“Tak apa. Pahala besar bagimu. Dan lagi, kau tetap tampak seksi dengan bekas luka ini….” bisik Aliya lalu mengecup guratan di dada suaminya itu.Jari telunjuk Aliya kemudian terangkat, menyusuri alis suaminya lalu hidung dan kemudian turun mengikuti lekuk indah bibir suaminya.“Kau ga tau, betapa bahagia dan leganya aku melihatmu lagi…. Ku pikir aku telah kehilanganmu selamanya…” Aliya bergumam dengan suara yang sangat halus, karena tak ingin membangunkan Dean.“Aku pikir…. aku akan menjalani tugasku sendirian dan melalui tahun-tahun yang panjang itu dalam kesepian, sambil menunggu waktu kita berkumpul lagi di alam selanjutnya…”Aliya menghembus pelan napasnya. “Aku ketakutan luar biasa…. saat baca chat Hana yang menyebutkan akan ada The New One saat Tahun Baru…. dan saat Diani nambahin, mungkin akan ada elemen lain yang jadi suami baruku…”Aliya
“Dan?” Dean hanya mengangkat kedua alisnya.“Ih, suaramu kok ga enak didenger gini sih,” protes Aliya.Dean menunjuk hidungnya yang tengah dipencet Aliya.“Oh iya, lupa. Maaf,” tukas Aliya lalu melepaskan jarinya yang menekan hidung Dean.“Nah, maksudku, apakah kau tau Syau itu apaan atau siapa?” lanjut Aliya.“Hm….” Dean memutar bola matanya. “Siapa, ya…..?”Aliya memicingkan matanya. “Jangan pura-pura ga tau, ya!” Setelah berkata demikian, langsung Aliya melakukan serangan gelitikan-nya pada pinggang Dean lagi.Dean yang masih berada di atas Aliya langsung berguling ke sisi Aliya sambil menahan diri dari jemari Aliya yang terus menyerangnya.“Iya…iya.. ampun…” sahut Dean menyerah. Ia terkekeh geli.“Ayooo kasih tauuu…. “ Aliya merajuk.“Baiklah….” Dean
Senin, 2 Januari 202316.49 WIB, rumah.Aliya merasakan matanya yang tiba-tiba terasa sangat berat. Saat itu ia tengah melakukan percakapan dengan Diani. Membahas tentang Elang yang kini sedang dalam treatmentDean di villa di Jayagiri.Merasa tidak kuat lagi, Aliya lalu masuk ke kamarnya dan merebahkan diri. Tanpa menunggu lama, ia segera lelap.Aliya terbangun dan ia terhenyak, ketika membuka mata, Elang telah berdiri di hadapannya. Meskipun dalam jarak yang tak bisa dikatakan dekat, namun Aliya bisa melihat cukup jelas sosok Elang.Ternyata mata berat yang tadi ia rasakan, adalah karena Elang memanggilnya. Meskipun tanpa sadar Aliya lalu memenuhi panggilan itu.Aliya menatap lurus sosok Elang di hadapannya.Dada Aliya berdegup agak kencang.Entah apa yang ia pikirkan. Sisa rasa takut sejak kejadian di Kazan, tidak ia rasakan ketika melihat Elang saat ini.Justru semacam kekhawatiran dan kecemasan ia rasa
Selasa, 3 Januari 202313.47 WIB, basecamp Cikahuripan.Aliya datang ke basecampuntuk menengok Nawidi yang sejak kemarin sesungguhnya telah siuman. Aliya baru bisa menemui Nawidi hari ini, karena kemarin kondisi Nawidi masih belum nyaman untuk ia temui.Aliya membuka pintu kamar Nawidi dengan pelan, setelah mengetuknya. Matanya kini menangkap sosok hebat itu di atas ranjang kayunya.Nawidi tampak baik, dia telah bisa duduk meskipun masih dengan bersandar pada headboardranjang itu.“Assalammu’alaikum, kang,” sapa Aliya ramah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Nawidi dengan suara yang masih terdengar agak lemah.“Gimana kondisimu kang?”“Seperti yang Anda lihat…”Aliya tersenyum. Lalu tangannya meletakkan keranjang buah-buahan yang ia beli sebelum sampai di tempat itu, di atas nakas samping ranjang Nawidi.“Kang Awi mau ape
