Degup jantung yang tidak beraturan, matanya tidak henti-hentinya menatap wanita yang kini berdiri di hadapan Arsen. "A- Airina ...," rintihnya lirih. Tubuhnya seperti limbung begitu saja, sebuah kenyataan yang ia tunggu kapan akan terjadi. Langkahnya dengan lemas memaksa berlari. "Airina, kenapa kamu pergi terlalu lama!" hardiknya keras. Arsen yang biasa terlihat kuat dan tidak banyak kata, kini ia hanya bisa memeluk erat tubuh wanita yang ia cintai. Sudah tidak ada waktu baginya untuk menutupi rasa gengsinya. "Kenapa kamu baru kembali sekarang? Ke mana kamu selama ini? Apa yang kamu cari, Airina? Sialnya ...," berondong tanya Arsen tanpa henti. "A ... Aku ...," tidak terucap dengan benar kalimat itu dari mulut Airina. "Stop, jangan katakan apa pun sekarang! Tetaplah di sini, jangan pernah pergi lagi. Aku benar-benar mencintaimu, Airina ...," suara lirih nan lembut itu menembus gendang telinga Airina. Dengan penuh keterkejutan, Airina merasa tubuhnya tidak lagi bertumpuan. Lem
Read more