Semua Bab SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Bab 101 - Bab 110

433 Bab

Aku Akan Membantu

“What the… Aku kira kau bercanda tadi.” Ian menggeleng tidak percaya, sambil mengangkat tubuh Ash yang terpuruk di dekat meja. Mabuk. “Aku juga tidak, sampai temanku menunjuk tadi.” Ella menjelaskan, sambil menatap Ash yang benar-benar terkulai tidak sadar. Bahkan saat Ian memapah—separuh menyeret, Ash masih tidak sadar. “Apa dia datang ke sini sendiri?” tanya Ian, pada Ella yang mengikutinya. Ella yang memberi info keberadaan bar yang tidak jauh dari base mereka, Ian berharap ia punya info lebih. Tapi Ella menggeleng. “Aku melihatnya sudah setengah sadar, baru kemudian menghubungimu setelah pingsan. Aku mencoba mengajak…”“Sudah benar kau menghubungiku.” Ian memotong, tidak ingin memberi ide lebih pada Ella. “Aku hanya ingin membantu.” Ella mengernyit, sedikit tersinggung karena Ian terdengar kejam. “Aku tahu, tapi kalau niatmu tidak murni lebih baik jangan. Ash—off limit. Itu saja yang bisa aku ceritakan. Ia tidak akan membalas perasaanmu.” Ian sebenarnya bukan bersikap kurang
Baca selengkapnya

Aku Terhibur

“What the…”Mae mengernyit. Ia bangun cukup siang, dan tentu tercengang mendapati ada dua puluh empat pesan dari Ash di ponselnya, dan semua foto.“Apa…” Mae takjub saat melihat berbagai pose ajaib dari Ash yang terkirim.“Apa ini ancaman?” Mae sekarang bingung membaca pesan—yang memang terdengar seperti separuh ancaman dan permohonan dengan kalimat berlebihan.Sudah terlalu aneh. Setelah berhari-hari Ash tidak bersuara—atau mengirim pesan, tiba-tiba membombardir dirinya dengan pesan antik yang membingungkan. Bukannya berusaha menjelaskan.“Apa… Pfft!” Mae menutup mulut. Menahan tawa, karena baru saja sampai pada foto Ash dengan jari telunjuk menancap di lubang hidung. Seperti orang yang sedang mencari kotoran hidung. Itu sudah melebihi keanehan, sampai Mae sedikit lupa kalau ia tidak seharusnya tertawa melihat Ash.Untungnya Mae cepat ingat dan langsung memajang wajah datar sambil mendecak, tapi beberapa detik kemudian kembali harus terkikik geli, karena tiba-tiba harus melihat Ash y
Baca selengkapnya

Aku Sedikit Berterima Kasih

“Kemana? Ada apa?” Ian kebingungan melihat temannya bergegas keluar dari barak, memakai baju yang dipakai untuk berlatih bela diri tangan kosong—bukan seragam lengkap. Hari ini bukan jadwal mereka untuk latihan bela diri. “Mayor Cooper meminta kita berkumpul di sana, latihan khusus. Cepatlah! Wajahnya menyeramkan!” Keterangan yang membuat Ian mengumpat, tapi dengan bergegas membuka pakaian. Firasatnya buruk. Tapi tidak punya waktu untuk menimbang, kalau ia terlambat berkumpul, sudah pasti akan mendapat hukuman juga. Ian berlari bersama yang lain dan mendapat barisan paling belakang, Ash sudah menunggu—berdiri di atas matras tipis berwarna kehijauan—dan memandang mereka semua dengan wajah datar. “Pagi.” Ash menyapa, terdengar ramah, tapi tidak ada yang tertipu lagi. Semakin ramah sapaan Ash, biasanya semakin keji latihan yang mereka lakukan. “Hari ini, aku akan mengadakan latih tanding. Sudah lama kita tidak melakukannya. Bagaimana? Usulanku bagus bukan?” “Bagus, Sir.” Jawaban t
Baca selengkapnya