Aliya menelan ludah lagi. Kali ini pun, kalimat Nawidi tak ada yang bisa ia bantah. Dean memang berbeda dalam memperlakukan dirinya.Dean bahkan membiarkan ia menangis sepuasnya, untuk membuat dirinya kemudian merasa lega dan tertumpahkan segala beban hatinya.Setelahnya, Dean akan menghangatkan hatinya dengan kalimat penuh kasih sayang ataupun tindakan pelukan yang menenangkan.Dean memang seorang bumi yang hangat. “Mereka berdua sama-sama pria hebat yang tidak bisa dalam satu wadah perbandingan. Karena mereka pribadi yang unik, memiliki kekuatan serta kelemahannya masing-masing.”“Dan mereka memiliki caranya sendiri untuk mencintai dan melindungi Anda,” tukas Nawidi tenang.Aliya mengangguk dalam diam. Ia sadar sepenuhnya apa yang dikatakan Nawidi sangat benar.Jauh di dasar lubuk hatinya, Aliya masih menyimpan rasa yang mengganjal tentang perasaannya pada Elang, yang tentunya akan be
21.57 WIB, Villa JayagiriKamar itu dipenuhi aura dingin dan mencekam ketika Dean menyelesaikan persiapannya.Lantai kamar tempat proses penyembuhan dilapisi tanah yang diambil dari area Gunung Putri, di mana energi alam terasa paling kuat.Tanah itu berfungsi sebagai medium, menghubungkan dunia manusia dengan kekuatan yang lebih dalam.Dengan kalung milik Aliya yang ia pinjam, Dean siap mendeteksi keberadaan makhluk yang menyusup dan berdiam di dalam tubuh Elang.“Semoga ini berhasil,” bisik Dean kepada dirinya sendiri sambil menatap wajah Elang yang tak sadarkan diri dan pucat.Pria mantan suami Aliya itu terbaring tak berdaya di atas ranjang, matanya terpejam, dan napasnya terdengar berat.Keberadaan makhluk kegelapan di dalam dirinya adalah ancaman yang mengerikan, dan Dean tahu bahwa waktu tidak berpihak pada mereka. Meskipun ia telah menon-aktifkan makhluk itu, namun ia harus segera mengeluarkannya dari tubuh Elang.
Rabu, 4 Januari 2023Pagi itu, cuaca cerah dan udara segar membuat Aliya merasa bersemangat.Setelah hampir satu minggu penuh ketegangan, dia merasa butuh penyegaran. Dean memang mengajaknya keluar, jalan pagi santai. Entah kemana.Dengan sepatu sneakers dan kaos santai, Elara keluar dari basecamp, bersiap untuk memulai harinya. Di luar, Dean menunggu dengan senyuman lebar di wajahnya.Langkah Aliya terhenti sesaat dengan tatapan terpaku pada sosok suami sukmanya itu.Dean memang adalah sosok yang mencuri perhatian di mana pun ia berada.Wajahnya menampilkan perpaduan sempurna antara ketampanan blasteran Prancis dan Timur Tengah.Dean memiliki bentuk wajah yang sempurna dari setiap sudut. Struktur wajahnya tegas dengan rahang yang kuat dan tulang pipi yang tinggi, memberikan kesan maskulin yang sangat menawan. Kulitnya berwarna olive yang halus, mengesankan aura eksotis dan misterius.Iris mata hazel-nya berkilau seperti dua pe
