Beranda / CEO / SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN / Bab 6. Pertengkaran Tidak Bisa Dihindari

Share

Bab 6. Pertengkaran Tidak Bisa Dihindari

Penulis: Trinagi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Keluar dari ruangan Saya sekarang!" Aku berdiri dan menunjuk dengan telunjuk kiri kearah pintu dengan amarah yang meledak-ledak. Enak saja dia mengatakan aku wanita kesepian yang sedang butuh belaiannya. Dasar lelaki tidak tahu malu.

"Risma, ayolah. Mas juga rindu sama kamu. Lupakan pertengkaran kita kemarin. Lupakan juga pengusiran itu. Mari kita perbaiki kembali rumah tangga kita yang sudah hampir hancur ini." Mas Raka bangkit dan berusaha memeluk tubuh ini, segera aku dorong kuat sehingga membuat dia hampir saja terjerembat jatuh.

"Rindu kau bilang, hah. Lalu pelacur yang kau gandeng tadi pagi itu siapa? Apa dia gak bisa melayani kamu lagi? Sedang datang bulan atau jangan-jangan dia sudah kena penyakit kelamin?" ejekku sinis.

"Rita itu hanya sekretaris Mas. Jadi wajarlah kemana-kemana kami selalu bersama!" bela mas Raka, dia berusaha meraih tangan ini tetapi aku menepisnya.

"Wow, wajar kamu bilang? Bergandengan tangan dengan lawan jenis itu wajar? Apakah seorang sekretaris wajar memegang paha atasannya? Enak juga ya ... jadi sekretaris begitu. Melayani dalam segala hal. Sekretaris apa namanya kalau begitu, hah? Sekretaris plus-plus!" ejekku sinis.

"Risma, semua itu tidak seperti yang kamu bayangkan. Mas tidak ada hubungan apa-apa dengan Rita!" Mas Raka berusaha membela diri. Dikiranya berpengaruh dalam hidupku.

"Belum ketok palu kamu sudah menjalin hubungan dengan wanita lain! Mungkin pun selama ini kamu sudah tidur bareng sama dia kan? Pantes saja kamu irit uang belanja untuk aku, ternyata kamu membiayai wanita lain?" sinisku.

"Mas gak ada hubungan apa-apa dengan Rita. Dia hanya selingan saja!" Dengan lancarnya dia mengatakan hanya selingan dengan wanita itu. Sebagai sesama wanita jelas aku sangat sakit hati mendengarnya.

"Aku tidak peduli kamu ada hubungan atau enggak sama perempuan jalang itu! Sekarang kamu keluar! Aku bukan istrimu lagi. Ingat sekali lagi pak Raka. Aku ini atasanmu!" Kemarahanku sudah sampai ke ubun-ubun melihat mas Raka sudah mulai kurang ajar. Dia tidak menghargai aku ini sebagai atasannya.

"Jadi kamu cemburu sama Rita? Mas pecat saja dia, ya?" Pertanyaan yang tidak perlu untuk dijawab. Jadi atasan sok berkuasa begitu, main pecat saja tanpa memikirkan kelanjutan hidup orang yang dipecatnya.

"Bukan urusanku. Kita bukan suami istri lagi. Aku sudah mengajukan cerai, dan kamu tunggu saja surat panggilannya dari pengadilan agama!" Aku sudah memutuskan untuk menggugat cerai lelaki yang sudah menemaniku selama dua tahun belakangan ini. Cintaku untuknya sudah luntur seiring dengan perbuatannya yang selalu saja menyakiti perasaan.

"Kamu itu loh. Sedikit-dikit bercerai. Coba pikirkan lagi matang-matang sebelum mengambil kepututusan. Apa kamu gak kasihan sama Kalila?" tanya mas Raka. Sekarang baru dia memikirkan perkembangan mental anaknya. Selama ini kemana?

