Semua Bab Melahirkan Keturunan Untuk CEO: Bab 131 - Bab 140

220 Bab

Chapter. 11

“Ini pakaian ganti kamu, pakaian lainnya nanti diberesin sama pembantu di sini,” ucap Laila memberikan sebuah pakaian kepada Khalifa. “Ini pakaian Khalifa, Bunda?” tanyanya. “Bukan, ini pakaian sengaja dibeli, tapi belum pernah dipakai.”“Lah, kalau gitu—”“Udah, pakai aja, pakaian kamu kan masih diantar sama Mama kamu, paling besok kan datangnya? Jadi pakai ini saja dulu,” ucap Laila tersenyum. “Ya udah, Bunda ke bawah dulu ya. Alby pasti bakal pulang, nanti biar Bunda yang langsung bicara sama Alby.”Ya, malam ini Khalifa dipaksa Laila agar tidur di kamar Alby, membuat Khalifa pada akhirnya menurut saja. Asalkan satu, tidak disatukan dengan Alby maka ia akan menyetujuinya. “Terima kasih ya, Bunda. Terima kasih banyak,” ucap Khalifa sebelum akhirnya Laila pergi dari hadapannya. Khalifa tersenyum tipis lantas masuk ke dalam kamar Alby, mengunci pintunya kemudian berjalan menuju bibir ranjang. Sekarang ia tidak perlu khawatir ada Alby, pasalnya Laila pasti akan berbicara pada pria
Baca selengkapnya

Chapter. 12

“Kau tak jauh berbeda dengan wanita murahan di sana, bermaksud menggodaku, heh?” Alby terkekeh, bukannya mendorong Khalifa yang berada di atasnya justru ia gunakan dengan menahan gejolak pergerakannya yang hendak bangkit. “Lepas! Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan!” Khalifa berusaha bangkit, namun karena bath up yang muat satu orang ditambah Alby yang menahannya membuat ia tak bisa bangkit. “Kau berpura-pura, Khalif? Setelah apa yang kamu lakukan, kau masih mau berpura-pura?” Alby menahan geram, dia sedikit mencengkram pinggang Khalifa. “Pernikahan ini … aku tau pernikahan ini hanyalah sebatas menggantikan, tapi kau jangan lupa Kak, kau tidak diperbolehkan melewati batas!” ujar Khalifa dengan marah. “Bukan pernikahan yang aku maksud Khalif, melainkan kau yang menggagalkan pernikahan ini! Kau sendiri kan yang sengaja melakukan semua rencana ini? Heh, kau kira aku tidak tau?”Khalifa menatap Alby dengan penuh kesal, hendak mengelak namun Alby dengan cepat berkata. “Kau lupa
Baca selengkapnya

Chapter. 13

“Terserah apa yang kamu katakan, Kak. Tapi … saat itu yang aku lakukan bukan atas inginku, aku dipaksa! Dan yang melakukannya kemarin tidak lain ….” Khalifa menggantung ucapannya. “Kau tidak akan tahu! Percuma aku menjelaskannya.” Khalifa tidak jadi memberitahukan, percuma, tidak ada gunanya. “Aku tau apa tujuanmu, Khalifa! Kau tidak lebih perempuan tak tahu diri tanpa memiliki rasa malu. Sekarang lihat hari ini saja, tanpa tahu malu kau datang ke kamarku, padahal sudah tau bahwa ini kamarku, yang artinya di isi oleh aku! Tapi apa yang kau lakukan? Datang ke sini dengan pakaian yang dibuka? Bermaksud menggodaku, benar bukan? Namun sayang, aku tidak tergoda sedikitpun karenamu!” Alby sedikit mendorong tubuh Khalifa di atasnya. Membuat Khalifa tersentak karena punggungnya terasa membentur ujung bath up. “Jangan berpikir bahwa suatu hari nanti aku akan berpaling dari Khanza! Ingat ini Khalifa, sampai kapanpun kau tidak bisa menggantikan posisi Khanza dihatiku. Beribu usaha yang kau l
Baca selengkapnya

