Home / Romansa / Melahirkan Keturunan Untuk CEO / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Melahirkan Keturunan Untuk CEO: Chapter 151 - Chapter 160

220 Chapters

Chapter 31

“Alif, tolong buka pintunya, please…” Di luar pintu Gama masih setia menunggu. Berharap bahwa Khalifa akan membuka pintunya. Gama hendak mengetuk pintu kembali namun… Ceklek! Pintu terbuka, Gama yang melihat itu langsung mendekat. “Alif?”Grep! Gama melebarkan pupil matanya sesaat ia merasakan cairan bening membasahi dadanya. Selain itu Khalifa … memeluknya? Tak bisa menetralkan degup jantungnya yang berdetak tak karuan, Gama membeku di tempat saat pelukan itu kian mengerat. Gama tak bisa diam, tangannya secara refleks membalas pelukan itu. Pelukan yang tak pernah dirasa Gama kecuali Kaden. Sebuah pelukan yang tidak pernah Khalifa beri selain kepada Kaden, dan untuk sekarang … untuk pertama kalinya Gama merasakan pelukan hangat itu. Khalifa menangis terisak. “Kak … ayo pergi ke danau … aku … rindu Kaden ….”Hati Gama terasa tersentil, ada rasa sakit saat nama itu keluar dari bibir Khalifa. Gama sempat senang saat Khalifa memeluknya, tapi sekarang … ia bagaikan dilemparkan kemb
Read more

Chapter 32

Motor Gama berhenti di sebuah tempat, tempt itu kosong, tampak seperti sebuah gubuk. Khalifa langsung saja turun saat keduanya sudah sampai di tempat tujuan. “Ayo,” ucap Khalifa yang mulai jalan kaki. Di belakang Gama mengekori Khalifa, pria itu melihat wajah Khalifa yang kini sudah lebih baik. Tidak seperti tadi, menyimpan sebuah luka … sendirian. Sedang di sisi lain pula Alby mengekori ke arah mana Gama pergi. Untung Alby mendapatkan jejak keduanya, sampai akhirnya bisa bertemu di sini. Kedua orang itu saling bersisian, sedang di belakang Alby masih sibuk mengikuti keduanya, takut kehilangan jejak. “Bukannya ini … hutan yang terakhir kali Khalifa datangi?” gumam Alby menyadari kalau ini sebuah hutan. Hutan yang sempat Khalifa masuki seorang diri. Alby melebarkan pupil matanya, “apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa, kenapa mereka masuk ke dalam hutan?” Pikiran Alby mulai tak baik. Namun tak urung rasa penasaran itu kian menyergap dirinya. Alby terus mengekori keduanya dengan pe
Read more

Chapter 33

“Menakjubkan …” ucap Alby setengah lirih. Ruangan ini terlihat kecil dari luar, namun justru besar sesaat masuk ke dalamnya. Alby mengerlingkan matanya, tempat ini banyak dihiasi oleh sebuah gambar. Gambar itu bermacam-macam, banyak warna yang menghiasi papan kayu tersebut. Kepala Alby mendongak, di atas atap-atap, begitu banyak burung bangau yang terbuat dari kertas origami. Tampaknya kertas-kertas ini sengaja dibuat menjadi tampak seperti burung. Alby mengambil satu dari banyaknya kertas yang ada. Kertas itu bewarna kuning, melipat sempurna dengan bergambar burung bangau. Alby membuka lipatan kertas tersebut, tak menyangka bahwa ada tulisan di dalamnya. [Satu dari harapan besar yang ku punya. Semoga aku bisa sembuh dari penyakit ini, Tuhan ….]Sebuah kalimat yang tertulis di sana. Tidak ada nama penulisnya, namun cukup membuat hati Alby terasa sentilan halus. Dicari siapa yang menuliskannya namun tak ada, hanya kalimat itu yang tercipta di sana. Alby mencoba mengambil satu bu
Read more

