Semua Bab Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya : Bab 71 - Bab 80

370 Bab

71. Hiruk-pikuk di Ruang Makan

"Van, kurir pertama udah jalan nih. Kamu siap-siap, ya!"Kevan menerima panggilan telepon dari Deyan. Kevan bangun lebih awal. Dia sudah tidak sabar melihat pertunjukan pagi ini yang akan penuh kejutan. "Oke," sahut Kevan. "Thanks."Kevan sudah rapi. Senyumnya merekah. Dia berdiri di depan cermin besar. "Tamat riwayat kamu, Gibran! Tamat riwayat kamu, Paman Ken!"Tok! Tok! Tok! "Tuan Kevan, apa Anda udah rapi?" Suara Ziyad membuat Kevan tambah semangat. Dia berjalan dengan cepat menuju pintu kamarnya. "Ayo, Ziyad! Jangan sampai telat."Ziyad memicingkan mata. "Anda tampak beda pagi ini, Tuan.""Nggak. Sama aja, Combro," balas Kevan. Mereka berjalan menuju tangga. Kevan bersiul sepanjang jalan menuju ruang makan. "Tuan, jangan kayak gitu! Nanti mereka curiga."Kevan senyum-senyum. "Aku tahu," jawabnya. "Selamat pagi, Tuan Kevan," sapa Rafiq begitu Kevan tiba di ruang makan. Kevan mengangguk begitu Rafiq membungkuk di hadapannya. Seperti biasa, dia tidak berkata apapun.Semua o
Baca selengkapnya

72. Hanya Seorang Transgender

'Mampus kamu Gibran!' seru Kevan kesenangan. Kevan melihat Gibran sedang mengunyah sandwich ikan tuna. Kevan sendiri mengambil tempe goreng tepung di hadapannya sambil menunggu Cinta membuka paketan. 'Cepat buka amplop coklatnya, Nek!' pinta Kevan dalam hati. Kevan berusaha untuk tetap tenang meskipun emosinya meluap-luap. "Apa mau saya bantu, Ma?" tanya Leon menawarkan bantuan. Cinta mengangkat tangan kanannya. "Oh, nggak usah," tolak Cinta. "Ini juga udah kebuka amplopnya."Kevan melihat Cinta membuka lebar-lebar amplop panjang tersebut. Dia memasukkan tangan kanannya ke amplop. "Apa ini?!"Cinta meraih sebuah dokumen yang cukup tebal. Dia membuka halaman depan dokumen tersebut."Ya, Tuhan! Prosedur operasi pergantian kelamin Rumah Sakit Elise Medical center, Cameroon Dome."Kevan berhenti mengunyah makanan. Dia melihat semua orang meletakkan alat makan mereka begitu mendengar suara Cinta. Gibran menatap lurus ke depan. Lalu, dia menatap Cinta yang masih membaca dokumen di ta
Baca selengkapnya

73. Sutradara

"Jawab saya, Gibran!" teriak Christian. "Kamu nggak tuli. Kamu juga nggak bisu. Tapi, kenapa diem aja?!"Gibran masih menundukkan kepala. Kedua kakinya gemetar hebat. Gibran memainkan jari-jari tangannya yang ternyata sama lentiknya seperti wanita. Brak!Christian kembali menggebrak meja. Gisele menutup kedua telinganya karena terkejut. Dia dan Magenta duduk di dua buah kursi kosong yang sejajar dengan kedua orang tuanya."Jawab, Gibran!""Iーitu benar, Kek," jawabnya membenarkan dugaan Christian. "Aーaku betah tinggal di Cameroon Dome."Semua orang kembali terkejut mendengar pengakuan Gibran. Kevan akhirnya menoleh ke Gibran yang duduk satu deret dengannya."Aku happy-happy dengan teman-teman waria dan transgender ku," ungkap Gibran berterus terang. "Mereka menerimaku apa adanya. Jadi, apa yang salah dengan semua itu?""Gibran!" teriak Ken. "Apa kamu sadar sama omonganmu barusan?!" tegur Ken. Dia merasa Gibran sudah sangat keterlaluan.Situasi di ruang makan menjadi sangat tegang. Ken
Baca selengkapnya