"Kalila masih bayi dan dia tidak butuh Ayah seperti Anda!" sergahku seraya melangkahkan kaki dan membuka pintu. Kayaknya mas Raka harus dikasari supaya dia mau keluar dari ruang kerjaku.

"Selesaikan tugasmu. Aku tunggu laporan keuangan dan sekarang kamu keluar!" mas Raka malah tersenyum menatap kearea sensitifku. Dia semakin kurang ajar dan mulai mendekati sehingga mengikis jarak antara kami berdua.

"Meta, tolong panggil keamanan ke ruangan saya!" perintahku melalui telepon genggam. 

"Baik, Bu," jawab Meta diseberang sana. Sekarang aku mulai berfikir untuk memindahkan saja ruangan Meta keruanganku. Jadi kalau pun mas Raka ada keperluan apa-apa dia tidak akan berani lagi menggoda karena ada Meta disini.

"Buat apa susah-susah memanggil satpam segala, Risma? Aku bisa keluar sendiri tanpa kamu usir! Kamu sudah sombong sekarang ya? Sudah lupa semua kebaikan suamimu selama ini? Mentang-mentang sudah bisa menghasilkn uang sendiri? Biasanya, mas minta uang  Adek mau belanja. Mas minta uang, Kalila mau berobat!" ejek mas Raka seakan aku wanita yang lupa akan kulitnya.

"Ingat ya pak Raka terhormat. Kebaikan apa yang engkau lakukan terhadap aku? Meminta uang seratus ribu saja susah! Itu kebaikan yang Anda maksud?" sinisku.

"Selain sombong, kamu arogan, Risma!"

"Keluar kau. Jangan banyak bacot!" Aku berdiri diambang pintu sambil memegang daun pintu, berharap mas Raka segera keluar dan aku bisa segera menutup pintunya.

"Ada apa ini. Kenapa ribut-ribut? Ini kantor, bukan pasar malam!" Terdengar seseorang bersuara bariton mengejutkan kami berdua.

"Tolong jelaskan, ada apa ini?" Pria itu mengulang pertanyaan. Mas Raka tidak berani menjawab, dia hanya menunduk sedari tadi.

Melihat reaksi mas Raka aku pastikan bahwa lelaki jangkung itu bukanlah pria sembarangan, aku yakin dia mempunyai jabatan tinggi diperusahaan ini. 

Sebagai cucu Hadiningrat, aku tidak pernah mengetahui siapa saja pejabat diperusahaan kakek karena itu bukan urusanku. Dulu ... aku sibuk mengurus rumah tangga seratus persen sehingga tidak sempat memikirkan hal yang bagiku tidak terlalu penting. 

Tatapan lelaki itu tiba-tiba berhenti padaku, seolah-olah dia meminta penjelasan padaku.

"Sebelumnya saya minta maaf, Pak. Perkenalkan saya Risma, manager baru!" Aku memperkenalkan diri pada pria bernama Aslan itu.

"Pak Raka itu mantan suami Saya. Dan hendak melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap Saya! Apakah saya harus diam saja saat dia sudah mulai kurang ajar?" tanyaku pada pak Aslan.

"Pak Raka, Saya mohon penjelasannya!" Pria berkemeja putih itu mengalihkan pandangannya pada mantan suamiku.

"Ti ... tidak benar, itu semua tidak benar, pak Aslan!" Wajah mas Raka terlihat pucat pasi saat berhadapan dengan lelaki bernama Aslan itu.

"Tolong jelaskan bu Risma!"

"Saya hanya meminta pria ini untuk menjelaskan laporan keuangan, disitu tertera pemasukan dan pengeluaran sangat merugikan perusahaan!" beberku panjang lebar berharap pak Aslan mengambil tindakan atas perbuatan mas Raka.

"Tetapi dia malah berbuat kurang ajar terhadap saya. Maaf jika membuat keributan dikantor!" Aku menangkupkan kedua tangan didada sebagai simbol minta maaf.