Chapter. 14

Khalifa mengutuk dirinya sendiri saat ia menerima tawaran dari Yuza tanpa pikir panjang. Hanya karena ingin tenang ia bertekad melakukan apa yang di suruh Yuza. Ya, sebuah pernyataan cinta yang tak lain pada Alby! Saat itu, Khalifa memberanikan diri menyatakan cinta pada Alby, berharap bahwa Alby mau menerimanya. Karena saat ucapan yang keluar di bibir Alby maka harapan yang diinginkan Khalifa akan terpenuhi yang mana ia tak akan diganggu lagi oleh Yuza. Tapi sayang seribu sayang, Alby menolaknya dengan ucapan yang cukup frontal, membuat Khalifa pada saat itu benar-benar dimalukan. “B0doh! Kau b0doh Khalif!” umpat Khalifa menggeleng keras. Ingatan itu tidak ingin Khalifa ingat-ingat, namun sayang … kejadian itu justru sering menghantuinya, masuk ke dalam mimpi hingga berhasil membuat Khalifa membuka kembali luka yang belum sempat terobati. Khalifa menangis. “Ke mana kamu pergi, Ka? Andai kamu ada di sini, mungkin … aku gak bakal sendiri kayak gini.” Lirih, Khalifa bergumam dengan
Baca selengkapnya

Chapter. 15

Khalifa menarik napas dalam-dalam. Pelukan yang Alby beri padanya membuat pasokan oksigen sedikit berkurang. Dengan pelan Khalifa mengangkat lengan kiri Alby, berharap Alby tidak bangun supaya ia terlepas dari pelukannya ini. Mana mau Khalifa tidur dengan seorang pria! Mana orang yang membencinya lagi, tidak, tidak! Itu tidak boleh sampai terjadi! Khalifa menyipitkan matanya tatkala mengangkat pelan lengan itu, sampai tiba-tiba… “Kau?” Alby berucap dengan mata menyipit, terlihat setengah sadar. Khalifa menggeleng, refleks menepuk-nepuk rambut Alby dengan pelan. “Tidurlah … tidurlah ….” Seakan ucapan Khalifa sebuah hipnotis, Alby kembali memejamkan matanya tatkala ditepuk-tepuk begitu. “Huft, selamat!” Khalifa bernapas lega, lantas ia kembali menjalankan misi dalam melepaskan diri dari kurungan Alby. Pelan namun pasti, Khalifa berhasil mengangkat lengan Alby dengan gerakan pelan, menjadikan ia terlepas dari pelukan itu. Khalifa bernapas lega. Merasa takut apabila Alby bangun
Baca selengkapnya

Chapter. 16

“Ayah dan Bunda akan menjadi saksi bahwa kami ….”“Kami akan bercerai setelah 30 hari.” Khalifa melirik ke arah Alby, “jika sebelum 30 hari Khanza sudah ditemukan, aku bersyukur, itu berarti pernikahan ini memang akan terlepas. Tapi, jika dalam waktu 30 hari Khanza masih belum ditemukan, aku tetap menginginkan perpisahan ini terjadi.” “Dan untuk itu … aku ingin membuat kalian menjadi saksi bahwa 30 hari ini kami tidak akan bersama, entah seatap ataupun dalam hal lain. Aku---aku ingin kami terpisah saja. Maksudku, aku ingin hidup antara aku dan Kak Alby masing-masing, aku tidak mengurusi hidupnya dan hidup Kak Alby tidak aku urusi urusannya. A--aku—”“Ayah mengerti.” Bara melangkah menuju Khalifa, ia tersenyum seraya mengusap lembut bahu Khalifa. “Kau tidak ingin Alby mendekatimu? Kau tidak ingin disentuh olehnya? Kecuali atas izinmu?”Khalifa mengangguk, namun pula menunduk. “Ayah, t–tolong buat kak Alby berjanji, bahwa dia … tidak akan menyentuhku, ataupun berkata kasar lagi pada
Baca selengkapnya

Chapter 17

Seperti yang dikatakan Laila kemarin, bahwa sekarang Alby akan pergi ke kediaman Ayah mertuanya. Yah, jika bukan karena kesalahan dirinya yang memang telah menyakiti Khalifa tak mungkin jika ia mau berangkat hanya berdua saja. Benar. Sekarang, dengan Alby sendiri yang mengendarai mobilnya, Khalifa sudah duduk manis di samping kemudi, dari awal sampai akhir ini perempuan itu tak pernah bergerak, hanya diam menatap jendela luar. Alby yang selalu ingin membuka suara untuk meminta maaf terurungkan kembali karena ketidak tahuan. Niatnya ingin minta maaf, tapi kelihatan bahwa dia sedang tertidur, eh, tau-tau tidak. Saat hendak berkata pun mendadak bibir Alby selalu asa-ada dalam berucap takut keseleo seperti kemarin. Dan berakhirlah seperti sekarang, hening dalam diam, sunyi berhenyakan deru mesin yang hanya terdengar. “Huft!” Alby membuang napas penuh. Terasa susah sekali ternyata meminta maaf dengan menghilangkan terlebih dahulu sifat gengsinya. Apalagi ini terhadap seorang perempuan.
Baca selengkapnya