Chapter 34

“Eh?”Tak berseling lama keduanya terdiam, sampai kemudian Khalifa menjauhkan dirinya dari Alby. “Maaf,” ucap keduanya berbarengan. Khalifa dan Alby saling pandang. Namun dengan cepat Khalifa mengalihkan pandangannya. “Aku yang salah, tadi tak melihatmu,” ucap Alby merasa canggung. Hening menyelimuti keduanya. Tak ada jawaban dari Khalifa membuat Alby lebih baik pergi saja. “A---aku masuk duluan,” ucapnya gegas berdiri.“Berhenti.” Alby terkejut sesaat lengannya ditahan oleh Khalifa. Dirinya tak jadi berdiri. “Itu … anu, di keningmu.” Khalifa memalingkan wajahnya, sial, dikening Alby terdapat warna lipstik miliknya. Alby mengernyitkan alisnya, pandangan mata itu justru melirik pada lengannya yang masih di tahan oleh Khalifa. “B--bersihkan dulu, takut ada yang salah paham,” ucap Khalifa kembali. Menyadari satu hal membuat Khalifa dengan cepat melepaskan pegangan pada lengan Alby. “Aku tidak mengerti, coba jelaskan apa maksudnya?” tanya Alby. Sungguh, ia tak mengerti apa maksu
Read more

Chapter 35

Bagaikan tertimpa reruntuhan yang menghimpit tubuhnya, Khalifa mendadak lemas. Tubuhnya kehilangan keseimbangan. “Apa yang kau katakan Dok? Semuanya tidak benar, yang kau katakan tidak benar!” ucap Bara tegas. “Perjuangan kami hanya sampai sini, maaf ….”“Enggak … mereka tidak mati, tidak ….” Khalifa menggeleng. Lantas dengan tiba-tiba mencengkram kuat jas yang dikenakan Dokter tersebut membuat Bara, Laila maupun Alby tercengang. “Kau berbohong kan dok! Katakan, kau berbohong kan?!” teriak Khalifa marah. Tangis itu meluncur membasahi pipinya. “Enggak, enggak mungkin!” teriak Khalifa lantas mendorong tubuh dokter tersebut. Khalifa berlari masuk ke dalam, namun kakinya mendadak lemas sesaat melihat sebuah kain putih menutupi tubuh seseorang yang kini terbaring di atas brannkar. Tubuh Khalifa semakin bergetar, bibirnya gemetar,kepalanya terus menggeleng, meyakinkan bahwa apa yang ia lihat sekarang tidaklah seperti apa yang ia rasakan. “Ma? Mama?” Khalifa berlari menuju brankar ters
Read more

Chapter 36

“Sudah 5 hari setelah kepergian Mbak Kinara dan Mas Aarav, Khalifa benar-benar menyendirikan dirinya, Mas, bagaimana ini?” tanya Laila dengan perasaan cemas. Benar. Setelah hari itu, hari di mana Kinara dan Aarav dinyatakan telah meninggal dunia, sejak hari itu pula Khalifa menjadi sosok yang sangat penyendiri, pendiam, dan tampak tidak bergairah. Kehidupan Khalifa berubah drastis semenjak itu, tak ada lagi senyuman, tak ada lagi obrolan kecil. Setiap ditanya Laila, Khalifa hanya jawab seadanya. Laila tidak marah mengenai hal itu, justru ia khawatir mengenai Khalifa yang justru memilih untuk menjalankan hidupnya seorang diri. Beban yang ia pikul tak pernah ia bebankan kepada orang lain, justru dirinya sendiri simpan rapat-rapat masalah itu, sendirian. “Mas juga enggak tau, mas bingung La. Mas udah cari kejadian pada kecelakaan itu, tapi kecelakaan itu memang tidak disengaja, katanya jalanan saat itu licin, membuat pengendara kehilangan keseimbangan.”Laila terdiam, ia sudah tau me
Read more

Chapter 37

“Aku tidak akan menceraikanmu, inii tidak sesuai perjanjian, jadi aku ingin kita menjalankan sesuai perjanjian,” ucap Alby menolak. Jelas ia menolak, karena Khalifa begitu tiba-tiba dengan ucapannya itu, membuat Alby curiga bahwa ada sesuatu yang Khalifa sembunyikan. “Kak—”“Hanya 22 hari lagi, kan? Kenapa tidak mencoba untuk menjalani saja dulu?” Ucapan enteng Alby membuat Khalifa mendengus kesal ke arahnya. “Aku tidak bisa tinggal di sini, aku harus meneruskan perusahaan Papa,” ucapnya beralasan. Khalifa tak peduli, intinya hari ini ia harus resmi bercerai dengan Alby. Terikat akan pernikahan ini membuatnya terbelunggu rasa sesak, lebih tepatnya ia tak enak setelah mendengar ucapan adiknya—Nazeeva.Ya, Khalifa mendengarkan percakapan Nazeeva tadi dan saat itu pula Khalifa sadar bahwa kehadirannya justru membebani orang lain. Kehadirannya sebenarnya tidak diinginkan, hanya saja mereka diam karena tak ingin menyakiti hatinya. Khalifa tidak ingin dikasihani, itu mengapa Khalifa lebi
Read more

