Semua Bab Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya : Bab 91 - Bab 100

370 Bab

91. Terlanjur Nyaman

"Kita udah sampai, Nona," kata Kevan. Kevan dan Ciara sudah tiba di acara pernikahan Glen dan Inura. Dia menghentikan mobil di area parkir yang cukup luas. Dia melihat beberapa juru parkir sedang mengatur kendaraan roda dua."Kok Nona diem aja? Kamu capek, ya?""Nggak," jawab Ciara sambil menggeleng. "Terus?"Kevan mendekati Ciara. Gadis itu menahan napasnya ketika jarak mereka terlalu dekat. "Kamu mau ngapain, Kak?" tanya Ciara, dia sedikit kikuk mendapatkan perlakuan seperti itu.Kevan tersenyum. Dia menjawab, "Aku mau bantu lepasin sabuk pengaman. Kamu jangan overthinking dong, Cia!"Ciara lega karena nyatanya Kevan tidak macam-macam padanya. Dia tertawa. "Ha! Ha! Ha!"Kevan belum mematikan mesin mobil. Dia menunggu Ciara mengatakan sesuatu. "Sekarang kamu nggak mabuk perjalanan lagi ya, Kak?" Ciara bertanya sambil senyum-senyum jahil. Pertanyaan Ciara mengejutkan Kevan. Pria itu tersenyum. "Memangnya kenapa?" tanya Kevan."Waktu Ranger Malam, kamu nggak keberatan nyalain AC.
Baca selengkapnya

92. Kondangan

"Duhhh, kiw-kiw cikurukuk! Auranya beda banget yang abis pelukan di dalam mobil."Gauche menggoda Kevan dan Ciara yang baru saja ke luar dari mobil.Kevan menggenggam erat tangan Ciara sambil cengengesan. Sedangkan Ciara senyum malu-malu. "Ini Neng Cia?" tanya Gauche, dia meniup kedua telapak tangan, lalu menggeseknya. "Kenalin, nama Abang Gauche Diablo. Panggil aja Abang ganteng Gauche."Ciara menatap Kevan ketika Gauche mengulurkan tangan mengajaknya bersalaman. Kevan tertawa. "Dia nggak biasa salaman gitu, Bang," kata Kevan menyahuti ucapan Gauche. "Dia kalau kenalan yaa ... biasanya aja tanpa salaman."Gauche tidak melepaskan pandangannya dari Ciara. Dia akhirnya bisa bertemu dengan gadis impian Kevan. "Alamak! Gitu toh? Berasa aku itu virus."Ekspresi wajah Gauche yang lucu membuat Ciara tertawa. "Ha! Ha! Ha!""Pengantin di mana, Bang?" tanya Kevan. "Di dalam rumah Inura," jawab Gauche. "Dangdut udah mulai, Van. Aku udah lihat biduan baru yang Glen bilang bohay."Kevan geleng
Baca selengkapnya

93. Nggak Ada Tampang

"Gimana nggak kusut, Van? Abis ijab qabul, bukannya lega, aku malah stres," jawab Glen sambil menyandarkan punggungnya di kursi."Aku tahu," kata Kevan. "Bang Gauche udah cerita ke aku. Jadi, kamu belum lunasin semua tagihannya?"Glen mengangkat kedua bahunya. "Belum, Van. Orang tenda udah marah-marah. Belum lagi, dangdut harus aku bayar malam ini juga. Kasihan biduannya belum aku bayar. Daritadi aku coba pinjam ke sana-sini."Glen melirik Inura yang sedang berjalan membawa piring untuk Ciara. "Kasihan Inura. Mas kawinnya terpaksa dijual lagi. Itupun masih belum cukup."Kevan menemukan percikan cinta di kedua mata Glen. Dia paham dengan apa yang dirasakan temannya. "Berapa nomor rekening kamu, Glen?" tanya Kevan segera. Dia tidak ingin mengulur waktu. Glen belum sempat menjawab. Datanglah segerombolan orang yang terdiri dari pria dan wanita.Wanita gemuk dengan rambut sebahu bertanya, "Bang Glen, gimana? Udah ada belum uangnya? Kapan tenda saya dibayar lunas sama tata rias penganti
Baca selengkapnya