Chapter 18

“Siapa yang menggendongku ke sini?” tanya Khalifa menyimpan terlebih dahulu gelasnya. Alby meringis tertahan, seharusnya ia tadi tak menuruti keinginan Anwar tadi. Mana sekarang ditanya lagi. “Maaf ….” Hanya kalimat itu yang keluar di bibir Alby membuat Khalifa mengernyitkan alisnya. “aku yang menggendongmu tadi.” Ucapan Alby berikutnya jelas membuat Khalifa terkejut, terlihat dari mata perempuan itu yang melebar.“Tapi aku bersumpah, Alif, aku tidak mencuri kesempatan dalam kesempitan. Tadi aku sudah bangunkan kamu, tapi kau tak kunjung bangun. Jadi ….” Alby menggantung ucapannya kembali. “Maaf,” lanjutnya setelah beberapa detik terdiam. Khalifa tampak menghembuskan napas pelan. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain. “T--tidak apa-apa. Itu suatu hal yang tidak disengaja juga.”Mendengar penuturan tersebut membuat Alby menatap Khalifa dalam diam. Ia mengamati raut wajah Khalifa yang biasa saja. Apa perempuan itu … tak merasakan debaran? Atau deg-deg an? Padahal katanya setiap pere
Baca selengkapnya

Chapter 19

“Kami enggak saling mencintai Mama. Dan jelas, pernikahan ini hanyalah palsu. Mungkin aku akan menghargainya, sebagai anak dari Bunda Laila dan Ayah Bara tapi untuk memenuhi kewajiban itu … selebihnya hanya Khanza yang lebih pantas Mam. Ya kan Pah?” tanya Khalifa sembari melirik Aarav. “Ah, i--iya, mungkin ….” Aarav bingung sendiri untuk menjawab. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Alby memilih terdiam, jika menyangkut dalam pernikahan ini ia lebih baik diam saja. Entahlah, semakin ke sini Khalifa semakin bersemangat untuk berpisah dengannya. Jika begitu, toh Alby senang-senang saja, itu berarti ia juga tidak akan mempunyai tanggung jawab besar, lebih tepatnya hidupnya akan lebih tenang. Jelas, karena ia juga tak menginginkan pernikahan ini. “Baiklah, terserah kamu saja,” ucap Kinara pada akhirnya. Ia tidak mungkin jika harus memaksa putrinya untuk ini-itu, karena selebihnya kehidupan putrinya ada ditangan dirinya sendiri.“Oh iya, gimana perlombaan kamu yang katanya bakal dia
Baca selengkapnya

Chapter 20

“Al, Khalifa mana? Kenapa dia gak keluar-keluar ya?” Pertanyaan Laila membuat gerakan makan Alby terhenti. Alby menoleh kepada Laila, pun juga Bara. “Alby gak tau, Bunda.” Merasa tak peduli Alby lantas melanjutkan makannya. Malam ini, ketiga orang itu sudah duduk di meja makan, kecuali satu, yap, Khalifa yang tak kunjung keluar setelah sore tadi. “Lihat sana, takutnya kenapa-napa lagi,” ucap Laila. Alby menghela napas pelan, acara makan pria itu harus terganggu hanya karena perempuan bernama Khalifa itu. Jujur saja, ada sedikit kesal kepada Khalifa, namun pula ada rasa kasihan juga pada perempuan itu. “Ajak Khalifa untuk makan bersama, Alby. Dia kayaknya enggk makan setelah sore tadi. Atau sebelum itu, apa di rumahnya kalian makan terlebih dahulu?” Kini Bara yang bertanya. Alby terdiam, ia baru ingat kalau setelah sore tadi keduanya memang belum makan. “Al coba samperin, tadi kelupaan gak makan di sana, “ ucap Alby sedikit malas. Walau terasa berat untuk beranjak namun pria it
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
22
DMCA.com Protection Status