"Kak Ita," panggilku lirih membuatnya membeku sejenak. Ia tampak menggeleng, melepaskan tanganku dari tangannya membuatku terpaku sejenak. Setelahnya Kak Ita mundur dua langkah, menjauh dariku."K--kamu salah orang," ucapnya terbata, perlahan berbalik dan berjalan pergi. Aku terkesiap, tak mengerti, jelas-jelas aku mengenalinya. Dia benar-benar Kak Ita yang kukenal.Aku beranjak mengejar, menarik tangan Kak Ita hingga ia berbalik menatapku."Kak, ini aku Mira!" seruku membuatnya mengalihkan pandangan dengan tatapan suram."Aku bukan Ita!""Kakak sebenarnya kenapa? Ini aku Mira, kak, adik kakak.""Aku tidak ingat," ucap Kak Ita dengan suara pedih. Meski ia bersikeras aku tahu ia tengah berbohong. Suaranya tampak terisak di tengah suara air hujan yang turun semakin deras."Kak, ada apa denganmu? Jangan pura-pura lupa! Sejak kakak pergi, kakak gak pernah kembali lagi. Mas Haris sudah melupakan kejadian motor itu, pulanglah kak bersama kami.""Wanita baik-baik tidak akan punya kakak seor
Baca selengkapnya