"Jangan main fitnah saja kamu, Risma!" cicit mas Raka.

Laki-laki yang bernama Aslan itu nampak kebingungan menghadapi situasi pelik yang berada dihadapannya.

"Saya tidak mau tau kalian itu suami istri atau mantan suami istri. Saya mohon masalah pribadi jangan kalian bawa-bawa ke kantor. Selain kurang etis itu juga sangat mengganggu kinerja kalian dan juga karyawan yang lain!"  nasehat pak Aslan. Dia menatap kami berdua secara bergantian. 

"Lalu apa hukuman jika karyawan berselingkuh dengan sekretarisnya? Apa itu mendapat pembenaran?" tanyaku sambil menatap tajam pak Aslan, sang CEO.

"Apa maksud kamu, Risma? Kamu gak malu membuka aib dirimu sendiri? Seharusnya kamu intropeksi diri kenapa suamimu sampai berbuat seperti itu! Bukan malah menyalahkan orang lain," mas Raka bersuara, seakan kejahatan yang dia perbuat itu semua karena kesalahan istri. Dasar lelaki egois dan tidak pantas ada di muka bumi ini.

"Enak banget jadi lelaki ya! Dia yang berbuat kesalahan istri yang disalahkan!" ujarku dengan menatap sinis.

"Udah ... udah. Pak Raka, tolong keruangan Saya sekarang! Saya minta Bapak jelaskan apa yang terjadi dengan keuangan perusahaan."

Bab terkait

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 7. Hari Yang Melelahkan

    "Jadi Ibu cemburu Aku berdekatan dengan Mas Raka?" tanya wanita bernama Rita saat bertemu di area parkir perusahaan. Saat ini aku sedang menunggu Ratih. Sudah sepuluh menit lebih anak itu belum turun juga. Tiba-tiba saja dihampiri sama mak Lampir yang konon katanya aku cemburu karena dia lebih cantik dariku. Kalau dia merasa cantik tidak akan mau mengambil suami orang. Seharusnya dia mendapat pria mapan dan masih lajang tentunya. Bukan mas Raka yamg pelitnya melebihi pak Raden di serial si Unyil."Cemburu? Apa yang aku cemburui dari kamu? Cantik pun enggak, pinter apalagi," sinisku membuat wajahnya memerah menahan emosi."Halah jangan bohong, Bu. Aku bisa melihat dari cara Ibu menatap mas Raka. Ibu masih begitu mencintainya 'kan?" tebakan Rita sangat jauh berbeda dengan isi hatiku yang sebenarnya terhadap mas Raka. Biarkan saja dia berandai-andai. Nanti kan capek sendiri."Kamu mau sama bekas aku? Ambil saja! Aku gak suka barang rongsokan seperti Raka!" ujarku seraya mengedarkan pand

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 8. Pulang ke Rumah Ibu

    "Rat, aku mau kerumah ibu sebentar. Boleh aku minta tolong antar aku kesana?" pintaku pada Ratih. Hari ini merupakan hari sabtu dan aku berencana akan menginap di rumah ibu nanti malam. Sekedar melepaskan rindu karena kami sudah lama tidak bertemu."Bisa lah. Apa yang gak bisa untuk sepupuku yang cantik ini." jawab Ratih sambil menepuk pelan pundak ini."Gak merepotkan kamu kan?" tanyaku memastikan. Aku takut Ratih ada acara yangbakan terganggu karena mengantar aku kerumah ibu."Tidak ada acara apa-apa. Paling nanti sore aku ada acara dengan pak Arkan membahas proyek," ucapnya dengan tatapan berbinar-binar."Proyek apa, Rat? Buat bayi?" candaku. Ratih jadi salah tingkah mendengar candaanku. Baru bercanda aja sudah kegeeran. Bagaimana kalau dia betulan menikah dengan pak Arkan ya? Bisa berputar bumi ini kurasa."Mau diantar gak? Tak tinggalin nanti!" ancam Rasti seraya tersenyum. Halah ... dicandain aja sudah bahagia setengah mati. Ratih ... Ratih."Aku siap-siap dulu ya?" pamitku sera