Chapter 38

Pagi buta, selepas Alby selesai melakukan salat subuh, pria itu langsung bersiap-siap. Mandi, berganti pakaian dan yah … tampil lebih tampan dari biasanya. Niatnya sekarang … ingin PDKT bersama Khalifa, yah, walau gagal di awal tak memungkinkan gagal di akhir kan? Alby terkekeh, menyisir sebagian rambutnya yang sudah rapi. Ia menatap dirinya dalam pantulan cermin. “Kau tampan, tidak mungkin jika Khalifa menolak pesona seorang Albyshaka!” ucapnya percaya diri. Alby kembali terkekeh, lantas menyemprotkan sebagian parfum ke tubuhnya, tidak terlalu banyak, takut Khalifa malah makin terklepek-kelepek, ntar … kan makin cinta deh. Tak sadar ternyata butuh satu jam untuk Alby bersiap-siap, biasanya paling lama setengah jam, ini sejam! Lagi-lagi Alby terkekeh. “Pokoknya hari ini harus jadi!” ucap Alby penuh tekad. Alby berjalan menuju pintu setelah dirasa beres semuanya, untung jarak kamar dirinya dengan Khalifa hanya tertutup satu ruangan saja membuat Alby mudah untuk pergi menujunya.
Read more

Chapter 39

Alby menatap bangunan besar di depannya, rumah Khalifa, menjadi rumah yang akan Alby datangi. Seorang satpam berlari untuk membuka gerbang yang tertutup membuat Alby tersenyum merekah. “Wah, den Alby ya? Silahkan masuk Den,” ucap satpam tersebut yang tidak diketahui namanya.“Khalifanya ada, Pak?”“Ada den, silahkan masuk,” ujarnya mempersilahkan. Alby melajukanlantas mengemudi kembali untuk sampai ke halaman depan rumah. Alby berhenti, memarkirkan mobilnya di tempat yang seharusnya. Pria itu lantas keluar, mengambil koper yang ada di bagasi. “Bismillah! Semangat dapetin cinta Khalifa, Al!” ucapnya penuh semangat.Alby merapikan terlebih dahulu kemejanya, rambutnya sedikit ia sugarkan ke belakang hal itu membuat damage Alby bertambah plus-plus. “Assalamu'alaikum?” Alby mengucap salam sembari mengetuk pintu. Alby menunggu sejenak, dirasa tak ada respon Alby kembali mengucap salam sembari mengetuk pintu. Kaki Alby sedikit gemeter, lebih tepatnya resah karena pintu tak kunjung di
Read more

Chapter 40

Glek! Alby menelan salivanya gusar. Keringat dingin mulai bermunculan di pelipisnya. Rasa takut menyelinap masuk sebelum film itu diputar. “Yang mana?” tanya Khalifa menunjukkan sebuah kaset yang mungkin akan mereka tonton. Film horror yang akan menemani mereka malam ini, siapa yang nanti ketakutan saat menonton bahkan sampai berteriak maka dia kalah dalam tantangan. Sebaliknya, jika tidak takut maka dialah pemenangnya. Bagi Khalifa hal ini jelas kesenangan untuknya. Menerima tantangan ini sama hal nya membuka harapan lain, jika ia bisa memenangkannya maka ada satu keinginan yang ia mau dari Alby, dan itu … akan ia menangkan hari ini juga. “Hm, judulnya lumayan serem juga,” gumam Khalifa melihat-lihat kaset yang bergambar film-film horror.Alby hanya berdehem, jangankan untuk melihat, mendengarnya saja sudah membuat nyalinya menciut. Ah, kenapa pula ia harus menerima tantangan ini? Kalau kalah?“Kak, mau judul yang mana?” tanya Khalifa membuat Alby menoleh. “Judulnya ada Sijjin,
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status