Home / Urban / Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Bodyguard Muda Itu Ternyata Kaya Raya : Chapter 121 - Chapter 130

370 Chapters

121. Jangan Egois!

"Kakak dari mana?" tanya suara lembut Ciara. Tidak lama, senyumnya mengembang saat melihat sosok kedua orang tuanya. "Mami! Papi!" Ciara berseru memanggil kedua orang tuanya. Dia tersenyum sumringah. Kevan berdiri di sisi kiri ranjang. Dia membiarkan Felicia dan Rudi memeluk anaknya. 'Sial! Aku lupa bilang supaya nggak ungkit masalah rumah yang disita bank,' keluh Kevan dalam hati. 'Aku nggak mau Cia kepikiran.'"Mami sama Papi kok di sini? Bosen ya di rumah? Apa kangen sama aku?"Ciara yang polos bertanya dengan raut wajah memerah. "Rumah kitaー""Nyonya sama Tuan pingin marahin anaknya yang nakal karena mogok makan," celetuk Kevan sambil melangkah mendekati mereka. "Iya kan, Nyonya? Tuan?"Kevan mengangguk ketika Felicia dan Rudi menatapnya. Kevan juga melihat Ciara cemberut."Ihhh, apaan sih?" keluh Ciara. "Lagian siapa suruh Kakak pergi nggak bilang-bilang aku?!"Felicia tersenyum. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya saat mendengar suara Ciara. Karena memang anakn
Read more

122. Jangan Pernah Sujud di Hadapan Sesama Manusia!

'Ah, sial! Cia bikin aku nggak fokus aja!' seru Kevan di dalam hati. "Tuan, kalo Nona Ciara risih sama kehadiran saya, mendingan saya ke luar aja dari sini. Gimana, Tuan?"Ziyad tidak enak hati dengan Ciara. Tatapan Ciara yang tajam membuat Ziyad berpikir kalau gadis itu galak. "Nggak," jawab Kevan ketus. "Cia, Ziyad di sini buat jadi saksi kita malam ini. Aku rasa kamu paham.""Saksi? Memang kita mau nikah sekarang, Kak?" Kevan mencoba bersabar menghadapi Ciara yang lugu dan kekanak-kanakan. "Kamu mau nikah sekarang, Ciul?" Kevan bertanya balik."Aku kan tanya kamu. Kenapa jadi kamu tanya aku, sih?" Lagi, Ciara protes. Kevan tertawa. Dia mengusap lembut rambut Ciara. Kedua matanya berbinar bahagia saat bersama Ciara. "Ziyad, mana dokumennya?" tanya Kevan sambil menengadahkan tangan kepada sang asisten."Ini, Tuan." Ziyad memberikan dokumen agak tebal kepada Kevan. Ciara menatap keduanya. "Ciul, simpen nih!" seru Kevan. Dia memberikan dokumen di tangannya kepada Ciara. "Dokume
Read more

123. Tempat Mesum

"Ayo!" Kevan melangkah masuk ke kantor Hanindra Dreamland dengan gagah. Di belakangnya, Ziyad, Putra dan Rozak mengikuti.Begitu sampai di lobi, dia melihat dua resepsionis wanita. Satu diantaranya sedang make up dan satunya lagi sedang sibuk di depan layar komputer."Erina, kamu udah selesai make up? Kalo udah, bantu aku bawa paketan ini ke Pak Danny, ya! Aku masih harus masukin data kemarin ke komputer. Kamu kenapa kemarin nggak kerjain sih?""Aduh, Ayu! Kamu berisik banget!" tegur Erina. "Kamu itu junior. Sedangkan aku senior kamu. Kok kamu berani suruh-suruh aku, sih?!" Ayu hanya menggeleng. "Ya udah kalo kamu nggak mau, nggak usah bentak-bentak gitu! Nanti aku aja yang ke ruangan Pak Danny."Kevan mendengar Ayu mengalah. Dia hanya geleng-geleng. "Eh kamu tau, Ayu? Aku tuh pagi ini tampil beda. Aku sengaja make up tebal kayak gini karena kamu tau, kenapa?" Erina bertanya dengan raut wajah gembira. Ayu terlihat enggan menanggapi. Namun demi menghindari perdebatan panjang dengan
Read more