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 9. Ke Salon

    "Jadi pulang hari ini, Ris?" tanya Ratih saat sudah sampai ke rumahku. Saat ini ibu sedang pergi dengan Kalila kerumah sepupu ibu yang berada sekitar sepuluh kilometer dari rumah kami. "Jadi, Rat." jawabku. Saat ini, aku bukan tidak mau tinggal di rumah ibu, tapi mengingat jarak kantor tempatku bekerja dengan rumah ibu sangat jauh.Jadi terpaksa aku harus tinggal bersama bibik Arum. Beruntung aku memiliki saudara yang sangat baik hati itu. Coba kalau seandainya di kisah sinetron ikan terbang, tidak dapat aku bayangkan deh."Kalila mana?" tanya Ratih lagi. "Dibawa ibu jalan-jalan." jawabku."Hmmm ..." sepertinya Ratih ingin mengatakan sesuatu tetapi dia segan sama ibu atau ayahku."Ris, kamu tau gak!" Ratih mengedarkan pandangannya seluruh ruangan. Setelah dia lihat tidak ada satu orangpun, dia mendekatiku dan berbisik."Kayaknya Raka bakal dipecat sama pak Aslan!" Aku terkejut mendengarkan berita yang dibawa oleh Ratih."Tapi nampaknya Pak Aslan masih menelusuri kemana uang perusah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 10. Pelakor Tidak Tahu Malu

    "Mas, singgah di toko perhiasan itu yuk? Katanya ada model terbaru dan dikota ini belum ada yang memilikinya. Adek mau!?" rayu wanita berpenampilan menor itu dengan tangan bergelayut manja dilengan lelaki yang masih berstatus suamiku itu.Ternyata kesini rupanya uang hasil korupsi mas Raka berlabuh! Hmmm ... wanita yang hebat? Baru saja berpacaran sudah minta perhiasan mewah, dan lebih hebat lagi pria itu mau saja menuruti kemauannya."Ris, kita masuk kesitu juga. Aku mau beli perhiasan!" Tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba saja Ratih mau membeli perhiasan. Padahal setahu aku, dia tidak suka memakai perhiasan terlalu wah seperti itu."Tumben!" Aku berbisik ditelinga wanita berkulit putih susu itu."Lihat saja apa yang aku lakukan!" ujar sepupuku emosi."Ayo!" Ratih menarik tanganku. Setelah sampai dia toko perhiasan, Ratih berdiri bersebelahan dengan wanita menor itu. Entah sengaja atau memang kebetulan saja.Saat Rita menatap Ratih dan hendak menegurnya, Ratih langsung mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 11. Dilabrak Ibu Mertua

    "Pak Aslan?" Aku kaget melihat lelaki berwajah tampan itu, tiba-tiba saja berada didepan mata. "Ngapain kalian disini? Makan enak gak ngajak-ngajak!" tanya lelaki bermata hazel itu. Dia menarik kursi bersebelahan denganku, membuat diri ini salah tingkah. Ternyata lelaki itu bisa juga bercanda. Dikantor nampak begitu pendiam dan juga berwibawa, berbeda dengan diluar. "Pak ... Pak. Makanan begini dibilang enak! Padahal Makanan yang Bapak makan lebih mewah dan lezat dibandingkan makanan kami!" seloroh Ratih. Dia tidak canggung sedikitpun berbicara dengan pak Aslan. Nampaknya mereka sudah sangat dekat. "Beda dong kalau makan ditemani dua wanita cantik seperti kalian, hmmm pasti makan Saya jadi makin bertambah berselera," ucap pak Aslan terkekeh. Ternyata pak Aslan bukan kaleng-kaleng dalam menggombali wanita. Kupikir cupu ternyata suhu. "Iyalah, Pak. Makan aja sepuasnya. Mau Bapak makan piring-piringnya juga, boleh! Gak ada yang larang!" seloroh Ratih disambut tawa renyah lelaki dua p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 12. Ancaman pak Aslan