94. Seseorang yang Menyentuh Ciara

"Pastilah, Neng," sahut Ridwan. "Karena artisnya bukan sembarangan. Tapi, artis ibukota yang cantik dan punya bakat."Ciara terlihat tidak paham. Namun, Ridwan mengabaikannya. Dia memilih fokus kepada Kevan yang sedang mentransfer sejumlah uang ke rekeningnya. "Sudah aku transfer. Silakan diperiksa, Bang!"Kevan menyodorkan ponselnya kepada Ridwan. Juragan dangdut tersebut pun melihat bahwa proses transfer di ponsel Kevan sudah berhasil. Semua orang pun melihatnya dengan jelas."Iya, udah masuk uangnya, Bang," kata Ridwan. "Makasih, ya.""Mana kwitansinya, Bang?" Pertanyaan yang sama dilontarkan Ciara kepada Ridwan. Dia juga menengadahkan tangannya."Sebentar, Neng! Abang udah siapin di tas selempang. Abang ambil dulu."Ridwan merogoh tas selempang yang dikenakannya. Tidak lama kemudian, dia memberikan selembar kwitansi kepada Ciara."Silakan ambil, Neng!"Ciara mengambil kwitansi dari tangan Ridwan. Kemudian, dia memeriksanya."Gimana, Cia? Bener nggak nominal rupiahnya?" tanya Kev
Baca selengkapnya

95. Biduan Baru yang Bohay

"Novira udah selesai tuh!" Ciara menunjuk teman kampus Kevan yang sedang memungut uang saweran di sela-sela belahan dadanya. Tidak hanya itu, Novira juga dengan tidak tahu malu memungut lembaran uang yang terjatuh di bawah kakinya. Kevan dan semua orang melihat Novira membungkuk. Bukan hanya belahan dadanya yang terekspos. Namun, pakaian dalamnya juga. Karena Novira memakai rok yang sangat pendek. "Astaga!" seru Kevan. Dia memalingkan wajahnya ke arah Ciara. Lalu, memeluk pacarnya. "Pantes Kakak betah di sini. Ternyata banyak cewek-cewek seksi dan cantik," ujar Ciara ketus.Kevan menghela napas. "Ini pertama kalinya aku nonton dangdut, Ciul. Kamu kenapa nggak percaya, sih?"Ciara menatap Kevan sambil cemberut. "Aku cemburu. You know?!""Iya, Yang. Aku salah. Aku janji kalau mau dateng ke tempat kayak gini lagi ajak kamu.""Van, kamu jadi mau ketemu Novira?" tanya Gauche menyela percakapan Kevan dan Ciara.Kevan tidak langsung menjawab. Dia menatap Ciara lebih dulu. "Pergi aja!" C
Baca selengkapnya

96. Ciuman Pertama yang Manis

"Kamu ngapain di sini?" tanya Novira. Novira merasa malu. Dia membalikkan badan. Tap! Tap! Tap!Novita berlari dari Kevan. Dia diam-diam mengusap air matanya."Eh, Novira! Tunggu!"Kevan memanggil Novira sambil berlari mengejar sang biduan. "Jangan lari!" teriak Kevan. Dia meraih tangan Novira sehingga langkah wanita itu terhenti. Novira tetap tidak ingin menatap wajah Kevan. Dia terlalu malu bertemu dengan kondisi hina seperti sekarang. "Kamu Novira, kan? Bintang kampus Universitas Golden Baubau. Kenapa kamu bisa jadi biduan gini?"Novira menghempas tangan Kevan. Dia mengatur deru napasnya yang tersengal."Kamu cuma mau ledek aku, kan?! Kamu seneng lihat aku jual diri kayak gini?! Nggak ada lagi Novira yang selalu dikagumi banyak orang sebagai Bintang Kampus!"Novira emosi. Namun sebenarnya, dia hanya berusaha menutupi malunya di depan Kevan. "Aku tahu ... kamu bakal bilang ke semua orang di kampus, kalo kerjaan aku sekarang jadi biduan kampung yang keliling dari panggung ke pa
Baca selengkapnya

97. Di Depan Kebun Pisang

'Sial! Aku makin pingin cium Cia lebih dalam dan ... lama. Tapi, nggak bisa! Aku harus berhenti sekarang. Aku nggak mau ninggalin kesan jelek ke Cia. Karena ini first kiss kita.'Kevan bergelut dengan pikirannya sendiri. Hatinya menginginkan lebih, tetapi otaknya berkata jangan! Dia mencium Ciara dengan sangat lembut.Kevan melepaskan bibirnya dari bibir mungil Ciara. Dia melihat Ciara sudah membuka matanya. Namun, gadis itu masih terdiam."Cia, I love you," kata Kevan, dia berhasil membuat jantung Ciara semakin berdebar. "Yang, jawab dong!""Oh, hmm ... iya ...." Ciara salah tingkah. Dia ingin menjauhkan dirinya dari Kevan. Namun, Kevan justru menariknya semakin dekat. "Apaan tuh cuma jawab iya?" Kevan yang jahil selalu berhasil membuat Ciara salah tingkah. "Yang, I love you."Kevan mengulangi kalimat cintanya lagi. Dia melihat wajah Ciara merona merah dalam gelapnya suasana di dalam mobil. "Oh, hmm ... I love you too, Yang."Kalimat cinta balasan ke luar juga dari mulut Ciara. Ke
Baca selengkapnya

