Home / Romansa / Kehamilan yang Kusembunyikan / Chapter 371 - Chapter 380

All Chapters of Kehamilan yang Kusembunyikan: Chapter 371 - Chapter 380

750 Chapters

Bab 371

"Baik, tiga gelas cokelat panas. Mohon ditunggu sebentar. Bapak bisa menunggu sambil duduk dulu.""Oke."Hasan melihat-lihat dan menemukan sebuah tempat di sebelah jendela. Dia pun membawa kedua anak kecil itu ke sana."Ayo, ikut Paman Hasan ke sana."Maya cepat-cepat berlari ke depan dan memegangi baju Hasan.Hasan menunduk dan melihat sebuah tangan merah mudah yang kecil memegangi bajunya. Tangan itu sangat kecil, bahkan tidak sampai sepertiga tangannya sendiri.Meskipun kecil, tangan itu memegang bajunya dengan erat-erat.Hasan, seorang pria yang besar dan kekar, dalam sekejap merasa hatinya menjadi lunak.Pantas saja banyak orang yang menyukai anak kecil.Jadi dia pun melambatkan langkahnya supaya Maya dapat mengikutinya. Kemudian, dia memandang Satya.Anak laki-laki masihlah anak laki-laki. Satya dengan hati-hati menjaga jaraknya. Anak laki-laki itu berjalan di samping adiknya dengan wajah serius, seperti orang dewasa kecil.Sejak diperingati oleh Rizki tadi, Cahya tidak berani un
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

Bab 372

Wanita itu tertegun dan seketika mengerti. "Kalau begitu jagalah dirimu baik-baik, ya.""Terima kasih." Alya memaksakan sebuah senyum pucat untuk berterima kasih padanya.Setelah keluar dari toilet, Alya melihat sebuah pintu keberangkatan di depannya. Dia pun berjalan ke sana dan menemukan sebuah kursi. Kemudian dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan pada Hasan: "Pak Hasan, apa kalian sudah di pintu keberangkatan?"Ketika menerima pesan Alya, Hasan sudah cukup lama menunggu di dalam kafe tersebut. Dia masih belum menerima tiga gelas cokelat panasnya, sehingga dia pun mulai agak tidak sabar.Bukankah efisiensi toko ini terlalu rendah?Tepat pada saat itu, Hasan menerima pesan dari Alya.Hasan refleks membalas, "Kami berada di dalam kafe barusan ....""Pak, tiga gelas cokelat panasnya sudah siap."Hasan belum selesai mengetik balasannya ketika pelayan kafe tersebut memanggilnya."Oke." Hasan terpaksa menyimpan kembali ponselnya. Dia memegang kembali koper-kopernya, lalu
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

Bab 373

Kebetulan yang menelepon adalah rekan kerja sama bisnis yang tadi.Ketika percakapan mereka kurang lebih telah selesai, Rizki langsung menutup teleponnya begitu saja. Menyerahkan semua sisa urusannya pada Cahya.Cahya hanya bisa menangani sisa urusan tersebut dengan pasrah. Akan tetapi, dia masih memikirkan kedua anak kecil yang dia lihat barusan.Setelah memikirkannya dengan hati-hati, Cahya memutuskan untuk mengambil risiko dan berkata pada Rizki, "Itu ... Pak Rizki, barusan aku melihat dua anak kecil."Sebelum dia selesai berbicara, RIzki sudah memberinya tatapan peringatan.Menerima tatapannya, Cahya hanya bisa melanjutkan dengan enggan, "Kedua anak itu sepertinya adalah anak-anak yang biasanya kamu tonton siaran langsungnya."Rizki tertegun dan berhenti mengemasi tas kerjanya.Kemudan, dia tiba-tiba mendongak."Apa katamu?"Cahya menggaruk kepalanya dengan canggung. "Aku nggak yakin, lagi pula aku hanya melihat wajahnya dari samping. Tetapi kedua anak itu sangat mirip, mereka sepa
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