Langkah Aliya sontak terhenti sejenak, hatinya berdesir aneh saat mendengar itu. “Bertemu? Denganku?”“Ya.” Dean menyampingkan tubuh dan menatap Aliya lembut. “Aku tahu ini mungkin sulit bagimu. Tapi entah cepat atau lambat, kita memang harus menghadapinya. Einhard… dia pasti ingin menjelaskan banyak hal padamu.”Perasaan Aliya bercampur aduk.Setelah semua kejadian mengerikan yang disebabkan oleh Elang, Aliya tidak yakin bisa berhadapan dengan mantan suaminya itu.Gejolak lain menyelubungi dirinya.Satu perasaan bersalah yang sangat tajam, menggerogoti rongga dada Aliya.Ia merasa seperti dikhianati oleh hatinya sendiri. Di satu sisi, rasa cintanya pada Dean semakin dalam, tetapi di sisi lain, setiap mengingat Elang, ia merasa seperti ada sesuatu yang tertinggal. Dan itu membuatnya merasa bersalah pada Dean.Dean bahkan harus merelakan tubuhnya dihunjam benda tajam oleh Elang, hanya ag
Teaser untuk S3 RATU BUMI: KELAHIRAN SANG PEWARIS(Entah kapan akan dibuat S3-nya. Tapi Author ingin berikan ini sebagai ekstra saja untuk kalian. Thanks to you all!!)Seorang wanita tengah berada di depan laptop. Sebuah kacamata berbentuk persegi dengan bingkai berwarna biru bertengger di pangkal hidungnya.Terdengar suara tuts pada keyboard yang ditekan cukup keras dan cepat.“Selesai!!” seru wanita itu dengan bibir tersungging senyum yang begitu lebar.Matanya sekali lagi menatap lekat pada layar laptop miliknya. Seolah puas dengan apa yang ia baca, ia mengangguk dan tersenyum lagi.“Mantap memang. Si gue menggambarkan tokohnya begitu nyata. Cakep banget ini. Epik,” ujarnya sambil terus mengangguk-angguk kan kepala. Tiada henti ia memuji dirinya sendiri.“Mungkin karena aku pake namaku sendiri buat tokoh cewek, ini bener-bener terasa seperti kejadian nyata. Tapi kan itu emang tujuanku..”“Sepertinya aku bener-bener jenius… Beberapa potong mimpi ku, bisa kujadikan rangkaian cerita se
Suatu hari di bulan September 2023.Aliya menggeliat lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia merentangkan kedua tangannya dan menguap.Kepalanya menengok ke kiri. Sisi itu kosong.Ia lalu menengadah, melihat ke arah jam dinding dalam kamar itu. 7:15.Aliya kemudian turun dari ranjang-nya. Ia kenakan sandal rumah berbahan kain dengan bordiran inisial A pada bagian tutup kakinya.Dengan langkah malas ia keluar kamar. Kepalanya berputar mencari.Hari itu, setelah ia tadi shalat subuh, ia tertidur kembali, karena semalam ia begadang menyelesaikan pekerjaannya hingga jam 2 dini hari.Kaki Aliya terus melangkah. Kini hidungnya mencium harum masakan berasal dari dapur. Ia pun mengarahkan kakinya ke arah sumber aroma tersebut.Ia terhenti di ambang pintu dapur. Bibirnya tersenyum. Matanya menatap ke depan dengan sorot penuh kasih.Tubuh jangkung dengan masih menggunakan set piyama tidur bermotif salur itu, masih asyik melakukan sesuatu di depan kompor.“Sudah bangun, rupanya…” kata pemilik
Dean menyetir mobil Jeep Cherokee Trackhawk yang terbuka dengan santai, menikmati embusan angin yang hangat di wajahnya sementara Aliya di sampingnya tampak takjub memandangi pemandangan di sekeliling mereka.Sekitar lima belas menit lalu, Aliya dan Dean tiba di Amboseli Airtrip di dalam Taman Nasional Amboseli.Taman Nasional Amboseli ini terletak di selatan Kenya, tepatnya di Kabupaten Kajiado, dekat perbatasan Kenya dengan Tanzania.Taman ini berada sekitar 240 kilometer sebelah tenggara Nairobi, ibu kota Kenya, dan terletak di bawah bayang-bayang Gunung Kilimanjaro yang megah di Tanzania, yang memberikan latar belakang yang ikonik dan terkenal di taman ini.Amboseli terkenal dengan populasi gajah besarnya, serta pemandangan sabana yang menakjubkan.Dean sengaja membawa Aliya ke tempat favorit-nya ini, untuk memberikan pengalaman baru bagi Aliya.Dengan helikopter, mereka terbang sekitar 40 menit dari helipad di atas gedung kantor cabang Starlight Corp di Nairobi menuju Kajiado. Se
