Home / Pernikahan / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Chapter 121 - Chapter 130

433 Chapters

Aku Akan Menjauhkannya

Kalimat pembuka yang membuat Ash terpana. Mae jelas berbohong padanya. Kemarin ia menyebut kalau nama Mary terlalu suci.“Apa kau tahu apa yang menyebabkan Mae menjadi seperti sekarang?” tanya Lynch.Ash mengangguk. “Hubert mengatakannya.” Ash tidak perlu menyebut pengadilan.“Pria yang menyakiti Mae itu—suaminya dulu, rupanya sering membisikkan nama Mary saat menyakitinya. Karena itu Mae selalu gelisah saat ada yang memanggil namanya dengan mesra. Sekarang sudah jauh lebih baik, tapi aku rasa ia lebih suka memakai Mae.”Ash sangat diam, tidak bergerak, bahkan menahan napas. Ia tahu keadaan Mae buruk, tapi mendengar lebih detail ternyata mengerikan.“Aku ingin memberi bayangan seburuk apa keadaan Mae, agar kau lebih berhati-hati.” Lynch sepertinya sudah tidak berharap Mae akan kembali padanya setelah bertahun-tahun dan meminta Ash agar paham.“Mae tidak pernah menyebut namanya padaku. Seburuk itulah ketakutannya pada pria itu. Mae hanya menyebutnya—”“Monster bermata besar.” Ash menya
Read more

Aku Tidak Punya Kamar Lain

“Oh, cepat sekali.” Mae terkejut saat melihat Ash sudah membuka pintu sebelum pukul sebelas. Tidak biasa pastinya. Ia lupa memperhitungkan jarak yang sekarang dekat. Ash tidak perlu menempuh beberapa jam perjalanan. Ash tetap datang lebih cepat meski sudah sempat menemui Lynch. “Kau sedang apa?” Ash akan menjelaskan tadinya, tapi lebih tertarik pada benda yang bertebaran di lantai. Kain dan kantong belanja. “Aku membeli beberapa baju, dan sedang mencobanya.” Mae mengangkat gaun biru tua yang akan dicobanya tadi. “Disini?” Ash mempertanyakan pemilihan ruang, karena Mae melakukan kegiatan yang seharusnya di kamar—menjadi di ruang tengah. “Well, aku tidak bisa masuk.” Mae pintu kamar lain yang tertutup, terkunci saat Mae mencoba membukanya tadi. Apartemen Ash memang lebih modern dan mewah, tapi kamarnya hanya ada dua. Satu kamar Ash, dan satu lagi kamar terkunci itu. Luasnya tentu tidak bisa dibandingkan dengan rumah tradisional yang di Reading. “Itu…” Ash tergagap, karena baru m
Read more

Aku Tidak Seharusnya Merasa Seperti Ini

Mae sebenarnya berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak tertawa, tapi sulit menahan saat melihat dengan benar apa sebenarnya wujud dari hobi itu. Awalnya Mae mengira Ash mengoleksi pakaian, karena melihat sweater aneka warna menggantung pada rak panjang, tapi saat matanya sampai pada meja yang ada di dekat jendela, Mae akhirnya tidak bisa menahan tawa. “Merajut? Kau memiliki hobi merajut?” Mae menegaskan sambil mengusap air matanya. Mae lalu menunjuk tumpukan benang rajut yang tergulung, tersedia dalam aneka warna, lalu hakpen aneka ukuran yang berjajar rapi pada rak yang berkilau, jarum, gunting dan aneka lainnya, semua ada. Ash yang selalu rapi juga mengaplikasikannya pada ruangan itu. Tidak ada barang tergeletak percuma maupun benang tersampir berantakan.Meski menghabiskan seluruh waktu yang dimiliki dunia, Mae tidak mungkin bisa menebak kalau hobi Ash adalah merajut. Tidak cocok. Poppy masih bisa diterima, tapi sulit membayangkan Ash terlibat dengan dunia rajutan. “Keluar
Read more

Aku Tampan Untukmu?