    "Saya tidak segan-segan melaporkan Ibu ke kantor polisi atas pencemaran nama baik. Jangan main-main dengan saya!" ancam pak Aslan berang. "Loh kenyataannya kan?" Wanita bertubuh gempal itu tidak merasa bersalah dan dia tidak menyadari sedang berhadapan dengan siapa."Kenyataan apa yang ibu maksud? Jangan buat emosi saya makin menjadi. Pergi dari sini. Atau apa perlu saya seret?" pak Aslan mengusir ibu mertuaku dengan penuh emosi. Wajarlah beliau emosi. Ibu mertua menuduh dia melakukan zina sementara dia tidak melakukannya. Menuduh tanpa bukti, Itu fitnah namanya. "Anda melindungi seorang istri yang sudah durhaka sama suaminya? Lelaki macam Anda?" Aku sangat emosi mendengar ibu mertua yang menuduhku sebagai istri durhaka. Sementara dia tidak pernah menasehati anaknya yang tidak bertanggung jawab itu. Sibuk dengan wanita lain sementara anak dan istrinya ini tidak pernah dinafkahi.Apa salah jika aku mencari uang sendiri untuk memenuhi kebutuhan kami? Bukannya aku berbuat maksiat dilu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 13. Kalila Diculik

    Baru saja hendak keluar dari mall tiba-tiba saja ponsel Ratih berdering. "Halo, iya Bu. Ya Allah ... Kok bisa? Ya ... ya. Kami segera pulang." Ratih menutup telpon dengan wajah pucat dan sangat ketakutan. Semoga saja tidak ada masalah yang mengkhawatirkan menimpa Ratih maupun ibunya."Gawat, Ris. Raka datang ke rumah dan dia ingin membawa Kalila!" adu Ratih setelah dia memasukkan ponselnya kedalam saku celananya."Apa? Ratih, jangan bercanda!" Teriak aku ketakutan. Hanya Kalila satu-satunya hartaku yang paling berharga di dunia ini mau direbut sama mas Raka. Pontang panting mencari makan untuk buah hatiku, enak saja dia tinggal mengambil. Selama ini mantan suamiku tidak pernah peduli dengan anaknya. Kenapa sekarang jadi terbalik? Menjadi ayah yang sok peduli? Atau dia sengaja memanfaatkan kelemahanku? Dia pikir jika berhasil mengambil Kalila dengan mudahnya dia bisa menyetir aku. Tidak kan semudah itu."Buat apa aku bercanda, Ris? Apa untungnya?" tanya Ratih. Kami berdua berlari kec

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 14. Kalila Dimana Kamu, Nak?

    "Pak Aslan?" ucapku bersamaan dengan Ratih. "Bagaimana, apa anakmu sudah ketemu?" tanya pak Aslan seraya melangkahkan kaki mendekati kami dan mendudukkan diri dikursi bersebelahan denganku. Saat ini kami masih bertahan di teras rumah ibu mertuaku berharap mas Raka akan singgah disini dan membawa serta bayi empat bulan itu. Entah dari mana pak Aslan bisa mengetahui rumah orang tua dari mas Raka. Selama aku tinggal di rumah mas Raka belum pernah sekalipun aku melihat beliau datang ke rumah calon mantan suamiku itu. "Belum ketemu, Pak. Pria itu hilang entah kemana rimbanya! Rumahnya sudah sebulan yang lalu dijual!" jelas Ratih panjang lebar. "Tapi tadi ada ibu-ibu yang mengatakan rumah ini dibeli sama anak pak RT. Mungkin beliau tau dimana rumah mas Raka yang sekarang!" beberku. "Kenapa kalian masih disini? Kenapa gak ke rumah pak RT aja menanyakannya?" Lelaki itu langsung bangkit dari duduknya. "Bukan langsung bergerak. Udah tau orangnya gak ada, malah leha-leha disini." Pak Aslan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 50

