"Van, kurir pertama udah jalan nih. Kamu siap-siap, ya!"Kevan menerima panggilan telepon dari Deyan. Kevan bangun lebih awal. Dia sudah tidak sabar melihat pertunjukan pagi ini yang akan penuh kejutan. "Oke," sahut Kevan. "Thanks."Kevan sudah rapi. Senyumnya merekah. Dia berdiri di depan cermin besar. "Tamat riwayat kamu, Gibran! Tamat riwayat kamu, Paman Ken!"Tok! Tok! Tok! "Tuan Kevan, apa Anda udah rapi?" Suara Ziyad membuat Kevan tambah semangat. Dia berjalan dengan cepat menuju pintu kamarnya. "Ayo, Ziyad! Jangan sampai telat."Ziyad memicingkan mata. "Anda tampak beda pagi ini, Tuan.""Nggak. Sama aja, Combro," balas Kevan. Mereka berjalan menuju tangga. Kevan bersiul sepanjang jalan menuju ruang makan. "Tuan, jangan kayak gitu! Nanti mereka curiga."Kevan senyum-senyum. "Aku tahu," jawabnya. "Selamat pagi, Tuan Kevan," sapa Rafiq begitu Kevan tiba di ruang makan. Kevan mengangguk begitu Rafiq membungkuk di hadapannya. Seperti biasa, dia tidak berkata apapun.Semua o
Baca selengkapnya