Aku Punya Masalah Lain

Mae mengikat rambut, lalu memandang semua peralatan membuat kue yang sudah dikeluarkannya. Mae akhirnya bergerak, dan berniat keluar dari kamarnya khusus untuk melakukan sesuatu. Sebelumnya, ia hanya bergerak saat membutuhkan toilet. Makan saja beberapa kali Daisy yang mengantarnya ke kamar. Hal yang akhirnya membuat Mae bergerak sendiri untuk mengambil makan. Ia tidak ingin membuat Daisy repot mengantar setiap kalinya. Bujukan mama Carol yang menyuruhnya makan tidak berhasil, tapi Daisy yang maju bisa membuat Mae bergerak. Mae akan membuat kue tentu. Memilih kegiatan yang paling disukainya untuk meningkatkan moodnya. “Oke, kita mulai.” Mae meraih telur dan mulai memecahkannya satu persatu. Mae tidak akan membuat sesuatu yang rumit, Karena peralatan membuat kue di rumah itu terbatas. Mae jarang membuat kue di sana—lebih sering membuatnya diluar dan membawanya pulang seperti oleh-oleh. Mae akan kembali ke Reading besok—karena sudah terlalu sore saat ini—sebelum Ash tiba-tiba me
Baca selengkapnya

Aku Menjijikkan?

Dex melihat cukup jelas, tapi tentu berpura-pura tidak melihat dan melanjutkan penjelasannya sepanjang mungkin. “Dan bukan hanya ayahku. Ada beberapa pria tua yang terjerat olehnya. Aku kurang tahu siapa saja, tapi banyak penduduk Bakewell yang tahu. Ia sangat terkenal di kota ini—dengan alasan yang salah tentu. Ia lebih terkenal sebagai pelacur.” Dex bahkan tidak memilih kata yang lebih halus, menyebut jelas untuk efek yang maksimal. “Aku… aku tidak tahu.” Daisy terbata. Ia tidak mencoba berpura-pura tidak mengenal Mae. Daisy sedang heran karena sama sekali tidak pernah mendengar hal ini. Tapi memang tidak mungkin mendengar karena Daisy hanya menghabiskan waktu di rumah dengan buku dan Mama Carol. Ia tidak punya teman maupun pergaulan. Daisy tidak akan tahu seperti apa Mae di luar rumah. “Benarkah? Wah, kau banyak ketinggalan berita.” Dex masih berpura-pura tidak melihat pukulan yang diterima Daisy, dan meneruskan. “Semua di lingkungan kami tahu siapa Mae. Dia akan langsung menca
Baca selengkapnya

Aku Akan Menemukanmu

“Hei! Kau tak punya mata?!” Celaan kasar terdengar dari sopir taksi yang terpaksa membanting stir. Menghindari Mae yang mendadak oleng ke arah jalan. Mae punya mata, tapi tidak dipakai memang. Mata Mae terbuka tapi tidak berfungsi—menatap kosong. Ia berjalan sejak tadi, tapi tidak mencari tujuan memakai mata. Mae hanya melangkah bebas, tidak tahu kanan atau kiri, apalagi utara selatan. Mae ingin menjauh dari suara Daisy Ingin bebas dari hinaan yang menyakitinya. Mae tidak tahu sudah berapa lama telah berjalan, atau seberapa jauh. Ia akan berhenti saat suara Daisy tidak terdengar lagi. “Hei! Apa kau mabuk?” Mae melewati pintu bar ramai. Beberapa pria yang keluar dari sana, melihatnya berjalan tanpa jiwa. Kurang lebih mirip seperti orang mabuk, terutama melihat tas yang terseret dan kakinya yang tanpa sepatu. Kaus kakinya sudah sangat kotor dan hitam. Mae beberapa kali melewati kubangan tanpa peduli basah atau lumpur. “Sepertinya iya.” Ada tiga orang yang menatap Mae, dan sekarang
Baca selengkapnya

Aku Akan Mendengar

Ash menekan ikon ponsel merah untuk memutuskan panggilan sambil mengeluh, karena Mae tidak menjawab. Ia berulang kali mencoba menghubungi Mae, tapi tidak ada yang terjawab.Kalau alasannya hanya marah yang kemarin, Ash masih bisa paham, tapi Ash yakin alasannya lebih dari itu. Pergerakan Mae sangat aneh selama beberapa jam terakhir, dan semakin membingungkan. Kecepatan rendah—tidak memakai mobil, dan arahnya random. Sama sekali tidak terlihat normal. Karena itu Ash berusaha menghubungi—terutama setelah melihat titik Mae keluar dari area rumah sakit. “Mae?!” Ash berseru memanggil, berharap mendapat jawaban. Ash sudah sejak tadi memarkir mobil dan memilih berjalan, karena jalan yang dilalui Mae memang tidak bisa diprediksi. Kadang hanya gang yang tidak bisa dilalui mobil.Menurut titik, seharusnya Mae ada di sekitar situ, tapi gang dan jalan berkelok yang asing membuat Ash beberapa kali salah berbelok dan tidak menemukannya.Atau ia salah membayangkan keadaan Mae. Ash membayangkan Mae
Baca selengkapnya