    Matahari Bali menyambut hangat saat aku dan Mas Aslan tiba di bandara. Angin tropis yang lembut menyapu wajahku, membuatku langsung merasa rileks. Mas Aslan menggenggam tanganku erat, senyum lebar terukir di wajahnya. Dia tampak sangat bahagia, dan itu membuatku merasa tenang."Selamat datang di Bali, sayang," ujarnya dengan suara lembut.Aku mengangguk, senyumku tak pernah lepas. "Aku sudah tak sabar menjelajah tempat ini denganmu."Kami naik mobil menuju vila pribadi di Ubud, tempat yang dikelilingi hutan dan sawah hijau. Vila itu tampak begitu tenang, dengan kolam renang pribadi dan pemandangan alam yang menakjubkan. Sesampainya di sana, kami disambut oleh staf vila yang ramah. Vila ini terasa seperti surga tersembunyi, jauh dari hiruk pikuk kota.Mas Aslan segera menarikku ke teras, di mana pemandangan hamparan sawah membentang di depan kami. Langit cerah dengan awan putih yang menggantung di kejauhan. "Ini indah sekali," gumamku sambil menyandarkan kepala di pundaknya."Iya, tap

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 49

    Sinar matahari pagi masuk dari celah tirai kamar, membangunkan aku dari tidur. Di sebelahku, Mas Aslan masih tertidur lelap. Aku tersenyum memandang wajahnya yang tampak damai. Tapi, pikiranku sudah melayang pada sesuatu yang harus segera aku lakukan, meminta izin kepada Kalila, putri kecil aku sama mas Raka, untuk pergi berlibur hanya bersama Mas Aslan selama tiga hari.Dengan hati-hati, aku bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar menuju kamar Kalila. Dia pasti sudah bangun. Setiap pagi, Kalila selalu bangun lebih awal untuk bermain dengan mainannya di ruang tamu atau menonton kartun kesukaannya. Benar saja, begitu aku membuka pintu kamar, aku melihat Kalila duduk di sofa dengan boneka beruang di tangannya, matanya terpaku pada layar TV yang menampilkan kartun favoritnya.“Pagi, Sayang,” sapaku sambil berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.Kalila menoleh dan tersenyum lebar. “Pagi, Mama!”Aku memeluknya erat, lalu mencium pipinya. "Lagi nonton apa nih?"“Nonton kartun!

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 48. Rencana bulan madu

    Sinar matahari menerobos tirai kamarku, membangunkanku dengan lembut. Di sampingku, mas Aslan masih terlelap, wajahnya terlihat tenang. Aku tersenyum tipis, teringat kejadian kemarin saat kami resmi menikah. Rasanya seperti mimpi, bisa bersama pria yang dulu hanya aku lihat sebagai atasan. Tapi, hidup memang penuh kejutan, bukan?Setelah mandi dan bersiap, aku melirik ke arah jam dinding. "Waktunya bangunin suami gantrngku," gumamku. Dengan hati-hati, aku mendekati mas Aslan, lalu menyenggol bahunya pelan."Sayang, bangun, Say. Kita harus berangkat ke kantor," bisikku ditelinganya.Ia bergumam pelan, matanya masih terpejam. "Lima menit lagi, ya? Mas masih mengabtuk sekali ni! ..."Aku menggeleng, lalu sedikit menggelitik perutnya. "Nggak ada lima menit lagi. Ayo bangun!"Ia tertawa kecil, akhirnya membuka mata dan menatapku. "Baiklah, baiklah. Kamu memang nggak bisa ditolak."Pagi itu kami berdua berangkat ke kantor seperti biasa. Meskipun kami sekarang sudah resmi menikah, rutinitas