124. Tikus-tikus Pembuat Masalah

"Pak Danny!" teriak Erina. Wajahnya pucat pasi. "Bapak bilang cuma cinta sama aku. Aku rela kasih keperawanan demi Bapak. Terus, sekarang apa?"Erina menangis. Dia kecewa dengan tingkah Danny yang ternyata adalah seorang playboy.Kevan terkejut mendengar pengakuan Erina yang terang-terangan. Namun, dia buru-buru bersikap santai.Sebagai teman satu divisi, Ayu kaget bukan main. Dia mengguncang bahu Erina."Jadi, kamu sombong selama ini karena merasa sudah berhasil tidur sama Pak Danny? Dan kamu pikir, dia cinta sama kamu?"Erina diam. Dia sibuk mengusap air matanya. "Aku nggak nyangka, kamu main cara kotor kayak gitu, Erin," lanjut Ayu. Karyawan yang berada di dekat ruang kerja Danny berhamburan datang. Mereka terkejut mendengar teriakan Erina."Erin, ternyata kamu jalang!" tuding seorang karyawan wanita berambut ikal. "Kesombongan kamu dibayar tunai hari ini.""Seorang senior divisi resepsionis udah jual keperawanan demi posisi aman.""Eh iya, pantas kamu bisa bertahan kerja di sini
Read more

125. Identitas Kevan yang Mencengangkan

"Kamu liat sendiri, kan? Aku dan Angel juga dipecat. Gimana aku bisa bantu kamu, Erin?"Danny berkata dengan nada tinggi kepada Erina. Semua orang mencemooh mereka. "Lagian kamu dan aku nggak ada hubungan apa-apa. Sana, jauh-jauh dari aku!"Danny mendorong Erina. Dia menatap Angel yang berdiri di belakangnya."Pak Rozak, pastiin mereka bertiga keluar dari gedung ini 30 menit dari sekarang!" perintah Kevan."Siap, Tuan Kevan!" seru Rozak bersemangat."Hei, kalian bertiga!" panggil Fadhli. "Cepat beresin semua barang kalian dan angkat kaki dari sini!""Tapi, Pak, gimana sama gaji kami?" tanya Angel. "Bapak harus bayar gaji kami!""Bayar aja sesuai dengan hari kerja mereka, Pak!" seru Kevan. "Karena mereka berhenti dengan cara nggak hormat, jadi nggak ada tunjangan apapun lagi."Semua orang menelan ludah dengan susah payah. Mereka diam mendengarkan seruan Kevan.Usai berkata, Kevan pergi dari sana. Ziyad dengan sigap mengikuti langkah Kevan. Begitu juga dengan Fadhli.Namun begitu sampa
Read more

126. Yang Kaya Raya Itu Bukan Aku

"Yang kaya raya itu bukan aku, tapi Kakek dan Nenekku. Jadi, beli punya keluarga sendiri tuh nggak dosa. Karena uangnya jadi pemasukan untuk perusahaan keluarga sendiri. Bener, nggak?"Semua orang terdiam mendengar penjelasan Kevan. Karena semua itu memang masuk akal. Namun, Roni tampaknya tidak puas. "Tapi, bener Tuan Kevan Cucu pertama keluarga Hanindra, Bu Diana? Soalnya saya nggak pernah liat wajahnya muncul di TV ataupun di media sosial."Masih dengan gayanya yang santai, Kevan justru tertawa menanggapi pertanyaan Roni. "Ha! Ha! Ha!"Ziyad melirik tuannya. Dia membalas, "Tuan Kevan nggak banyak gaya. Bahkan akun media sosialnya kosong. Nggak ada postingan apa-apa, selain hasil karyanya.""Kalo boleh tau, karya apa, Pak Ziyad?" tanya Arga. Dia masih penasaran dengan sosok Kevan yang sederhana."Graffiti," sahut Ziyad. "Karya graffiti di under pass kota Tango hasil tangan Tuan Kevan."Arga tambah antusias dengan Kevan. Dia memuji Kevan. "Wah! Bener-bener anak muda yang kreatif."
Read more

127. Nggak Belajar Tata Krama

"Lantai 3 Ini untuk apa, Tuan?" tanya Diana begitu mereka sampai di lantai 3. "Apa iya ruang santai?"Kevan terkekeh. "Ini ruang meeting informal," sahut Kevan. Kevan duduk di salah satu kursi kayu dengan bantal duduk yang empuk. Ziyad menatap keindahan ruang meeting dengan takjub."Apa Tuan Kevan yang mendesainnya juga?" Ziyad bertanya dengan rasa penasaran yang memuncak."Benar Tuan Ziyad," jawab Brandon. "Saya cuma nambahin aja supaya perfect.""Ruang meeting ini punya konsep open space. Jadi, nggak ada meja panjang dengan kursi yang saling berhadapan kayak di HHC."Kevan menjelaskan. Semua orang terpukau dengan kecerdasan Kevan. "Benar-benar beda dari ruang meeting yang lain!" puji Diana."Desainnya dibuat seperti sebuah ampliteater. Kursi-kursi kayu disusun meninggi ke atas dikombinasi sama bantal duduk."Semua orang mendengarkan penjelasan Brandon. Dia senang melihat Kevan puas dengan hasil kerjanya. Kevan bertanya, "Gimana? Kalian udah ngerasa santai dan rileks belum?" "Iya
Read more