Bab 374

Menggunakan kesempatan tersebut untuk bertemu?Sebenarnya Rizki sendiri tidak mengerti kenapa dia begitu menyukai kedua anak itu, mungkin karena senyum mereka terlalu menyilaukan.Melihat mereka bagaikan melihat cahaya matahari.Cerah, lucu, bersemangat, juga penuh dengan kehidupan.Mereka benar-benar berbeda dari dirinya yang berada di dalam kegelapan.Dia penuh dengan kebencian dan ketidakpedulian. Sifatnya buruk, selain itu dia juga sulit untuk didekati.Namun, ini adalah hal yang aneh. Di mata orang lain dia mungkin terasa seperti seseorang yang memiliki masalah, kenapa dia bisa menyukai kedua anak ini tanpa alasan?Dengan memikirkan hal tersebut, Rizki pun memejamkan matanya. Dia berkata dengan suaranya yang berat, "Nggak usah."Menonton mereka melalui ponsel saja sudah cukup.Kedua anak itu hidup dengan amat bersemangat, menandakan bahwa mereka hidup di lingkungan yang baik. Dia hanya seorang penonton yang mendapat sedikit kehangatan melalui siaran langsung mereka. Jadi, dia tida
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

Bab 375

"Nggak, nggak usah."Alya menolaknya dengan berkata, "Benar-benar nggak usah, Pak Hasan."Namun Hasan masih memaksa. "Nona Alya, aku cukup kuat untuk mendorongmu sambil membawa koper-koper ini."".... Kalau kamu bersikeras ingin mendorong, Maya, kamu saja yang duduk di atas koper. Biarkan Paman Hasan mendorongmu.""Oke, Mama."Maya adalah anak yang pintar. Begitu mendengar ucapan Alyya, dia segera memanjat ke atas koper. Dia kurang bisa memanjatnya, sehingga dia mengulurkan tangan kecilnya pada Hasan dan berkata dengan suara lembut, "Paman Hasan, tolong Maya."Hasan refleks mengulurkan tangannya dan membantu Maya duduk di atas koper.Setelah Maya duduk, Hasan baru menyadari sesuatu."Nggak, Nona Alya, maksudku adalah ....""Maya sudah capek jalan. Jadi Pak Hasan, tolong dorong dia ya. Satya, bawa koper kecilmu ke sini dan bawa sendiri.""Oke."Kedua anak kecil itu sangat menurut pada Alya. Apa pun yang Alya katakan, mereka berdua akan melakukannya.Pada akhirnya, Hasan pun hanya bisa m
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

Bab 376

"Pak Rizki, untuk kali ini aku sungguh minta maaf. Ini kelalaianku. Aku juga nggak menyangka penerbangan ini akan penuh."Mendengar perkataan asistennya, langkah Rizki tiba-tiba terhenti. Tatapannya tampak setajam pisau."Cahya, kalau hal ini terjadi lagi, kamu bisa langsung pergi.""Baik, baik. Nggak akan terjadi lagi, Pak Rizki. Aku berjanji. Kali ini adalah kecelakaan."Setelah naik ke pesawat, karena sudah menjadi kebiasaan, Rizki langsung berjalan ke arah kursi kelas satu."Selamat datang."Seorang pramugari menyambut para penumpang pesawat. Saat pandangannya jatuh pada Rizki, seketika matanya berbinar."Pak, tiketmu ...."Begitu pramugari itu berbicara, Cahya yang berada di belakang Rizki segera memberikan tiket mereka.Sang pramugari menerima tiket tersebut dan melihatnya. Kemudian, dia menghentikan Rizki yang sedang berjalan ke arah kabin kelas satu. "Maaf, Pak. Kursi Anda di sebelah sini."Langkah Rizki seketika berhenti.Sang pramugari tersenyum dengan ramah dan mengarahkanny
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

Bab 377

Begitu memasuki area kelas satu, mata Cahya segera memindai tempat tersebut, berharap ada seseorang yang bersedia untuk bertukar kursi.Akhirnya, dia menargetkan seorang pria paruh baya."Permisi, Pak."Cahya menghampiri pria tersebut dan langsung memberikan kartu namanya.Pria paruh baya itu tertegun. Namun saat melihat kartu nama Cahya, dia menunjukkan senyum terkejut."Pak Cahya?"Cahya pun terkejut dan bingung."Kamu mengenalku?""Kenal. Pak Cahya, aku Manajer Bima dari Perusahaan Pranata. Waktu itu kita pernah bertemu."Cahya memandang pria dengan wajah kotak, mata kecil, serta hidung pesek di depannya. Dia berusaha mencari-cari di dalam ingatannya, tetapi dia tidak ingat kalau dia pernah menemui pria ini.Melihat ekspresi Cahya yang tampak tidak mengingatnya, Bima sama sekali tidak keberatan. Dia hanya mengetuk hidung Cahya dan berkata, "Nggak apa-apa, Pak Cahya. kamu adalah orang yang sangat sibuk, wajar saja kalau kamu nggak mengingatku."Cahya hanya bisa mengangguk"Omong-omon
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more

