Ash awalnya tidak mengindahkan, tapi tangan itu bergerak memaksa Ash menerima, tidak peduli pada perbedaan ukuran tubuh.Ash akhirnya menerima, tapi tetap memakai tangannya sendiri untuk duduk. Penerimaan itu hanya formalitas agar tidak membuat kecewa.Akhirnya Ash bisa melihat wajah ‘penolongnya’, polos, dengan mata berbinar, tersenyum, memamerkan giginya yang tidak lengkap. Rambutnya berantakan, dan jelas baru saja bermain seharian di bawah matahari.“Aku Mary.” Gadis itu tersenyum lagi dengan cerah.“Kau siapa?” tanyanya.“Ashton Payne.” Ash tidak biasanya berminat berkenalan dengan siapapun penghuni lain rumah adopsi, tapi senyum itu terlalu murni untuk ditolak.“Apa sakit? Ini, agar kau tidak sakit.” Tangan Mary yang tadi menolongnya, terulur lagi dengan lollipop berwarna pink di tangannya.“Ini simpananku, tapi untukmu saja.” Penawaran manis, tapi Ash menolak dengan gelengan. Ash tidak merasa perlu permen tentu.Lagi, tangan itu memaksa, terus terulur dan menggoyangkan permen it
Read more