128. Masih Mau Debat?

"Mr. KidOO, jangan ngomong gitu!" seru Rara. Dia berjalan mendekati kepala cabang H.O Airways."Saya bilang, kamu diem aja, Ra!" tegur Mr. KidOO lagi.Rara berdiri di sisi kiri Mr. KidOO. Dia mendekati telinga pria berambut hitam tersebut.Rara berbisik, "Mr. KidOO, dia itu Tuan Muda Kevan Hanindra. Dia cucu pertama keluarga Hanindra kesayangan Tuan dan Nyonya Besar. Di masa depan, dia akan gantiin Tuan Christian."Selesai mengetahui fakta, jantung Mr. KidOO nyaris berhenti berdetak. Dia meletakkan kedua tangan di atas meja. Kepalanya tertunduk. Dia buru-buru menguasai dirinya. "Ah, Rara! Kamu itu cuma resepsionis dan lulusan SMA doang. Tau apa kamu tentang Kevan?"Helena mencibir Rara. lalu, dia menoleh ke arah Kevan. "Van, masa kamu nggak kenal Rara sih?"Kevan duduk di sudut meja panjang. Dia menatap Rata mencoba mengingatnya. "Rara itu adik kelas kita. Dia ketua mading sekolah. Inget, nggak?"Benar saja. Usai mendengar penjelasan Helena, Kevan ingat beberapa potongan masa laluny
Read more

129. Mr. KidOO

"Maafin saya, Tuan Kevan. Anda bener. Perusahaan kita bisa gunain pasal 9A untuk mereka."Mr. KidOO melotot begitu membaca artikel tentang pasal 9A yang disebutkan Kevan. Dia tidak menyangka otak Kevan yang begitu cerdas bisa menyerap banyak informasi. Bersamaan dengan itu, pintu ruang meeting terbuka. "Pak Kevan, Pak Eko Zanetti udah di sini." Rara membungkuk sambil memberitahu Kevan. Pria yang datang bersamanya juga ikut membungkuk. "Selamat pagi dan selamat datang, Tuan Muda." Eko memberi salam. Eko maju menghampiri Mr. KidOO. "Pak, ini surat pemutusan hubungan kerja untuk mereka."Mr. KidOO menatap dokumen di tangan Eko. Kevan menyela percakapan mereka."Pak Eko, Kamu aja yang urus! Karena ini bukan wewenang kepala cabang."Kevan benar. Pekerjaan yang berhubungan dengan kontrak kerja adalah tugas HRD. Tapi, kenapa Mr. KidOO yang turun tangan?Itu adalah pemikiran Kevan yang tidak dia ungkapkan. Tapi dia justru mencari tahu. "Ayo pergi ke ruangan kamu, Mr. KidOO!"Kevan melang
Read more

130. Nggak Bisa Disepelekan

"Anda percaya dengan kemampuan Mr. KidOO, Tuan?" Pukul 05:00 sore waktu kota Baubau, Nexterra. Kevan sudah selesai berurusan dengan Mr. KidOO. Kevan tidak kembali ke rumah, ataupun ke apartemen. Namun, dia dan Ziyad sedang dalam perjalanan menuju salah satu restoran Seafood di kota Baubau.Bukan ingin menikmati menu yang ada di restoran seafood, tetapi Kevan akan memenuhi undangan makan malam Adnan Mahdi."Aku udah buktiin sendiri kemampuan baca saham Mr. KidOO emang nggak bisa disepelekan, Ziyad. Kamu sendiri lihat, kan?"Kevan membuka jasnya. Lalu, membuka kemeja yang seharian sudah dipakainya. Dia mengambil kemeja yang tergantung di kirinya. Lalu, memakainya. Dia juga memakai jas hitam yang tergantung."Iya, Tuan. Saya takjub dengan kemampuannya. Mata Tuan Christian memang tajam."Sesekali Ziyad melirik Kevan dari kaca depan mobil. Dia menginjak rem ketika lampu merah lalu lintas menyala. Selesai memakai gel rambut, Kevan kembali duduk tenang. Dia mengaktifkan ponsel lamanya. Me
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
37
DMCA.com Protection Status