98. Out of the Box

"Aduh!" Ciara histeris. Dia terjatuh dari anak tangga nomor dua dari bawah. Hari-hari telah berlalu sejak Kevan dan Ciara pergi ke acara pernikahan Glen dan Inura. Pagi ini, Ciara mencari Kevan dan tidak menemukan keberadaan pria itu."Non Cia!" teriak Bima. "Kakinya sakit? Apa lagi yang sakit?"Bima segera berlari menolong Ciara. Dia melihat Ciara meringis kesakitan.Wajah Ciara terlihat pucat. Dia terlalu lemah berjalan tanpa bantuan siapapun."Kak Kevan mana?" tanya Ciara lemah. Tepat saat itu juga, Kevan datang bersama kedua orang tua Ciara. Dia melihat Ciara sedang menahan sakit."Cia!"Kevan refleks memanggil nama pacarnya tanpa sebutan Nona. Di belakang Kevan, Rudi dan Felicia berdiri kaku memandangi putrinya. Kevan berlari menghampiri Ciara yang terduduk di lantai bersama Bima."Cia kenapa, Bim?" tanya Kevan cemas.Bima menatap Kevan dengan bingung. Dia terkejut dengan cara Kevan memanggil Ciara. "Bim, Cia kenapa? Jawab dong!" Kevan mengulangi lagi pertanyaannya. Dia memeri
Baca selengkapnya

99. K.C Tobacco

"K.C Tobacco."Kevan baru saja memberi tahu nama baru untuk perseroan tembakau miliknya. Entahlah! Siapa yang tahu arti nama tersebut!"Kevan Ciara Tobacco? Itulah kepanjangannya?" tanya Ziyad menebak-nebak. Kevan tidak membalas. Dia hanya tersenyum dengan sangat lebar. "Astaga! Jadi bener itu kepanjangannya? Kevan Ciara Tobacco? Anda bener-bener udah cinta mati sama Nona Cia!""Kamu pasti akan lakukan apapun demi Istri, kan? Ya, aku juga sama. Dia itu calon Istriku. Ibu dari anak-anakku kelak. Aku akan kasih semua yang aku punya buat dia."Kevan melihat Ziyad hanya diam. Namun, detik berikutnya Ziyad membuka mulut, "Kalo gitu, Anda harus buru-buru mengungkapkan identitas asli di depan Nona supaya nggak ada salah paham."Sekarang, Kevan yang diam. Dia memikirkan cara untuk mengungkapkan jati dirinya di hadapan keluarga Darwin. 'Apa keluarga Darwin akan terima aku? Apa mereka akan memperlakukan aku seperti sekarang?' Kevan mulai banyak memikirkan hal di masa depan. Dia cemas. Dia t
Baca selengkapnya

100. King's Orion Land

"Ha! Ha! Ha!"Tawa Kevan pecah. Karena baginya, Ciara terlalu lucu dan menggemaskan saat mengatakan hal barusan. Ciara menganggap Kevan tidak mendengar perkataannya dengan serius. Dia cemberut. Wajahnya kembali memancarkan aura tidak suka."Kak! Aku tuh serius!"Ciara memang galak, seperti kata kebanyakan orang. Namun, sikapnya bisa berubah ketika bersama Kevan. Felicia tidak benar-benar pergi dari halaman belakang. Dia berdiri melihat kebersamaan Kevan dan Ciara sambil menangis."Nyonya, Anda kenapa?" tanya Bima begitu memergoki Felicia menangis. "Anda sakit?"Felicia buru-buru mengusap air matanya. Dia menjawab, "Oh, nggak, Bim. Saya baik-baik aja."Bima tahu, Felicia berbohong. Namun, dia mencoba mengerti. "Nyonya, apa saya boleh ngasih tahu Anda sesuatu?" tanya Bima lagi."Tentang apa, Bim? Ngomong aja!"Felicia menatap Bima dengan pandangan serius."Nona Cia itu nggak suka ngomong sama saya. Dia selalu ketus," kata Bima. Felicia terdiam. Kemudian, membalas, "Jangankan sama ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
37
DMCA.com Protection Status