Bab 378

"Haha, ternyata memang Pak Rizki. Pantas saja orang-orang selalu berkata bahwa Pak Rizki memiliki aura yang kuat."Cahya segera menjelaskan pertukaran kursi tersebut pada Rizki. Rizki meliriknya dengan dingin, lalu langsung melangkah pergi.Bima hanya bisa cepat-cepat memberikan jalan padanya.Setelah Rizki pergi, Bima segera menatap ke arah Cahya."Pak Cahya, bagaimana kalau kita bertukar kontak?"Cahya tak bisa berkata-kata.Karena dia telah berutang budi, dia pun terpaksa mengeluarkan ponselnya dengan pasrah....Rizki pergi ke kursi yang telah dia tukar dengan Bima.Setelah duduk, ekspresinya masih tampak suram. Aura di sekelilingnya sangat dingin hingga orang-orang pun meliriknya.Bertukar kursi di pesawat adalah hal yang lumrah. Selama penumpang itu sendiri bersedia, para pramugari tidak akan ikut camput.Apalagi, penampilan Rizki tampak seperti seseorang berjabatan tinggi. Ketika sang pramugari melihatnya bertukar kursi, pramugari tersebut langsung menghampirinya dan bertanya, "
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more

Bab 379

Lagi pula, kalau Irfan ingin mendapatkan Alya, Irfan pasti bisa menggunakan cara lain untuk mencegah kedua anak ini lahir.Selama dia mau melakukannya, pasti selalu akan ada jalan, 'kan?Namun tidak, selain kedua anak ini lahir dengan selamat, Irfan juga memperlakukan mereka layaknya anak sendiri. Kasih sayang Irfan terhadap Alya juga masih tetap sama.Sebagai seorang pria, Hasan berpikir meskipun dirinya mati, dia tidak akan memiliki toleransi seperti itu.Akan tetapi, sekarang begitu dia mengenal kedua anak ini ....Hasan merasa dia tidak perlu mati. Sepertinya dia ... juga cukup toleran.Lagi pula, siapa yang tidak akan menyukai anak-anak segemas, sepatuh dan sesopan ini!!Sebelumnya, Hasan merasa apa yang dilakukan Irfan adalah sia-sia. Namun sekarang, dia merasa sangat cemburu padanya.Ketika dia sedang tenggelam dalam pikirannya, Maya tiba-tiba mendongak memandangnya dan berkata, "Paman Hasan, aku mau ke toilet."Hasan tercengang.Ah, bukankah anak ini baru saja ke toilet sebelum
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

Bab 380

Mata Maya cerah dan jernih.Rizki pun terkesiap.Apa dia sedang berhalusinasi?Jika tidak, bagaimana bisa gadis kecil yang hanya bisa dia lihat melalui siaran langsung di ponselnya sekarang muncul di hadapannya?Ketika dia sedang bertanya-tanya apakah pemandangan di depannya sungguhan atau tidak, gadis kecil di depannya memiringkan kepala dan berkata dengan suara yang manis, "Paman, wajah Paman sangat tampan!"Rizki tercengang.Suara kecil yang manis ini ....Persis sama dengan suara yang telah dia dengarkan berkali-kali di siaran langsung.Kecuali, sekarang suaranya terdengar lebih nyata dan lembut."Maya?"Rizki mengatupkan bibirnya, dia hampir secara tidak sadar menyebut nama gadis kecil ini.Mata gadis kecil tersebut pun berbinar."Paman kenal Maya?"Melihat bahwa pria ini dapat memanggil namanya, Maya pun tampak menjatuhkan segala pertahanannya terhadap Rizki. Gadis kecil itu tidak lagi berdiri di tempat dan mulai melangkah kecil ke depan Rizki."Paman, Paman mengenal Maya, tapi k
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more
PREV
1
...
3637383940
...
75
DMCA.com Protection Status