanita kuat ...
2024-01-25 23:47:15
0
user avatar
Syavinkauthor
Suaminya bikin geregetan banget yaa. Gemes deh.. Semangat buat Author ............
2024-01-25 21:09:00
0
user avatar
Rosemala
keren kakak, semangat lanjut
2024-01-25 19:53:57
0
user avatar
Tifa Nurfa
cerita yang sangat bagus. aku suka, semangat selalu kak author.
2024-01-25 19:01:02
0
user avatar
Rianoir
Risma benar-benar wanita kuat. kerena ceritanya
2024-01-25 17:39:03
0
user avatar
Cha
Benar deh, banyak banget yang kayak si Risma di luar sana sedang berjuang, dan bertahan. Semoga selalu diberi kesadaran untuk hubungan keluarga yang toxic kayak begini. Sudah suami mudah dihasut, mertuanya juga nyebelin. Ya Tuhan! Aku emosi, Kak. Semangat ya, Kak!
2024-01-25 17:06:05
0
  • 1
  • 2
50 Chapters
Bab 1. Istri Yang Diremehkan
"Mas, Kalila demam. Dari tadi malam dia rewel terus," "Kenapa Kalila bisa demam? Pasti kamu kasih makan sembarangan kan? Kamu jadi ibu enggak pernah becus mengurus anak! Kerjaan kamu apa saja di rumah, sih? Heran. Entah apa bisanya betina satu ini," cerocos mas Raka panjang lebar. Begitulah suamiku. Jika anak sakit selalu saja aku yang disalahkan. Ibu mana yang mau anaknya sakit? Jika bisa, aku ingin menggantikan posisinya. Biar saja aku yang sakit dan Kalila tetap sehat dan ceria. "Mana mungkin Adek kasih Kalila makanan sembarangan? Adek masih waras, Mas jangan asal nuduh!" Tidak tahan juga selalu disalahkan akhirnya aku ungkapkan semua rasa sakit hati ini. Istri mana yang tahan setiap hari selalu dibentak, dimaki. Kadang aku berfikir, ingin pergi saja dari rumah ini. "Apa yang gak mungkin bagi perempuan gak guna seperti kamu? Bisanya jadi beban aja!" Hanya istighfar dan tarikan nafas panjang yang bisa kuberikan. Apapun alasan yang aku katakan tidak ada gunanya di mata ma
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more
Bab 2. Hasutan mertua
"Makanya, anakmu dikasih makan pisang, jadi dia tidak rewel terus! Biar anteng dan kamu pun bisa mengerjakan yang lainnya!" saran ibu mertua saat mendengar Kalila hanya menangis saja dan aku tolak mentah-mentah. Bukan aku tidak mendengar nasehat orang tua. Namun, saran mertua yang ini, sangat berbahaya bagi kesehatan anakku. Pernah, anak tetangga setelah diberikan pisang oleh neneknya, anak itu beraknya bercampur darah. Dan aku tidak mau kejadian itu menimpa Kalila. "Kalila masih terlalu kecil, Bu. Dia belum boleh makan makanan selain ASI, anak umur segitu makanan yang sehat dan aman untuk tubuhnya hanya ASI. Tidak ada yang lain," jawabku. "Siapa bilang! Anak-anak Ibu, baru sehari lahir, owek owek, langsung Ibu kasih makan pisang. Buktinya mereka sehat-sehat sampai sekarang! Perempuan-perempuan sekarang kebanyakan teori. Akhirnya begini jadinya kan?" Ibu membandingkan wanita zaman dulu dengan zaman sekarang. Ya mana bisa. Wanita sekarang sudah cerdas-cerdas. Kalau pun hanya tamat
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more
Bab 3. Ancaman Mas Raka
"Jam segini kamu belum masak, Risma? Apa saja kerja kamu seharian? Bagaimana mau betah suamimu dirumah?" tanya mertua saat membuka tutup saji dan melihat isinya kosong disana. Enak saja beliau kalau berbicara, tidak melihat bagaimana kondisi menantunya yang kerepotan mengurus bayi. Sementara dia itu, bukannya membantu malah bertandang ke rumah-rumah tetangga. Bergosip ria. "Belum, Bu. Kalila tidak mau ditinggal sendirian." Anakku masih bayi, entah kenapa kalau ditinggal selalu saja rewel. Minta digendong bahkan kalau dia tidur harus ada orang yang menemaninya. "Makanya anak kamu jangan terlalu dimanjai. Sedikit-sedikit gendong. Jadinya bau tangan kan?" Protes mertua. Wajarlah aku menggendong Kalila jika menangis, masak aku lihatin aja. Aneh. Tiba-tiba saja mertua membanting pintu kamar, spontan saja bayi empat bulan itu tersentak kaget sehingga dia menangis histeris. "Ibu, pelan-pelan dong tutup pintunya. Kalila kaget! Jadi menangis!" teriakku kesal. Jangankan membantu. Kehadiran
