All Chapters of GATAKA : Kesengsaraan Berujung Kematian: Chapter 41 - Chapter 50

80 Chapters

Fuadi Harus Dikurung!

"Lima tahun lalu kenapa?" Kiran memperjelas penglihatannya, matanya mengikuti sosok yang berlari mendekat dari balik mobil. "Kita..." Raka terdiam, bahunya ditepuk keras. "Ranu? Kok bisa di sini?" Kiran menunjuk mobil yang terparkir. Kaget sekaligus senang, hatinya bergemuruh. Gurat gelisah Ranu sangat kentara, matanya berkaca-kaca. Hanya Kiran yang tahu betapa dalam kekhawatirannya. “Lokasi kita berdua tertaut di aplikasi, jadi aku langsung datang. Keadaan kamu gimana?” “Aku baik.” Ia berusaha meyakinkan. “Kenapa kamu terengah-engah begini...” Kiran mendekat, tangannya lembut menyentuh bahu Ranu. Sentuhan itu seperti obat penenang, perlahan-lahan napas Ranu mulai teratur. Kehadiran Ranu mendadak membuat Raka merasa tersisih. Dia mundur perlahan, niatnya pergi tanpa pamit. Namun, sebelum sempat melangkah, Ranu sudah membuka suara. “Saya sudah dengar dari Iptu Cakra. Pak Raka sudah menolong Kiran. Terima kasih banyak, Pak.” Ranu mengedipkan sebelah mata ke arah Raka, senyum
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more

Masa Lalu dan Masa Kini

Sejak punya teman, Kiran selalu sedia mie instan dan camilan. Soalnya, mereka sering mampir dan menginap. Yang buat kaget, mereka sudah menitipkan ransel berisi baju ganti dari jauh-jauh hari. Sore itu, Kiran dan Ria lagi asyik nonton kartun di ruang tamu sambil nunggu Ranu masak mie. Tiba-tiba, Ria berbisik, “Kayaknya aku agak ragu deh, Ranu bisa masak mie apa nggak.” Dari tadi, Ranu yang nawarin diri buat masak, tapi Ria masih agak curiga. “Kiran, aku ke belakang dulu, ya. Kamu lanjut nonton aja.” Dengan rasa penasaran, Ria mengintip ke dapur. Ternyata, dugaan Ria benar. Ranu lagi melamun di depan kompor, matanya kosong melihat mie yang sedang direbus. Kayaknya dia memikirkan sesuatu yang jauh sekali. “Ranu, masih lama?” Ria menarik kursi dan duduk di samping meja makan, sedikit membuyarkan lamunan Ranu. “Sebentar lagi,” jawab Ranu sambil terus mengawasi mie di kompor. Lalu, dengan nada pelan, dia bertanya, “Kamu baik-baik saja mantan suami kamu dipenjara?” “Aku bingung, Ra
last updateLast Updated : 2023-12-09
Read more

Alam Nyata yang Tragis atau Mimpi Indah yang Semu?

“Kiran!” teriaknya berulang kali, namun tidak ada jawaban. “Aku membawa Kiran sebentar,” bisik sebuah suara lirih, diikuti oleh tawa kecil yang menyeramkan. Ria menoleh ke sana kemari, mencari sumber suara itu. Bulu kuduknya meremang. Ranu menghela napas panjang, kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya. Keadaan akan semakin buruk jika Kiran terlalu lama di alam lain. Ranu mondar-mandir di ruang tamu, pikirannya berkecamuk. Waktu terus berlalu, dan Kiran masih belum sadarkan diri. Gataka, dengan santainya, pasti sedang menikmati permainan ini. Ranu tahu dia harus bertindak, tapi apa? Seingat dia, ada satu cara, namun keberhasilannya sangatlah kecil. Sementara itu, Ria terus menjaga Kiran yang terbaring lemah di sofa. Wajah sahabatnya pucat pasi, seperti porselen yang rapuh. Dia tak mengerti apa yang sedang terjadi, namun instingnya mengatakan bahwa situasi ini sangat berbahaya. Tiba-tiba, Ria mendengar suara telepon setelah Ranu ke luar, sepertinya pria itu sedang berbicara d
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

Energi Raka Terkuras

Sara tersenyum lembut, mengelus rambut putrinya. “Raka, apa kabar?” Tarendra memeluk erat Raka, seakan sudah lama tak bertemu. “Jangan main terlalu jauh, ya,” ujarnya hangat. Raka membalas pelukan itu, lalu tersenyum lembut ke arah Kiran. “Baik, Om.” Setelah melepas pelukan, Raka mengulurkan tangannya, “Ayo.” Kiran ragu-ragu. Hatinya bergemuruh antara ingin bertahan dan keinginan untuk pergi. Raka, yang seakan membaca pikirannya, mengirimkan pesan batin, “Ini bukan tempat kamu, Kiran. Tempat ini adalah jebakan yang dibuat Gataka. Kalau kamu terus tinggal di sini, kamu akan kehilangan dirimu sendiri.” Kiran menggeleng pelan. “Tapi aku sudah nyaman di sini,” batinnya membalas, suaranya terdengar lirih dalam pikiran Raka. Raka menarik napas dalam-dalam, “Aku tahu ini sulit, tapi kita harus keluar dari sini.” Kiran menatap rumah hangat itu dengan keraguan. Di satu sisi, ia begitu bahagia menemukan keluarganya di sini. Namun, suara kebenaran dalam dirinya semakin kuat. Dengan
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