Aliya paham, yang dimaksud orang Elemen Air itu adalah Elang. Namun yang tidak ia paham, mengapa ia menangkap gestur kemarahan dari sosok Syauqi? Apakah Syauqi dan Elang pernah bertemu sebelumnya?Ini belum waktunya Aliya bertanya lebih jauh tentang itu. Jadi ia kemudian hanya mengalihkan pertanyaan pada hal lain.“Bukankah yang kudengar, bahwa Realm adalah keluarga yang memang bermukim di Tanah Air. Tapi--” Ucapan Aliya terhenti.Syauqi tertawa kecil. “Anda bingung karena saya berwajah campuran di luar Indonesia?”“Ya, jujur aku bingung.” Mau tak mau Aliya pun tertawa kecil.“Nenek saya sedikit memberontak, Madam.”“Eh?”Syauqi terkekeh. “Nenek saya kabur dari Indonesia dan menikah dengan orang Jepang. Lalu ibu saya lahir dan kemudian menikah dengan orang Amerika. Lalu lahirlah saya.”Pria berwajah elok itu menjeda diri sesaat. “Saat saya berumur lima tahun, ibu saya membawa saya kembali ke kakek buyut. Tetua Realm Api dan mengembalikan saya. Kata ibu saya, itu wasiat nenek saya sebel
Aliya bersandar di sofa lounge hotel yang nyaman, menatap tenang pada makanan di depannya.Ia mencoba hidangan khas Nairobi: Nyama Choma, potongan daging panggang yang gurih dan kaya rempah, ditemani dengan kachumbari—salad segar dari tomat, bawang, dan cabai.Rasa pedas dan segar dari kachumbari melengkapi cita rasa daging yang hangat, membuat Aliya semakin larut dalam suasana santai sambil menunggu Dean yang tengah dalam rapat mendadak di ballroom hotel.Saat kunyahan terakhir, Aliya teringat percakapannya tadi dengan Matteo, yang penuh dengan dukungan.Matteo, sahabat Dean itu, mengungkapkan ketulusan hati ketika mengetahui Aliya bersama Dean."Aku sangat bahagia, Nyonya.”“Please, panggil Aliya saja, Matteo.”Matteo tersenyum sumringah. “Baiklah.. Ya.. aku benar-benar merasa bahagia.”“Aku bisa lihat itu. Sejak pertama kita bertemu, wajahmu berseri-seri terus,” Aliya tersenyum lebar.“Ini bukan tentang diriku, Nyonya. Melihatmu akhirnya bersama Dean... itu sungguh yang selama ini
Tak berapa lama limousine yang ditumpangi Dean dan Aliya tiba di satu hotel yang tampak megah.Beberapa greeter dan bellboy tampak menyambut ramah dan penuh hormat saat Aliya dan Dean yang dipimpin Matteo, memasuki area hotel.Dean terlihat sedikit menaikkan alis—tampak berpikir sesuatu, namun tetap dengan santai mengikuti langkah Matteo yang terlihat bersemangat berbicara dengan Aliya.Aliya melangkah masuk ke dalam suite mewah di Helshington Nairobi, tak dapat menahan gumaman kagum yang meluncur pelan.Matanya menyusuri setiap sudut ruangan—sebuah suite yang luas dengan desain butik berkelas, bercampur sentuhan klasik yang elegan.Dindingnya dihiasi karya seni khas Afrika, menambah sentuhan eksotis pada ruangan yang megah namun tetap hangat.Lampu-lampu gantung dari kristal menghiasi langit-langit tinggi, sementara lantai kayu yang mengilap mencerminkan pantulan cahaya lembut dari lampu yang dipasang dengan artistik.Di satu sisi, ada balkon pribadi yang menghadap ke pemandangan perb