“Mae? Ada apa?”Ash meraih pipi Mae, untuk melihat keadaannya dengan lebih baik. Ia mengira mungkin Mae tiba-tiba mengingat Daisy—dan merasa terpuruk, lalu menginginkan pelukan.“Tidak ada.” Mae mundur tapi kembali terbentur rak tentunya. “Jangan!” Ash yang maju mengejar—karena harus menahan rak itu agar tidak terhempas ke depan dan menimpa Mae. Rak itu tidak berat, hanya terbuat dari kayu pres yang ringan, karena memang Ash hanya memakainya untuk menyimpan hasil rajutan. Mudah sekali goyah.Gerakan yang murni tanpa niat lain, tapi kembali mengurung Mae dalam pelukan Ash. Malah lebih dekat sekarang, dengan kedua tangan ada di kedua sisi tubuh Mae.“Kau tidak terluka bukan?” tanya Ash sambil menunduk, bersamaan dengan Mae yang mendongak untuk mengambil napas—mencari udara segar untuk menjernihkan kepala.Tapi justru Mae disuguhi pemandangan bibir Ash yang terlalu dekat, sampai hembusan napasnya saja menggelitik pipi Mae.Sudah pasti Mae hanya bisa membeku, meski seluruh tubuhnya sepe
Read more

Aku Menemukan Pria yang Aman

“Kau terganggu oleh ketampananku? Ini juga kemajuan. Kemarin kau hanya membahasnya sambil lalu,” kata Ash, sambil tersenyum dan kembali mendekati Mae.Menyandarkan tangannya pada rak, tidak sangat mengurung Mae, tapi tetap dekat. Ash hanya tinggal menunduk dan bisa melihat kepanikan Mae yang sejak tadi dilewatkannya. Itu sangat baru, dan tentu Ash ingin melihatnya lebih dekat.“Well, kau memang tampan. Semua orang bisa melihatnya!” sergah Mae, menunduk dan memainkan syal yang ada di lehernya. Mae terkurung, sangat sadar tapi anehnya tidak merasa takut. Tubuhnya tidak gemetar, ataupun merasa perlu menjauh.“Aku tahu itu. Tapi sejak kapan kau mulai merasa kalau ketampananku mengganggu—tunggu! Apa karena ini kau selalu melarangku tersenyum? Itu…”“Tidak perlu dibahas! Pokoknya jangan tersenyum sembarangan!” sergah Mae, sambil berusaha menyingkirkan tangan Ash yang ada di samping kepalanya, tapi tangan itu tidak bergeming. “Aku akan tersenyum saat ingin tersenyum, Mae,” balas Ash. Ia ti
Read more

Aku Jatuh Cinta Bukan?

Mae mengelus perlahan tangan Ash. Ia tidak punya alasan khusus menceritakannya, tapi lidahnya mengucap dengan ringan hal yang bahkan tidak pernah diceritakannya pada Lynch. “Mama Carol menjemputku pulang setelah keadaanku lebih baik Katanya aku tidak perlu kembali ke sana lagi. Sepertinya Monster itu sudah bosan padaku, karena beberapa minggu setelahnya, ada surat pengesahan perceraian, dan uang banyak untukku. Setidaknya rasa sakit itu tidak percuma.” Mae tersenyum, teringat betapa lega hatinya saat membaca surat dan uang di rekeningnya. Hampir mati itu tidak sia-sia dan bisa menyelamatkan Daisy. Mae setelah itu tidak punya keinginan untuk tahu dengan lebih detail. Tidak melihatnya lagi saja sudah cukup. “Siapa…” Ash mencengkram pinggiran rak yang ada di belakang Mae dengan amat kuat, agar tidak memperlihatkan amarahnya pada Mae. Bayangan Mae yang merintih kesakitan dan memohon ampun, cukup sebagai alasan untuk meremukkan tengkoraknya. Semakin banyak mendengar tentang monster i
Read more

Aku Hanya Jujur

“It hurts… Hurt…” (Sakit) Mae menepuk punggung Ash, karena pelukan itu terlalu erat. Tubuhnya sampai nyaris saja terangkat dari lantai.“Maaf… Astaga! Maafkan aku.” Ash pastilah langsung panik, dan memeriksa keadaan Mae sambil memutar tubuhnya.Mae baru saja menyebut dirinya tidak akan menyakiti, tapi tidak sampai semenit kemudian, sudah mengeluh.“Apa sangat sakit? Aku tidak sengaja… Maaf. Aku hanya sangat bahagia. Sungguh. Maafkan aku.”Mae tidak mengatakan apapun, karena sedang kembali takjub sambil memandang Ash. Kali ini Ash memang membuatnya sakit, tapi tidak sedikitpun tumbuh rasa takut dalam hatinya. Mae malah ingin tertawa saat melihat Ash terus mengulang permintaan maafnya. Tampak lucu saat melihatnya panik luar biasa.“Ash, aku baik-baik saja.” Mae menghentikan kepanikan Ash dengan sentuhan di pipinya.“Maaf, aku tidak…”“Aku tahu. Tenanglah.” Mae menyela, ia tidak suka melihat rasa bersalah yang terlihat nyata di wajah Ash.“Sebelum sakit itu—aku juga mungkin merasakan ha
Read more

