Home / Pernikahan / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Chapter 91 - Chapter 100

433 Chapters

Aku Tidak Amat Mati

Tapi memang Mae tidak tahu—tidak cukup peduli untuk tahu tentang kalangan itu. Tidak berefek apapun pada kehidupannya. “Stan ini paling cantik, jadi aku akan memamerkan padanya.” Gina bertepuk tangan kecil dengan antusias, sekali lagi menatap semua item yang dipasang Mae disana. “Ada perdana menteri?” tanya Mae, yang sudah ada di samping Gina—meninggalkan Harper yang semakin terpukul. Keputusan Gina mengajak orang penting ke stan Mae—bukan stan kue miliknya, tentu bukan hanya menampar, tapi seolah mencolok matanya. “Istrinya saja. Tamu istimewa hari ini. Aku selalu mengirim undangan, tapi tidak selalu bisa datang setiap tahun. Tahun ini aku rasa ia khusus menyediakan waktu, karena masa kampanye. Dia tentu ikut mengumpulkan dukungan untuk partai suaminya.” “Luar biasa.” Mae sama sekali tidak peduli siapa, tidak penting untuk kehidupannya, tapi berpura-pura antusias mengikuti Gina. “Memang. Suami Lady Rowena Cooper ini—Dean Copper, partai yang dipimpinnya—menang dua kali berturut-t
Read more

Memang Aku Licik

“Apa kau menjual kue yang lain, atau bagaimana? Kenapa ini berbeda dengan sampel yang ada di sana!” Pembeli menunjuk meja sample. Harper yang sedang memberi kembalian pada pembeli lain, menghampiri ibu dan seorang anak yang menangis. “Maaf, tapi apa maksud Anda?” Harper bingung saat melihat muffin coklat yang ada di tangan anak itu—yang menjadi sumber protes. “Kami tadi mencicipi muffin yang ada di bagian sample, dan anakku menyukainya. Aku membeli 4, tapi setelah dimakan rasanya berbeda sekali. Sekarang anakku menangis karena tidak menemukan selai strawberrynya di dalamnya!” Wanita itu benar-benar kesal karena anaknya memang tidak berhenti menangis. Harper mengenyit. “Maksud Anda apa? Saya tidak menjual muffin dengan selai strawberry.” Ia mempertahankan diri karena memang tidak merasa membuat kue semacam itu. “Jadi maksudmu aku berbohong dan mengarang? Untuk apa juga?!” Pembeli itu tentu saja semakin kesal. “Saya tidak mengerti apa yang maksud Anda. Yang jelas saya tidak menjual
Read more

Aku Bukan Musuhmu

“Hush! Jangan seperti itu.” Poppy tergelak sambil mencubit kecil pipi Mae, lalu berjalan menuju kasir, sejenak menggantikan Mae agar antrian berkurang. Mae juga dengan sigap kembali membungkus pesanan yang tertunda, memang mereka harus melayani pembeli sebelum ada yang marah. Tapi mata Mae sesekali melirik Poppy, tidak mengerti apa tujuannya. Sikapnya berubah sama sekali dari yang kemarin. “Maaf, tapi sudah habis.” Mae menggeleng penuh penyesalan saat salah satu pembeli menginginkan selai strawberry homemade yang memang juga ikut menjadi barang dagangan, selain masuk ke dalam muffin. “Ah, padahal aku juga mau.” Poppy ikut mengeluh kecewa sementara menghampiri Mae. Tidak ada lagi antrian di depannya. Sudah lebih santai karena memang pajangan Mae hanya menyisakan beberapa. “Kau benar menginginkannya?” Mae bertanya curiga, sambil duduk—karena punggungnya mulai pegal. Meski dibantu Ash, tapi tetap Mae harus bekerja amat keras menyiapkan semua, apalagi ditambah menu memberi pelajaran pa
Read more

Aku Mengacau Bukan?