Aku Jatuh Cinta Dengan Mudahnya

Mae ingat ia masih menangis di mobil, tapi yang berikutnya kabur. Kini ia mendapati tubuhnya berayun, tapi hangat. Pasti bukan lagi di mobil. Mae tidak ingin membuka mata tapi tidak mau kenyamanan itu terputus. Dan Mae mengerang memprotes, saat kehangatan yang sejak tadi melingkupinya, mendadak hilang. “Mae? Kau bangun?” Bisikan lembut yang akhirnya memaksa Mae membuka mata. Asing sekali—yang tidak asing hanya Ash yang tampak menunduk di atasnya, memandang dengan khawatir. “Tunggu sebentar.” Ash berlalu, sementara Mae mencoba untuk duduk. Ingin mengenali keadaan. Ia tadi berbaring, tapi bukan di atas ranjang kamarnya yang terbuat dari kayu dengan bentuk kuno. Seirama dengan barang lain di rumah tua Ash. Ranjang yang ditempatinya adalah ukuran king size lebar dengan pegas yang masih kuat. Memantul lembut saat Mae bergeser. Bed covernya juga bukan lagi hasil jahitan tangan—kemungkinan oleh nenek Ash—tapi jenis kain lembut yang tebal, mahal juga pasti. Mae masih tidak bisa meneba
Baca selengkapnya

Aku Akan Membalas Semuanya

Ash melepaskan tangan Mae dari pinggangnya dengan amat perlahan, agar tidak terbangun. Tentu saja Mae tertidur pulas setelah menangis sebanyak itu. Ash juga sebenarnya sudah nyaris tertidur, tapi pikiran tentang anak tiri setan itu membuatnya terjaga. Ada yang harus dilakukan.Ash turun dari ranjang, menjauh menuju teras kamarnya sambil membawa ponsel. Ada dua orang yang harus dihubungi, Ash memilih Stone.“Malam sekali. Apa ada kejadian buruk mendadak? Atau ada perkembangan antara A, B dan C?” Stone menjawab dengan suara beratnya yang biasa.“Tidak. ABC nanti dulu.” Ash melirik Mae. Ia tidak bisa melakukan apapun tentang keanehan itu saat ini. Beban Mae sudah cukup banyak.“Aku hanya ingin bertanya apakah penawaran yang kemarin masih berlaku? Tentang dokter forensik yang melakukan otopsi itu,” tanya Ash.“Oh? Apa Anda berubah pikiran?” Stone langsung terdengar girang.“Mungkin, aku harus bertanya dulu. Tapi penawaran itu masih ada bukan?” Ash ingin memastikan sebelum bicara lagi pada
Baca selengkapnya

Aku Membawamu Terbang Dulu

“Minggir!” “What… Hm?” Mae mengangkat kepala, kebingungan oleh perintah yang baru saja menembus otaknya. Mae mengusap matanya yang pedas—dan tentu masih berat dan bengkak—untuk mencari siapa yang baru saja memintanya minggir. Tapi tidak ada siapapun di depannya.Mae tidak ingat kapan dirinya tertidur, tapi ia belum berpindah dari kamar mewah di tempat asing itu. Tapi mungkin masa tinggalnya sudah berakhir, karena Mae mendengar dengan sangat jelas ada yang menyuruhnya menyingkir. “Melompat sekali lagi…” Mae berpaling, dan langsung menangkup bibirnya dengan tangan—menahan tawa, karena ternyata perintah itu berasal dari Ash yang mengigau. “Oh?” Mae menurunkan tangannya, saat lebih sadar oleh kenyataan kalau Ash tertidur di sampingnya. Pria itu benar-benar tidur, bahkan dengan tangan yang menumpang di pinggang Mae. Pria sopan yang biasa meminta izin untuk menyentuh, tiba-tiba berada di ranjang yang sama dengannya. “Ahh… Aku yang meminta.” Mae mendesah, teringat kalau tadi malam/pagi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
44
DMCA.com Protection Status