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more
Bab 4. Berjumpa sepupu
"Ya sudah. Kalau Mas mau mencari istri lain. Silahkan. Adek tidak bisa melarangnya!" ujarku seraya melangkah masuk kamar, meninggalkan mereka bertiga yang masih melongo diruang makan. Jadi perempuan itu dituntut menjadi makhluk yang sempurna. Wanita dituntut harus bisa memasak, mencuci, mengurus anak dan suami. Harus pandai merawat diri. Harus mengurus mertua dan juga harus pandai mengatur keuangan dalam rumah tangganya. Jika tidak suami akan mencari istri kedua, ketiga dan seterusnya. Haruskah begitu? Istri saja yang dituntut sempurna sementara lelaki tidak perlu! Tidak adil bukan? "Nanti kamu menyesal! Kamu pikir, enak menjadi janda? Ibu yakin seribu persen tidak ada pria yang mau menikahimu! Jangankan menikahi, mendekat aja, ogah!" hina ibu mertua dengan tatapan sinis. "Risma malah bahagia bisa lepas dari mas Rama, Bu. Apa yang bisa dibanggakan lelaki pelit seperti dia? Bukan kebahagiaan yang saya dapat selama menikah dengannya tetapi penderitaan yang tidak kunjung usai." hinak
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more
Bab 5. Sekantor Dengan Mantan
"Gimana, Tih penampilanku?" tanyaku pada Ratih. Jujur aku sangat deg-degan karena hari ini merupakan hari pertama aku bekerja diperusahaan keluarga Hadiningrat."Kamu sangat cantik memakai baju itu, Ris. Aku gak bohong!" jawab Ratih jujur. "Duh ... nervous. Sudah lama tidak pernah berinteraksi dengan orang banyak." Ternyata aku katrok juga ya. Dari tadi mondar mandir saja didepan cermin demi memastikan penampilan."Tenang. Jalani saja! Semua akan baik-baik saja!" Ratih terus memberikan semangat untukku."Aku mundur saja, Tih." ujarku minder."Kok mundur sih? Emang mau balikan sama suamimu?" tanya Ratih dan aku menjawab dengan menggeleng."Buktikan pada dia kamu bisa hidup tanpa dia. Emang kamu mau diremehkan terus?" Ucapan Ratih membuat aku bersemangat untuk menjadi wanita sukses. Aku tidak mau diremehkan lagi.Setelah berpamitan pada bik Arum dan Kalila, aku langsung mengikuti langkah kaki Ratih menuju ke perusahaan tempat dimana aku akan bekerja.Barisan mobil mewah para karyawan
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more
Bab 6. Pertengkaran Tidak Bisa Dihindari
"Keluar dari ruangan Saya sekarang!" Aku berdiri dan menunjuk dengan telunjuk kiri kearah pintu dengan amarah yang meledak-ledak. Enak saja dia mengatakan aku wanita kesepian yang sedang butuh belaiannya. Dasar lelaki tidak tahu malu."Risma, ayolah. Mas juga rindu sama kamu. Lupakan pertengkaran kita kemarin. Lupakan juga pengusiran itu. Mari kita perbaiki kembali rumah tangga kita yang sudah hampir hancur ini." Mas Raka bangkit dan berusaha memeluk tubuh ini, segera aku dorong kuat sehingga membuat dia hampir saja terjerembat jatuh."Rindu kau bilang, hah. Lalu pelacur yang kau gandeng tadi pagi itu siapa? Apa dia gak bisa melayani kamu lagi? Sedang datang bulan atau jangan-jangan dia sudah kena penyakit kelamin?" ejekku sinis."Rita itu hanya sekretaris Mas. Jadi wajarlah kemana-kemana kami selalu bersama!" bela mas Raka, dia berusaha meraih tangan ini tetapi aku menepisnya."Wow, wajar kamu bilang? Bergandengan tangan dengan lawan jenis itu wajar? Apakah seorang sekretaris wajar m
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more
Bab 7. Hari Yang Melelahkan