Mae sedikit tersentak, saat merasakan injakan di kakinya. Poppy yang menginjak. Itu peringatan kalau seharusnya Mae tidak membantah setegas itu. Wajah Poppy tampak panik. Mae memaki dalam hati setelah itu, ia terlalu terburu nafsu dalam membantah sampai lupa siapa yang diajaknya bicara. Wanita yang menjadi istri orang yang paling berkuasa Inggris, selain Raja. “Benarkah? Ini menarik.” Rowena tertawa, dan ketegangan langsung sedikit mencair. Tapi semua masih memandang Mae. Kalau bisa, Mae juga ingin memandang dirinya sendiri terutama bagian otak, ingin menegur karena tidak bisa menahan diri dengan baik. “Aku mungkin harus sering-sering berkunjung ke acara seperti ini, ada banyak kejutan tidak terduga.” Rowena tidak menunjukkan kalau bantahan dari Mae tadi adalah masalah, tapi Mae tahu benar kalau bantahan itu adalah masalah, hanya Rowena menyimpannya agar tidak terjadi keributan. “Siapa namamu?” tanya Rowena. Itu bukti lain kalau bantahan Mae bermasalah. Ia tidak akan repot-repot b
Read more

Aku Menginginkan Kau Ada

“Aku kenapa?” Ash memandang sekitar, menyambar tisu terdekat yang ada di sebelah muffin tersisa, lalu menghapus air mata Mae dengan lebih baik. “Maafkan aku.” Ash meminta maaf otomatis, meski tidak tahu kenapa. Hanya rasanya harus seperti itu. Tapi tangisan Mae tidak berkurang, maka Ash menariknya ke balik meja kasir, memintanya duduk di sana. Ia lalu membalik tulisan buka—menjadi tutup. Beberapa pengunjung yang mendekat kecewa, tapi lirikan galak dari Ash cukup untuk memberi tahu kalau tulisan itu tidak akan berubah dalam waktu dekat. “Mae? Ada apa?” Ash berlutut dengan satu kaki di depan Mae, meraih kedua tangannya, memandang Mae yang terus terisak, sambil sesekali menghapus air matanya. “Aku tidak tahu. Aku tidak ingin menyakitimu, Mae. Tolong katakan ada apa, agar aku tidak melakukannya lagi. Please?” Mae menggeleng. “Mae, aku tidak akan tahu kalau…” “Bukan itu… Bukan salahmu.” Mae tidak akan segila itu dengan benar-benar menyalahkan Ash atas apapun yang ada dalam hatinya s
Read more

Aku Berjanji

“Turun! Aku mau turun!” Amy mendorong tangan Hide yang ada di pinggangnya, sambil menghentakkan kaki. Keributan yang dibuatnya membuat Ash langsung berbelok ke area yang lebih sepi. Amy memang sangat mudah menarik perhatian, bukan hanya dari wajahnya yang imut, tapi juga suaranya yang melengking tinggi itu.Kalau tidak ada bodyguard yang mengikuti dengan santai, mungkin Ash sudah mendapat tudingan penculik karena suara teriakan Amy yang menghebohkan. Ash sudah terbiasa tapi, dan tetap menentengnya sampai ke sudut taman dekat pagar pembatas area festival.Ash baru menurunkannya di bawah pohon, setelah memastikan tempat itu cukup sepi. Tidak terlihat anak buahnya atau siapapun berpakaian seragam militer.“Kenapa kau membawaku ke sini?” Amy marah sambil mengibaskan rambutnya yang terkepang panjang. Hitam sempurna seperti Rowena.“Karena kau membuat keributan yang tidak perlu, Amy. Dan apa kau lupa? Aku sudah meminta padamu untuk berpura-pura tidak mengenal saat kita ada di luar rumah.”
Read more

Aku Menemukan Noda

“Maaf.” Mae menghaturkan satu potong muffin coklat strawberry—yang terakhir, begitu sampai di depan Gina. Kue yang lain sudah habis, dan Mae tadi menyelamatkan sisa satu itu untuk Gina memang. Mae tetap akan mengantar croissant lemon yang direncanakan untuk Gina nanti, tapi sebagai awal, ia harus membuat Gina tidak amat marah. Gina tampak menghela napas, wajahnya masam, tapi matanya melirik ke arah muffin yang ada di piring itu—mata menginginkan. Ia sudah mencicipi kue Mae yang lain, tapi muffin itu belum dan tentu penasaran. Gina mendesah. “Lady Rowena tidak bermaksud buruk, Mae.” Menegur tapi cukup lembut. “Aku tahu. Aku hanya terlalu sensitif mungkin.” Mae mengakui kesalahan dan nyaris tersenyum saat akhirnya Gina menerima kue itu dan menggigitnya dengan bersemangat. Poppy di sampingnya tampak mengedipkan sebelah mata untuk Mae. Bocoran cara yang disebut Poppy itu sangat manjur. “Apa ia menyebut hal lain tentangku tadi?” tanya Mae. Ia masih sedikit khawatir seumpama Rowena pen
Read more