74. Saat Pembagian Otak, Kamu ke Mana?

"Kamu mau ke mana?" tanya Christian.Cinta berdiri. Dia menatap tajam ke arah Gibran. Ada aura mencekam yang dirasakan semua orang.Cinta berjalan memutari meja panjang menuju Gibran. Langkahnya teratur meskipun emosi merasukinya. "NeーNenek?"Gibran mendorong kursinya. Dia berdiri. Dia tahu, Cinta sedang berjalan ke arahnya.Plak!Satu tamparan keras mendarat di pipi kiri Gibran. Pria itu mematung. Kevan tidak berani membayangkan dirinya mendapatkan perlakuan yang sama seperti Gibran. Dia juga tidak berani menghentikan Cinta. Plak!Satu lagi, tamparan keras mendarat di pipi kiri Gibran. Pria itu tetap mematung. Semua orang menundukkan kepala, termasuk Ken dan Jessy. Jessy menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sedangkan Ken menunduk menatap sepatunya. "Cucu pembawa sial! Bisa-bisanya kamu kayak gini."Gibran menunduk. Dia membiarkan Cinta berbicara sesuka hati."Mana semua kartu dan kunci mobil kamu?!"Cinta menengadahkan tangan meminta semua fasilitas keluarga Hanindra yang dibe
Baca selengkapnya

75. Penghinaan

"Nek, Anda nggak salah usir aku dari sini?" tanya Gibran tidak percaya. "Kenapa Anda berubah, Nek? Dulu, Anda sayang banget sama aku."Bibir Gibran bergetar saat berbicara. Dia juga terlihat berantakan. Dia mengacak-acak rambut. Dia tidak beranjak juga dari ruang makan. "Jangan lupa, aku bisa naik ke posisi Manajer perencanaan karena beberapa proyek Dreamland berhasil goals."Christian menatap Gibran tajam. "Perlu saya beberkan catatan kriminal kamu di sini, Gibran? Perlu saya beberkan keuangan fiktif yang kamu dan orang-orang mu rancang?"Gibran tertegun. Ken sesak napas saat mendengar ucapan Christian. "Dulu, saya nggak tahu kalau kamu transgender. Sekarang, saya muak dan jijik sama kamu!"Kali ini, yang berbicara adalah Cinta. Dia melempar semua piala ke lantai. Ya, dia menghancurkan semua piala itu!Prang!"Jangan, Nek!" teriak Gibran.Tangan Gibran terulur. Gibran berlari ke tempat Cinta. Hatinya sedih. Kemudian, Gibran berjongkok. Dia menangis menatap serpihan piala sambil men
Baca selengkapnya

76. Bocah Tengil

"Bener ini alamatnya, Paman?!"Kevan berada di dalam mobil bersama Ken dan Jessy. Dia duduk di samping sopir. Dia menoleh ke belakang di mana Ken dan Jessy duduk berdampingan. Atas keinginan Cinta, Kevan ikut Ken dan Jessy pergi ke tempat di mana Gibran berada. Sekarang, mereka sudah tiba di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. "Kamu sekarang puas, kan?!" Bukannya menjawab, Ken justru bertanya balik pada Kevan. Jessy yang duduk di samping Ken pun menatap Kevan dengan sinis. "Apa maksudnya, Paman?" tanya Kevan tidak mengerti. "Puas kenapa?""Heh, bocah tengil!" seru Jessy kesal. "Kamu udah puas menyingkirkan Gibran dari keluarga Hanindra dan dari HHC, kan? Tujuanmu udah tercapai. Jadi, sekarang ngapain kamu masih ngikutin kita ke sini?""Lah, Bibi!" Kevan berseru. "Aku kan ke sini karena perintah Nenek buat jadi mata kalian berdua."Kevan dengan santai menjawab pertanyaan Jessy. "Ya, kalau Bibi nggak suka, aku bisa pulang kok. Tuh, di belakang ada
Baca selengkapnya

77. Mengembalikan Milik Christian

"Oh, itu dokumen pemutusan hubungan darah dari Nenek." Kevan menjawab pertanyaan Ken. Ken, Jessy dan Gibran kaget. Ken mengulurkan tangan dengan cepat. "Ken, kita bahkan belum ngomong sama Gibran. Kenapa Mama cepet banget keluarkan dokumen itu?" tanya Jessy masih dengan perasaan terkejut..Ada kesedihan terpancar dari kedua mata Gibran. Namun, dia menerima semua konsekuensi atas keputusannya."Biar aku lihat, Pa!" pinta Gibran. Kedua mata Ken mengarah pada kalimat tebal yang tertulis di dokumen tersebut. Ken membacanya perlahan, "Dengan ini, kami atas nama Christian Hanindra dan Cinta Hanindra dengan sadar menyatakan bahwa keluarga Hanindra telah memutuskan hubungan kekeluargaan dengan Gibran Hanindra."Ken melotot. Dia memberikan dokumen tersebut kepada Gibran dan Jessy. "Bacalah!" serunya. Jessy menatap Ken tanpa ekspresi. Dia dan anaknya membaca dokumen bersama. Mulut Jessy menganga ketika membaca kalimat menohok yang tadi dibaca oleh Ken. "Ya Tuhan! Mama nggak main-main de
Baca selengkapnya