Gedung kantor cabang Starlight Corp di Nairobi terlihat lebih sibuk dari biasanya.Para karyawan berjalan cepat, membawa berkas-berkas dan peralatan, memastikan setiap detail tertata sempurna untuk menyambut kedatangan CEO mereka, yang nyaris tidak pernah terlihat.Lobi utama yang biasanya hanya dihiasi dengan dekorasi sederhana kini terlihat sedikit berbeda. Tanaman hijau segar diletakkan di beberapa sudut, meja resepsionis dibersihkan hingga berkilau, dan tim keamanan memeriksa ulang setiap titik untuk memastikan semuanya sesuai standar.Di tengah kesibukan tersebut, Direktur cabang melangkah mendekati Matteo, manajer yang selalu tenang di tengah hiruk-pikuk persiapan ini.Dengan ragu, Direktur bertanya, "Mr. Odhiambo, apa benar tidak masalah jika kita melakukan persiapan seperti ini?"Sang Direktur masih teringat akan sikap sang CEO yang cenderung rendah hati dan tidak suka dengan seremoni berlebihan.Pernah sekali waktu saat ia pertama kali menjabat sebagai direktur cabang, ketika
Aliya duduk sendirian di dalam kabin jet pribadi Gulf Stream yang melaju anggun di atas awan menuju Kenya.Interior jet ini tampak begitu mewah dan nyaman, didesain dengan kursi kulit lembut berwarna krem yang berpadu dengan elemen kayu mahoni gelap.Cahaya matahari senja yang masuk dari jendela memberikan kilau hangat ke dalam kabin, menciptakan suasana tenang yang menyelimuti perjalanan mereka.Aliya menatap keluar jendela, melihat hamparan langit oranye keemasan yang seakan tak berujung, membiarkan pikirannya melayang.Bayangan pertama kali ia melihat pesawat ini, dengan logo Starlight Corp di badan jet, memenuhi benaknya.Kata-kata Agung kembali terngiang di kepalanya, bagaimana Dean memilih nama Starlight, terinspirasi dari panggilan kesayangan yang ia berikan padanya setelah pertama kali melihat Aliya dalam mimpi.Ketika ia iseng berselancar di dunia maya, ia mendapati bahwa Starlight Corp adalah korporasi besar yang dikagumi dunia. Selain Starlight Corp dikenal dengan kebijakan
Dean tersedak lalu terbatuk.“Prrrfffffftttttt.” Agni sukses menyemburkan nasi yang baru saja ia suapkan ke dalam mulutnya.Bi Titin menahan tawa. Ia mengacungkan jempol pada Aliya, lalu melenggang santai kembali ke dapur.Hening.Aliya melotot ke arah Agni.“Jorok, ih!” Aliya menepukkan tangannya ke beberapa nasi semburan Agni yang mampir dan bertengger di bajunya.“So-sorry Moony!” Agni bergegas bangun dan meraih beberapa lembar tissue dan menghampiri Aliya. Tangannya mengelap tangan Aliya.Saat tangan Agni akan berpindah ke bagian baju di bawah dagu Aliya, tangan Dean telah memegang tangan Agni.“Biar saya saja,” kata Dean singkat.Agni memanyunkan mulutnya. “Lu sih, Om…” Lalu kembali ke tempat duduknya dan membersihkan sisa-sisa nasi yang berhamburan di meja sambil nyengir.Dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal, Agni mengambil piring makannya dan memutuskan segera menyingkir dari ruang makan, untuk memberi keleluasaan bagi pasangan itu.“Gue pindah ah. Ini obrolannya udah dua