Aku Melakukannya Karena Cinta Sekarang

“Jangan mencariku!” Ash mendesis, menjawab panggilan Ian dengan tidak menyenangkan. Sebelum meninggalkan area festival itu, Ash sudah berpamitan dan meminta Ian untuk tidak mengganggunya. “Apa kau tadi bertemu istri ayahmu? Aku dengar dia datang.” Ian menghubungi setelah mendengar tentang Rowena Cooper ternyata. “Bisakah kau tidak membahas itu? Aku malas. Ada hal lebih penting yang perlu aku pikirkan saat ini!” sergah Ash, tidak ingin fokusnya terganggu. “Kau lanjutkan saja apapun pekerjaanmu.” Ash mengakhiri panggilan itu dan kembali bersandar pada mobil Mae. Hari sudah mulai gelap dan mobil yang ada di parkiran itu juga sudah sangat jauh berkurang. Hanya ada beberapa yang tertinggal, cukup mudah bagi Ash untuk menemukannya tadi. Dan kini menunggu. Ash mengetuk kap mobil dengan telunjuk, menyalurkan kepanikan karena tidak bisa memprediksi hasil kejujuranya. Pilihannya hanya baik atau buruk. Tidak ada jalan tengah. “Oh.” Ash menegakkan tubuh dan berlari kecil saat melihat Mae kel
Read more

Aku Tidak Bisa Membencinya Dengan Mudah

“Daddy!”Amy berseru karena saat membuka pintu mobil, ia melihat Dean juga turun dari mobil yang lain. Tanpa perjanjian, tapi mereka sampai di rumah pada saat bersamaan.Dean tersenyum dan mengulurkan tangan, menyambut, dan Amy menghambur dalam pelukannya.Untungnya tubuh Dean cukup tegap untuk ukuran pria berusia enam puluh lebih6, masih mampu menggendong Amy yang sebenarnya sudah tidak dalam usia yang pantas untuk bermanja seperti itu.“Daddy, aku bertemu Ash tadi.” Amy dengan ramai berseru, saat Dean menggendongnya sampai ke dalam rumah. “Ash? Dimana?” Dean berbalik, memandang Rowena yang ikut masuk. Tapi Rowena juga menggeleng bingung. “Aku tidak bertemu dengannya.” “Di festival, Mommy. Ash bekerja katanya. Aku tidak boleh lama bersamanya. Kau tidak lihat. Banyak yang memakai seragam.” Amy menjelaskan tidak berurutan, tapi kedua orang tuanya paham.“Aku hanya sebentar disana, dan Gina Parker orang yang sangat berniat untuk memuaskanku. Ia mengajakku berkeliling ke semua tempat.
Read more

Aku Akan Tetap Mencari Uang

“Mae?”Ash membuka pintu kamar Mae, kosong tapi. Tidak ada tanda berubah semenjak kepergian Mae tadi pagi. Ash beranjak membuka almari, kali ini lebih lega. Masih ada pakaian Mae di sana, ia tidak membawa semua benda miliknya. Menurut Ash masih lebih baik. Ash tidak berharap—dan tahu Mae tidak pulang ke Reading, barang itu membuatnya masih sedikit punya harapan. Setidaknya ada bagian Mae yang tertinggal.Ash duduk dan bersandar pada pintu almari, lalu mengambil ponsel. Membuka aplikasi pelacak untuk melihat dimana Mae. Aplikasi yang dipasang diam-diam oleh Ash setelah kehilangan Mae kemarin—saat Mae ada di kantor polisi. Ash tidak mau kehilangan seperti itu lagi.Ash tahu apa yang dilakukannya sedikit menyeramkan—setingkat penguntit—tapi Ash sudah menjaga agar penggunaannya tidak sampai sangat mengganggu Mae. Sejauh ini sangat berguna. Ash kemarin bisa menemukan alamat rumah Mae di Bakewell karena aplikasi itu. Suasana yang heboh membuat Mae lupa bertanya darimana Ash bisa mengetah
Read more
PREV
1
...
89101112
...
44
DMCA.com Protection Status