All Chapters of Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya : Chapter 81 - Chapter 90

370 Chapters

81. Nggak Gigit Kok

'Kayaknya aku harus susun ulang strategi, nih,' pikir Kevan. 'Jangan sampai Miguel kalahin aku!'Kevan pergi meninggalkan tempat itu. Dia berjalan dengan pelan menuju tangga tanpa menimbulkan suara bising.Begitu sampai di anak tangga paling atas, Kevan melihat Bima sedang duduk sendirian di sofa panjang depan kamar Ciara. Dia mempercepat langkah."Bim!" panggil Kevan dengan suara yang rendah."Eh, Van! Kamuー"Bima menutup mulutnya ketika melihat isyarat dari Kevan untuk diam. "Ayo ikut aku!"Kevan mengajak Bima untuk menjauhi kamar Ciara. Mereka pergi ke balkon lantai dua yang berada di sebelah kamar Ciara."Kenapa, Van?" tanya Bima saat mereka sampai di depan pintu balkon. "Bim, Nona di dalam sama siapa?" tanya Kevan. "Sama Dokter Eris, Van. Kenapa?"Kevan mendekati Bima. Dia berkata, "Bim, tadi aku denger Miguel mau cepet-cepet nikah sama Nona."Bima kaget. "Yang bener, Van?!" tanyanya sambil melotot. "Tuan dan Nyonya nggak mungkin setuju gitu aja.""Iya, aku denger sendiri Tuan
Read more

82. Nggak Ada Uang, Nggak Ada Kekuasaan

"Kenapa kamu diem aja, Ciul?" Kevan menyentil dahi Ciara. Gadis itu tersentak. "Kamu sakit lagi?" "Nggak," jawab Ciara. "Aku bingung aja sama kamu."Kevan mengusap lembut rambut panjang Ciara. Hatinya mulai menghangat."Bingung kenapa? Aku kan udah di sini sama kamu," balas Kevan. "Kamu beliin aku kado ulang tahun banyak banget dan harganya mahal-mahal ...." Ciara mencoba mengingat semua pemberian Kevan. "Kamu juga sering jajanin aku ....""Terus?"Kevan masih menunggu Ciara mengutarakan isi hatinya. Dia terus mengelus rambut panjang Ciara yang halus sambil sesekali menghirup aroma buah stroberi pada rambut gadis itu."Terus sekarang, kamu beliin aku gelang ini. Kalau nggak salah harganya Rp. 18 juta. Kok duit kamu banyak banget sih, Kak?"Ciara tidak menatap Kevan saat berbicara. Dia menatap langit-langit kamarnya yang memiliki desain galaksi. "Gaji dari Papi aja nggak sebanyak harga gelang ini. Kamu punya duit banyak dari mana, Kak?" "Aku tahu, kamu itu alergi pakai perhiasan,
Read more

83. Siluet

"Eh, kamu mahasiswa penerima beasiswa kan? Kamu tahu apa tentang Samir?"Malik berteriak kepada Kevan dari tempatnya. Dia memandang rendah semua orang, termasuk kepada semua mahasiswa penerima beasiswa. "Setahu aku, dia itu pernah nolak Novira, Bos," bisik Pay. "Namanya Kevan Hanindra. Dia miskin. Asalnya dari kota Tango."Malik semakin antusias merendahkan Kevan. Namun, suara ricuh orang-orang di kantin membuatnya harus mengurungkan niat."Van, apa bener yang kamu bilang tadi? Samir udah nggak sekaya dulu lagi?""Iya, Van. Kamu jangan asal ngomong!""Bener tuh, Van. Jangan asal sebar gosip!"Beberapa orang terlihat tidak percaya dengan omongan Kevan. Lagipula, siapa yang mau percaya begitu saja dengan orang miskin?"Van, udahlah! Jangan ikut campur urusan mereka!" Fauzan mengingatkan Kevan. "Aku nggak mau kamu terlibat masalah.""Kamu tenang aja, Fauzan! Apa yang aku bilang itu sesuai data."Kevan menatap semua orang yang sedang memandangi dirinya. Dia tersenyum tipis. "Nih lihat!"
Read more

