“Mae!”Mae berpaling dan tubuhnya langsung lemas, lega luar biasa. Dokter Faraday tampak berlari kecil menyusuri lorong UGD.“Dokter… Daisy…” Mae menunjuk ke pintu UGD, sambil berjalan menghampirinya. Dan hanya itu. Sebelum bisa bicara, air matanya sudah mendahului.“Mae… tenang dulu. Aku sudah datang—untunglah aku ada di dekat sini. Aku akan memeriksa Daisy, dan dia akan baik-baik saja.” Dokter Faraday, menepuk pundak Mae perlahan.“Daisy jatuh, aku tidak bisa menangkapnya. Maafkan aku…” Mae kembali gagal menjelaskan, dan menangis. Mae ingin berhenti menangis, tapi tidak bisa. Entah berapa kali Mae menghapus, air matanya terus turun.“Aku paham, Mae. Sebentar, aku akan memeriksanya. Setelah itu, kita akan membawa Daisy pulang. Kau tenang saja.” Faraday membantu Mae kembali duduk.“Maaf, aku harus ke dalam.” Mae tidak dalam keadaan bisa ditinggal, tapi Faraday memang harus masuk.“Ya, tolong sembuhkan Daisy,” pinta Mae, sambil berusaha menghapus air matanya lagi.Faraday tersenyum, l
Baca selengkapnya