“Kau terganggu oleh ketampananku? Ini juga kemajuan. Kemarin kau hanya membahasnya sambil lalu,” kata Ash, sambil tersenyum dan kembali mendekati Mae.Menyandarkan tangannya pada rak, tidak sangat mengurung Mae, tapi tetap dekat. Ash hanya tinggal menunduk dan bisa melihat kepanikan Mae yang sejak tadi dilewatkannya. Itu sangat baru, dan tentu Ash ingin melihatnya lebih dekat.“Well, kau memang tampan. Semua orang bisa melihatnya!” sergah Mae, menunduk dan memainkan syal yang ada di lehernya. Mae terkurung, sangat sadar tapi anehnya tidak merasa takut. Tubuhnya tidak gemetar, ataupun merasa perlu menjauh.“Aku tahu itu. Tapi sejak kapan kau mulai merasa kalau ketampananku mengganggu—tunggu! Apa karena ini kau selalu melarangku tersenyum? Itu…”“Tidak perlu dibahas! Pokoknya jangan tersenyum sembarangan!” sergah Mae, sambil berusaha menyingkirkan tangan Ash yang ada di samping kepalanya, tapi tangan itu tidak bergeming. “Aku akan tersenyum saat ingin tersenyum, Mae,” balas Ash. Ia ti
Read more