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 47

    “Aku ingin Kalila tinggal bersamaku, Risma.”Kalimat itu langsung menghantam hatiku seperti petir di siang bolong. Aku menelan ludah, berusaha mengendalikan diri.“Mas, Kalila adalah hidupku. Dia nyawaku. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa dia,” jawabku tegas namun tetap menjaga nada suaraku agar tidak terdengar terlalu emosional.Mas Raka menghela napas berat. “Aku tahu kamu sayang sama dia, Risma. Aku juga sayang sama Kalila. Tapi aku pikir, sudah waktunya dia tinggal denganku. Aku ingin lebih terlibat dalam hidupnya. Selama ini, aku merasa jauh dari dia, dan aku tahu itu salahku. Tapi aku mau memperbaikinya.”Aku bisa melihat kejujuran di matanya, tapi itu tidak membuat permintaannya lebih mudah kuterima. Aku menggenggam tanganku erat-erat, berusaha menahan emosi yang mulai membuncah.“Mas, selama ini aku yang membesarkan Kalila sendirian. Aku tahu kamu ayahnya, dan aku tidak pernah melarang Kalila bertemu denganmu. Tapi Kaluka butuh stabilitas, dia butuh merasa aman. Selama

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 46. Cobaan Datang Bertubi-tubi

    Di tengah kabut duka itu, berita lain yang tak kalah menyakitkan datang. Mantan ibu mertuaku, ditemukan meninggal setelah melompat dari jembatan. Ia diketahui mengalami depresi berat sejak putri satu-satunya meninggal secara tragis."Mas, mantan ibu mertua Risma meninggal!" Aku memberitahukan berita duka ini pada mas Aslan."Innalillahiwainnailaihi rojiun! Sakit apa?" Mas Aslan juga kaget mendengar berita duka bertubi-tubi seperti ini. Baru saja tadi pagi berita kematian Rani, sekarang ibunya menyusul"Bvnvh diri nampaknya. Beliau lompat dari jembatan, Mas!""Apa?""Beliau malu Rani hamil diluar nikah! Jadinya stres dan depresi. Akhirnya gak sanggup, ya lompat dari jembatan!" jawabku lagi."Kasihan, ya!""Hmmm! Boleh Risma melayat, Mas?" tanyaku. Aku sih tidak memaksa jika mas Aslan melarangnya, cuma sekedar mengucapkan belasungkawa saja pada mantan suamiku."Boleh-boleh aja, sih! Apa perlu Mas antar?" "Gak usah, Mas. Sebentar lagi Mas mau meeting, kan? Kalau Risma pergi sendiri, apa

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 45. Keputusan konyol

    "Aku hamil," tiba-tiba Rani berkata dengan suara bergetar, tapi jelas. Matanya mulai basah dengan air mata."Mas ... kamu harus bertanggung jawab."Kalimat itu membuat suasana di meja mereka mendadak hening. Wajah istri Bayu tampak kaget, sementara Bayu hanya bisa menunduk. Aku menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya."Rani, jangan begitu..." kata Bayu akhirnya, suaranya rendah dan penuh rasa bersalah. "Aku nggak bisa bertanggung jawab. Ini... ini semua terlalu rumit.""Terus apa maksud kamu, Bayu?" Rani tidak bisa menahan emosinya lagi. "Aku ini mengandung anak kamu! Apa kamu mau lepas tangan begitu saja?"Bayu tampak semakin terpojok. Dia berusaha menghindari tatapan Rani, sementara istrinya berdiri di sana dengan mata terbuka lebar, seolah-olah tidak percaya apa yang baru saja dia dengar. Wajahnya mulai memerah, dan aku tahu, badai yang lebih besar akan segera datang."Bayu!" teriak istrinya. "Apa maksudnya ini? Dia hamil anak kamu? Kamu pikir aku bisa terima in