78. Empat Mata

"Christian!"Kevan berdiri mematung. Dia menatap Christian yang sedang menahan sakit pada jantungnya. "Tuan Christian!" Ziyad dan Omar berteriak kompak memanggil nama Christian. Mereka menghampiri Christian. "Bantu saya memapah Tuan Christian ke kamar!" seru Ziyad pada Omar. Sedangkan Kevan masih terdiam. Namun, Kevan mengikuti langkah mereka."Ya, Tuan," sahut Omar. Untung saja jarak antara ruang kerja dan kamar utama tidak jauh. Ziyad memapah Christian dengan bantuan Omar. Sesampainya di kamar, Ziyad dan Omar merebahkan tubuh Christian dengan sangat hati-hati. "Tumpuk bantalnya, Ziyad!" seru Cinta. Christian menatap wajah istrinya. "Aku nggak apa-apa," katanya berusaha menenangkan hati Cinta. "Jangan ngomong apa-apa dulu, Christian! Dabin lagi panggil Dokter. Tahan sebentar!"Cinta duduk di pinggir ranjang sambil menggenggam tangan Christian dan berharap suaminya akan baik-baik saja. "Nyonya, Dokter Harland datang," ujar Dabin memberitahu. Dia datang bersama seorang dokter
Baca selengkapnya

79. Kota Tembakau

"Omar, kamu udah telpon Martin?" tanya Kevan begitu ke luar dari pesawat pribadi miliknya. Hari berikutnya, Kevan baru saja tiba di bandar udara internasional kota Baubau sekitar 30 menit lalu. Kevan kembali ke kota Baubau karena Ciara sudah pulang dari rumah sakit Internasional Notherdam Fez. Dia berniat akan pergi ke rumah keluarga Darwin."Udah, Tuan," jawab Omar. "Terus? Apa kata dia?"Kevan dan Omar berjalan menuju ruang tunggu VVIP di mana Deyan telah menunggunya. "Martin bilang, dia udah dapat lokasi pabrik tembakau yang Tuan cari dan dia juga udah interaksi sama beberapa petani tembakau di sekitar pabrik."Kevan mengangguk puas. "Oke," sahutnya. "Van!" seru Deyan. Dia berdiri begitu melihat kedatangan Kevan dan Omar. "Kamu cuma berdua aja sama Pak Omar? Pak Ziyad mana?""Ziyad gantiin aku meeting. Gimana? Kamu dapet apa yang aku mau?" Kevan duduk di sofa single yang menghadap ke luar jendela."Aku udah bilang Martin untuk hubungi beberapa orang yang bisa kerja sama kamu, Va
Baca selengkapnya

80. Syarat?

"Aku udah nggak sabar mau kasih kotak ini ke Cia," ucap Kevan pelan. "Dia suka nggak, ya?" Kevan ke luar dari kamarnya yang berada di halaman belakang, tepat diantara kamar para pelayan. Selama bekerja di rumah keluarga Darwin, Kevan tinggal satu kamar bersama Bima. Kevan mengantongi kotak kecil berwarna putih dengan gambar beruang yang timbul di tengahnya. Usai memastikan pintu kamarnya terkunci, dia berjalan menuju ruangan billiar yang berada di dekat kolam renang."Pa, aku mau pernikahan dipercepat tahun depan."Kevan yang sedang melangkah pun berhenti. Dia mendengar sayup-sayup suara pria yang sangat dikenalnya. "Miguel? Dia pasti Miguel," ucap Kevan pelan. "Mau apa dia?"Kevan tidak pergi. Dia melihat Rudi dan Miguel berdiri di lorong membelakangi dirinya. Dia mencoba mendengarkan pembicaraan mereka."Kenapa harus cepat-cepat, Miguel? Kamu tahu, kan? Cia baru 19 tahun. Perjanjian kita, pernikahan akan digelar saat usia Cia 21 tahun."Rudi terkejut dengan keinginan Miguel. Waja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
37
DMCA.com Protection Status