84. Juragan Kontrakan

"Van, kamu udah dateng?" Kevan menoleh ke belakang. Dia melihat Gallon datang bersama Glen dan Mustika. "Eh, Bu Bos Gallon juragan kontrakan," sahut Kevan sambil senyum-senyum."Kamu ngapain, Van? Kok senyum-senyum sendirian gitu?" tanya Mustika. Ketiganya curiga. Mereka lantas mengikuti pandangan Kevan yang mengarah pada Gauche. Gallon geleng-geleng. Begitu juga dengan Mustika. Hanya Glen yang senyum-senyum melihat tingkah Gauche. "Gauche ini memang meresahkan. Dia paling nggak bisa lihat cewek montok!" keluh Mustika. Mustika hendak beranjak pergi mendekati Gauche. Namun, Kevan dengan cepat melarangnya."Biarin dulu, Nyai! Aku mau lihat Gauche ngapain lagi," ujar Kevan menahan Mustika agar tidak menegur Gauche. Mustika diam. Cuaca kota Tango yang panas membuat Mustika kipas-kipas dengan menggunakan uang ratusan ribu. Begitu juga dengan Gallon yang kipas-kipas menggunakan kipas bulu berwarna merah kesayangannya. "Ah Abang! Bukannya Abang itu hobi nyawer biduan bohay, ya? Kayak
Read more

85. Pembuangan Limbah Sampah

"Ada, Nyai," sahut Gauche cepat. "Bule cantik pacarnya si Kevan."Semua orang kini menatap Kevan. Namun, Kevan justru mengalihkan pembicaraan."Jadi, acara kamu hari Minggu, Glen," kata Kevan. Dia membaca-baca surat undangan pernikahan Glen dan Inura. "Aku nggak bisa janji hadir ijab qobul kamu, Glen. Tapi, aku pasti dateng kok.""Van, bawa pacar kamu!" seru Gallon. "Aku penasaran secantik apa dia.""Datengnya malam aja pas ada dangdut, Van!" saran Gauche. "Glen undang biduan baru. Katanya sih cantik dan masih ting-ting."Plak!Gallon memukul lengan Gauche menggunakan kipas bulunya. Gallon geleng-geleng. "Kamu katanya mau ngajak Ersa kondangan ke tempat Glen. Kok malah ngajak Kevan godain biduan?" tanyanya. "Mau dikuliti Pak Rohmat kamu, Gauche? Berani banget ajak Istri ke-2 Pak Rohmat!" protes Mustika. Kevan dan Glen tertawa. "Ha! Ha! Ha!"Glen menepuk pundak Kevan. "Aku sih nggak masalah kamu mau dateng pagi, siang, sore atau malam. Yang penting, bawa pacar kamu, Van!""Pacar apa
Read more

86. Kesempatan Ke-2

"Cantik!" seru Martin begitu saja saat melihat sosok wanita berkulit putih dengan rambut hitam panjang yang diikat tinggi. Tentu saja Martin melihat kulit leher si wanita yang mulus."Pak Gunawan ada?" tanya Omar segera mengambil alih situasi. "Oh, kalian siapa?" tanya wanita itu lagi."Bilang aja Kevanーanak Pak Theo mau ketemu!" seru Kevan dengan wajah tanpa ekspresi."Hmm? Tunggu sebentar!"Si wanita menutup pintu kembali, lalu menghilang.Plak!Kevan meninju lengan Martin agar pria itu tersadar dari lamunannya."Aarrggghhh! Sakit, Van!" protes Martin. Dia memegangi lengannya yang sakit karena Kevan. "Kamu gimana sih, Martin? Kalau kerja profesional dong!" Kevan protes. Dia tidak pernah suka dengan seseorang yang tidak bisa profesional saat bekerja."Maaf, Van," kata Martin. "Aku baru kali ini lihat cewek cantik banget! Dia itu Mita, kan? Bini muda Pak Gunawan."Kevan mendengus kesal. "Kayaknya sih, iya," jawab Kevan. "Tapi, aku nggak mau fokus kamu pecah saat lagi kerja! Ngerti
Read more

87. Seorang Jenius

"Apa, Van?! Saya bantu kamu produksi rokok?!"Kevan dan Gunawan kembali duduk. Setelah melalui situasi yang menegangkan, akhirnya Gunawan setuju bekerja sama dengan Kevan. Gunawan baru selesai membaca isi surat perjanjian kontrak kerja sama dengan Kevan. Dia terkejut dengan keinginan Kevan."Iya, Pak," jawab Kevan datar. "Aku udah punya desain rokoknya. Rokok premium. Karena pangsa pasar kali ini kelas menengah ke atas."Sejenak Gunawan menatap Kevan kagum. Dia menunggu Kevan melanjutkan bicaranya. Kevan menyadari bahwa Gunawan sama sekali tidak tertarik dengan rencananya. Namun, dia tidak akan berhenti begitu saja. "Pendistribusian rokok pastinya akan merata. Nggak cuma di kota Tango aja. Kemungkinan, aku juga akan jual ke luar pulau.""Kamu serius, Van?" tanya Gunawan dengan tatapan mata tajam. "Kenapa kamu nggak cari orang lain aja? Saya ini udah tua renta. Kalau hasilnya nanti nggak sesuai dengan ekspektasi kamu, gimana?""Aku serius, Pak. Aku lihat peluang besar di bisnis temb
Read more