"Jadi Ibu cemburu Aku berdekatan dengan Mas Raka?" tanya wanita bernama Rita saat bertemu di area parkir perusahaan. Saat ini aku sedang menunggu Ratih. Sudah sepuluh menit lebih anak itu belum turun juga. Tiba-tiba saja dihampiri sama mak Lampir yang konon katanya aku cemburu karena dia lebih cantik dariku. Kalau dia merasa cantik tidak akan mau mengambil suami orang. Seharusnya dia mendapat pria mapan dan masih lajang tentunya. Bukan mas Raka yamg pelitnya melebihi pak Raden di serial si Unyil."Cemburu? Apa yang aku cemburui dari kamu? Cantik pun enggak, pinter apalagi," sinisku membuat wajahnya memerah menahan emosi."Halah jangan bohong, Bu. Aku bisa melihat dari cara Ibu menatap mas Raka. Ibu masih begitu mencintainya 'kan?" tebakan Rita sangat jauh berbeda dengan isi hatiku yang sebenarnya terhadap mas Raka. Biarkan saja dia berandai-andai. Nanti kan capek sendiri."Kamu mau sama bekas aku? Ambil saja! Aku gak suka barang rongsokan seperti Raka!" ujarku seraya mengedarkan pand
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more
Bab 8. Pulang ke Rumah Ibu
"Rat, aku mau kerumah ibu sebentar. Boleh aku minta tolong antar aku kesana?" pintaku pada Ratih. Hari ini merupakan hari sabtu dan aku berencana akan menginap di rumah ibu nanti malam. Sekedar melepaskan rindu karena kami sudah lama tidak bertemu."Bisa lah. Apa yang gak bisa untuk sepupuku yang cantik ini." jawab Ratih sambil menepuk pelan pundak ini."Gak merepotkan kamu kan?" tanyaku memastikan. Aku takut Ratih ada acara yangbakan terganggu karena mengantar aku kerumah ibu."Tidak ada acara apa-apa. Paling nanti sore aku ada acara dengan pak Arkan membahas proyek," ucapnya dengan tatapan berbinar-binar."Proyek apa, Rat? Buat bayi?" candaku. Ratih jadi salah tingkah mendengar candaanku. Baru bercanda aja sudah kegeeran. Bagaimana kalau dia betulan menikah dengan pak Arkan ya? Bisa berputar bumi ini kurasa."Mau diantar gak? Tak tinggalin nanti!" ancam Rasti seraya tersenyum. Halah ... dicandain aja sudah bahagia setengah mati. Ratih ... Ratih."Aku siap-siap dulu ya?" pamitku sera
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more
Bab 9. Ke Salon
"Jadi pulang hari ini, Ris?" tanya Ratih saat sudah sampai ke rumahku. Saat ini ibu sedang pergi dengan Kalila kerumah sepupu ibu yang berada sekitar sepuluh kilometer dari rumah kami. "Jadi, Rat." jawabku. Saat ini, aku bukan tidak mau tinggal di rumah ibu, tapi mengingat jarak kantor tempatku bekerja dengan rumah ibu sangat jauh.Jadi terpaksa aku harus tinggal bersama bibik Arum. Beruntung aku memiliki saudara yang sangat baik hati itu. Coba kalau seandainya di kisah sinetron ikan terbang, tidak dapat aku bayangkan deh."Kalila mana?" tanya Ratih lagi. "Dibawa ibu jalan-jalan." jawabku."Hmmm ..." sepertinya Ratih ingin mengatakan sesuatu tetapi dia segan sama ibu atau ayahku."Ris, kamu tau gak!" Ratih mengedarkan pandangannya seluruh ruangan. Setelah dia lihat tidak ada satu orangpun, dia mendekatiku dan berbisik."Kayaknya Raka bakal dipecat sama pak Aslan!" Aku terkejut mendengarkan berita yang dibawa oleh Ratih."Tapi nampaknya Pak Aslan masih menelusuri kemana uang perusah
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more
Bab 10. Pelakor Tidak Tahu Malu
"Mas, singgah di toko perhiasan itu yuk? Katanya ada model terbaru dan dikota ini belum ada yang memilikinya. Adek mau!?" rayu wanita berpenampilan menor itu dengan tangan bergelayut manja dilengan lelaki yang masih berstatus suamiku itu.Ternyata kesini rupanya uang hasil korupsi mas Raka berlabuh! Hmmm ... wanita yang hebat? Baru saja berpacaran sudah minta perhiasan mewah, dan lebih hebat lagi pria itu mau saja menuruti kemauannya."Ris, kita masuk kesitu juga. Aku mau beli perhiasan!" Tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba saja Ratih mau membeli perhiasan. Padahal setahu aku, dia tidak suka memakai perhiasan terlalu wah seperti itu."Tumben!" Aku berbisik ditelinga wanita berkulit putih susu itu."Lihat saja apa yang aku lakukan!" ujar sepupuku emosi."Ayo!" Ratih menarik tanganku. Setelah sampai dia toko perhiasan, Ratih berdiri bersebelahan dengan wanita menor itu. Entah sengaja atau memang kebetulan saja.Saat Rita menatap Ratih dan hendak menegurnya, Ratih langsung mem
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status