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 44. Pertengkaran tidak bisa dihindarkan

    Rani dan pria itu tampak sangat mesra. Tangan mereka saling berpegangan di atas meja, sementara senyum tak pernah lepas dari wajah mereka. Pria itu sesekali membisikkan sesuatu di telinga Rani, yang membuatnya tertawa kecil.Selama beberapa saat, aku hanya bisa memandangi mereka. Kenangan tentang masa lalu dengan keluarga mantan suamiku menari-nari dalam ingatanku. Aku teringat betapa sombong dan angkuhnya Rani terhadapku, dulu. Mereka memperlakukan aku seperti babu walapun dirumahku sendiri.Setelah perceraian itu aku tidak pernah berjumpa mereka lagi. Aku tidak pernah menyangka akan melihat Rani dalam situasi seperti ini, apalagi dengan pria yang usianya jauh di atasnya."Itu, bukannya mantan adik iparmu, Sayang?" tanya mas Aslan dengan penuh kehati-hatian. "Hmmm!" Aku tersenyum miris melihat kelakuan mantan adik iparku. Dulu dia menginginkan mas Aslan untuk menjadi pendamping hidupnya. Sekarang, karena mas Aslan menolaknya dia malah mencari pria tua yang penting kaya."Mas kenal

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 43. Berjumpa Mantan Adik Ipar

    "Kalau kita menikah karena digrebek, bukan kita saja yang malu, Mas. Anak-anak kita kelak juga akan menaggung malu!" jelasku sama pak Aslan. Aku tidak pernah menginginkan hal memalukan itu terjadi dalam kehidupan aku. Pak.Aslan tersentum tatkala aku jelaskan. Sepertinya dia sudah tahu tapi pura-pura saja biar diajari terus masalah agama sama calon istrinya. "Habisnya menunggu tiga minggu itu sangat lama, Risma. Aku tidak sabar menanti hari itu tiba!" ujar pak Aslan dengan wajah penuh harap. Lucu sekali melihat pak Aslan, bagaikan anak kecil yang sedang meminta mainan sama mamanya. "Gak lama tuh tiga minggu! Sebentar saja, Mas!" Aku memberi pengertian pada pria berhidung mancung itu. "Ya deh nyonya Aslan. Mas pamit pulang dulunya?" ujarnya seraya membuka pintu mobil. "Tolong jaga asupan gizi buat anakku. Beri yang terbaik untuknya sebelum Mas yang ambil alih menjaga dan memenuhi kebutuhan permata hatiku itu!" Demi apapun aku sangat terharu mendengar perkataan yang keluar dari bib

  • SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN   Bab 42. Ingin Segera Menikah

    "Apa maksud kamu bicara seperti itu? Kamu hendak merebut istri aku?" tanyaku kesal.Enak saja Andre memuji calon istri aku. Dia sedikitpun tidak menghargai aku sebagai calon suami Risma. Pria yang jelas paman baginya walaupun paman jauh. "Bukan begitu, Pak. Tolong carikan Saya istri secantik istri Bapak. Buat apa Saya merebut istri orang? Aku bukan tipe pria seperti itu, Pak." Andre menjelaskan duduk persoalannya. Ternyata dia takut juga melihat aku marah-marah. "Emang kamu mau menikah dengan janda? Calon istri saya ini janda loh?" ujarku. Bukan maksud menghina Risma sih sebenarnya. Tapi aku bangga karena biarpun sudah menjadi janda Risma masih juga menarik. Dimataku dia sangat cantik, kalah gadis perawan pokoknya. "Janda?" tanya Andre dan aku menganggu sebagai tanda merespon. "Walaupun janda tapi tidak nampak ya, Pak? Masih cantik juga. Seperti gadis belia." puji Andre. Bagiku semua itu bukan oujian sih. Tapi kenyataannya. "Bapak ya. Tau aja janda cantik." "Ya taulah. Namanya j

DMCA.com Protection Status