88. Badru dan Tanto

"Pak Badru! Pak Tanto!"Kevan memanggil dua nama pria yang ternyata dikenalnya. Setelah menutup pintu mobil, Kevan mengajak keduanya bersalaman. "Sehat, Pak?" tanya Kevan. Kedua pria itu tersenyum sambil menjawab pertanyaan Kevan. "Begitulah, Van. Kita berdua sehat," jawab Badru. Omar dan Martin menunggu Kevan selesai menyapa kedua petani tembakau yang merangkap sebagai tengkulak. Keduanya hanya diam memperhatikan Kevan berinteraksi. "Wah! Kamu sekarang udah sukses ya, Van! Kamu udah lulus kuliah, ya?" tanya Badru sambil menepuk-nepuk pundak Kevan."Ini mobil kamu, Van?" tanya Tanto. Dia mengelus body mobil Kevan dengan sangat hati-hati."Awas, Tanto! Jangan kasar-kasar! Nanti mobil Kevan bisa lecet," kata Badru, dia menarik tangan Tanto agar kawannya menjauh dari mobil."Ha! Ha! Ha!" Kevan tertawa. "Nggak apa-apa, Pak. Santai aja!""Gimana kabar orang tua kamu, Van? Saya denger, kamu dan keluarga udah pindah ke rumah besar ya? Enak nggak jadi orang kaya, Van?" Badru begitu penasa
Read more

89. Galaksi

"Hemm," Kevan berdeham. Dia menginjak rokoknya hingga padam. "Jangan bilang, Anda nggak punya rencana, Tuan!" Omar tidak puas dengan reaksi Kevan. Baru saja Kevan hendak menjawab pertanyaan Omar, tiba-tiba ponsel canggihnya berdering. "Kita lihat aja nanti, Omar! Aku akan pukul mundur semua Grader culas!" seru Kevan. "Eh, aku angkat telepon dulu."Kevan sedikit menjauh dari Omar dan Martin. Dia buru-buru menekan ikon telepon berwarna hijau pada layar ponsel."Gimana, Ziyad? Semua kerjaan di HHC lancar?" tanya Kevan begitu terdengar nada sambung di telinganya."Ya, Tuan. Rapat pemegang saham berjalan lancar. Tuan Gibran udah resmi dipecat secara nggak hormat." Kevan senyum-senyum mendengar laporan Ziyad. "Terus, siapa yang gantiin posisi Gibran?" tanyanya tidak sabar. "Sejauh ini masih kosong, Tuan," jawab Ziyad. "Saya dan Maudy udah atur semua kerjaan Anda. Jadi, Anda bisa tenang urus pabrik rokok."Kevan memasukkan tangan kirinya ke saku hoodie. Dia memikirkan sesuatu."Pantau s
Read more

90. 7 Orang Grader

"Pak Tarno! Pak Ceceng!"Kevan memanggil nama kedua pria yang baru datang. Mereka adalah teman baik Theo. Kemudian, dia berdiri menyambut keduanya."Kevan Hanindra? Bener kamu teh Kevan? Anaknya Theo sama Jasmine?"Pria bertubuh gempal tanpa sehelai rambut bertanya. Dia adalah Ceceng Sukandar. Dia kaget melihat Kevan berdiri di depannya."Iya, Pak. Aku Kevan," jawab Kevan, dia tersenyum. "Gusti! Kamu udah gede, Van! Udah lama banget nggak ketemu," kata pria berkulit sawo matang dengan janggut lumayan panjang. Dia adalah Tarno Parwanto.Kevan bersalaman dengan mereka. Perdi menatapnya sambil senyum-senyum. "Aku baru mau ajak Kevan ke rumah kalian," kata Perdi. "Duduk, Pak!" seru Kevan. Tarno dan Ceceng duduk di dipan kayu bersama Perdi. Sedangkan Kevan berdiri bersama Omar dan Martin. "Kamu ke sini nengokin Perdi?" tanya Ceceng. Dia membenarkan letak pecinya yang miring. "Iya, Pak," jawab Kevan cepat. "Aku juga ada perlu sama Abah, Pak Tarno dan Pak Ceceng."Ceceng membatu. Tarno
Read more
PREV
1
...
7891011
...
37
DMCA.com Protection Status