“Kau mungkin tidak ingat saat bertemu denganku, tapi aku sangat ingat, Mae.”Alasan Ash sangat mengingat Mae bukan hanya karena usianya yang sudah cukup untuk menyimpan memori yang lebih panjang tentu.“Aku bertemu denganmu saat tidak punya apapun. Saat tidak lagi peduli pada apapun, dan tidak menginginkan apapun,” kata Ash.“Kau tidak punya apapun? Tapi…Oh, kau belum tahu siapa ayahmu?” Mae mulai paham.Ash mengangguk. “Tapi bukan hanya tentang uang, aku saat itu kalah oleh sendiri dan sepi.”Meski tidak punya uang, tapi paling tidak Ash tidak sampai merasa kelaparan saat itu, tidak amat kenyang, tapi juga tidak sampai harus mengais sampah, karena kebutuhannya dipenuhi oleh rumah yang menampungnya. Hanya emosinya amat gersang. Lebih tandus dari gurun karena tidak sanggup mengikuti perubahan ekstrim setelah ibunya meninggal—apalagi sampai ada yang mencoba melecehkannya. Ash dulu hanya hidup berdua dengan ibunya, tapi tidak pernah merasa kurang—sampai tidak merasa perlu terlalu serin
Baca selengkapnya