Karma Untuk Aku

“Ya. Aku percaya karena tidak punya alasan untuk tidak percaya. Kau berbohong tapi untukku.” Mae meraih telunjuk Ash yang menekan ujung hidungnya karena kesal. Ash bukan tidak pernah berbohong, tapi Mae tidak akan buta juga dan menampik kalau kebohongan itu ada karena keadaan dirinya sendiri yang tidak normal. “Kalau saat itu kau datang dan menjelaskan semua tujuanmu, aku akan pergi. Tidak perlu berpikir, aku akan pergi sejauh mungkin,” kata Mae, sambil membayangkan bagaimana ia mengucap ‘tidak mau’ dengan tegas saat Ash menawarkan pernikahan. Mae akan lebih tidak mau lagi kalau Ash menawarkan pertolongan begitu saja. Meski dengan penjelasan latar belakang mereka pernah bertemu saat kecil, Mae akan tetap benci dikasihani. “Aku awalnya ingin lebih normal. Menawarkan pekerjaan, tapi tidak yakin kau menerima,” kata Ash. “Memang tidak. Gajinya tidak akan cukup untuk menopang Daisy.” Mae bukan tidak pernah berpikir untuk bekerja dengan normal setelah berpisah dari monster itu, tapi ap
Read more

Aku Harus Meninggalkan Siapa?

“Jangan berhenti! Parker akan semakin marah!” Ian menegur saat menyadari Ash tidak lagi berjalan sejajar di sampingnya. Tertinggal di belakang karena memeriksa pesan yang baru saja masuk. Ash bermaksud mengabaikan, tapi itu pesan dari Stone.“Sebentar.” Ash harus membacanya.[Terjadi. Kasusnya akan melibatkan Jones. Siapkan saja tuntutan yang Anda inginkan.]Pesan Stone hanya membahas inti tanpa basa-basi, sudah benar—dan isinya pun menggembirakan, tapi membuat Ash mengumpat lagi. Waktunya tidak tepat. Parker memanggil mendadak saat tengah malam berarti ada penugasan tidak terduga. Ash sudah bisa menebak. Ia juga belum bicara pada Mae mengenai hal itu. Tidak ada waktu.“Kau tidak usah ikut tugas yang ini,” kata Ash, setelah menyusul Ian lagi.“Hah?” Ian yang ganti berhenti berjalan.“Tapi kenapa? Apa kau tidak membutuhkanku? Aku sudah membaca detailnya dan kau membutuhkanku. Akan ada penyusupan bukan?” Ian tidak terima ditinggalkan. Ia punya keahlian yang dibutuhkan untuk tugas itu.
Read more

Kenapa Aku Harus Mengenalnya?

Mae menaikkan handuk, lalu melangkah keluar kamar karena mendengar suara orang bicara. Ash tentunya. Mae baru saja selesai mencuci rambut—karena memang belum sempat melakukannya semenjak dari Bakewell. “Kau sudah pulang?” Mae membuka pintu, tapi lalu berhenti melangkah. Ada wanita asing berdiri bersama Ash. Kejutan yang amat sangat. Untuk Ash juga karena ia tampak terperanjat. “Mary? Kau belum tidur?!” Ash tentu mengira Mae sudah tidur, karena saat ini dini hari. “Memang kenapa kalau aku belum tidur?” Mae mengernyit. Tidak bisa menyembunyikan rasa tidak suka atas pertanyaan itu. Ash mengesankan ia berharap Mae tidur, agar bisa membawa wanita lain masuk ke apartemennya. Mae ingin percaya pada Ash, tapi mustahil tidak curiga. “Kau marah?” Ash tidak tahu sebabnya, tapi nada suara Mae cukup mewakili, “Tidak.” Mae tidak mau membuat keributan di hadapan wanita lain. “Aku ingin berpamitan,” kata Ash. Ia memang akan membangunkan Mae rencananya, tapi setelah mengirim Ella pergi. Ia tida
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
44
DMCA.com Protection Status