Perasaan Mereka Sama, Ketika Bertemu Vilas

Pagi ini, seperti biasa, ketiganya berangkat bersama. Mereka berusaha melupakan kejadian semalam, menggantinya dengan senyum tipis. Hari Senin, hari yang sering dianggap sebagai momok bagi para pekerja, kini mereka hadapi. Meski begitu, pikiran mereka melayang ke berbagai rencana akhir pekan nanti. Liburan singkat? Atau mungkin hanya bersantai di rumah? Pikiran seperti itu adalah hal wajar, bahkan menjadi semacam mantra untuk melewati hari kerja. "Ranu, kok kamu tidur di lantai ruang tamu, sih? Tadi pagi aku lihat kamu pas ambil minum," tanya Ria sambil tersenyum tipis. Ranu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, membuat Ria dan Kiran ikut heran. “Kayaknya aku tadi terguling deh,” ujarnya sambil menggaruk kepala. Kiran terkejut. “Kok bisa, sih?” "Mungkin dia lagi latihan akrobat dalam tidur," canda Ria. Kiran hanya menggeleng sambil tersenyum. Mereka baru saja akan melangkah melewati gedung kantor pusat ketika sebuah sedan silver mengkilat berhenti tepat di depan mereka. Suara rem men
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more

Ide Mendaki ke Gunung Arang

Di tengah kesibukannya, Kiran terus menyusun potongan-potongan teka-teki. Seperti dalam novel “Pedang dan Angkara” halaman 77, “Iblis semakin dekat tatkala kebenaran belum terungkap, bayangan gelap mulai menyelimuti dunia yang seharusnya terang.” Kata-kata Ranu tentang kisah cinta Bianca Rezmee dan Sagara Paramayoga, kini terasa semakin relevan. “Kejahatan apa yang disebut berkali-kali di buku itu?” Pertanyaan itu terus menghantuinya. Mungkin saja, “iblis” yang dimaksud bukanlah makhluk gaib, melainkan sifat jahat yang melekat pada manusia. Sosok antagonis dalam novel, yang digambarkan sebagai orang kaya raya dan berkuasa, memiliki kemiripan yang mencolok dengan Vilas. Ikatan persahabatan Tarendra dan Vilas tak terbantahkan. Perbedaan usia mereka dengan Bianca dan Sagara pun tak signifikan. Namun, rahasia apa yang tersembunyi di balik hubungan mereka dengan Sagara Paramayoga? *** Malam itu, di antara tumpukan buku, Ria dan Kiran duduk berhadapan. Cahaya lampu menerangi waja
last updateLast Updated : 2023-12-16
Read more

Memilih Pakaian

Menjelang istirahat, Hilda menghampiri keduanya dengan langkah pasti. Matanya tertuju langsung pada Kiran, membuat Ria merasa terabaikan. “Malam ini kalian datang, kan?” tanyanya, suaranya sengaja ditinggikan. Ria mengerutkan kening, “Nggak,” jawabnya singkat. Namun, Kiran langsung menyahut, “Iya.” Ria menoleh tajam ke arah Kiran. Semalam mereka tidak mencapai kesepakatan setelah mendapat undangan ulang tahun Hilda, tapi Ria tidak menyangka Kiran ingin datang. “Pada mau ke mana?” tanya Ranu, suaranya datar. Ria menoleh, baru menyadari kehadiran Ranu di belakangnya. “Kita berdua diundang ke acara ulang tahunnya,” jawab Kiran cepat, matanya melirik sekilas ke arah Ria. Ria mengamati interaksi antara Hilda dan Ranu. Gosip tentang ketertarikan Hilda pada Ranu sudah lama beredar di perusahaan. Dia tidak heran jika Hilda sengaja melempar umpan dengan jelas seperti itu. “Kalau mereka datang saya datang,” ucap Ranu sambil tersenyum tipis ke arah Hilda. Ria menghela napas. D
last updateLast Updated : 2023-12-17
Read more

Keterlibatan Gataka dalam Kematian Mila

Kiran bergegas ke kantor polisi. Sejak penangkapan terakhir, Ria tak pernah datang menjenguk Fuadi. Waktu semakin menipis, Kiran harus segera bertindak. Mampukah ia menyadarkan Fuadi sebelum bayang-bayang gelap menelannya seutuhnya? Cakra sudah berdiri di pintu masuk, senyum hangat terukir di wajahnya saat melihat Kiran mendekat. Tiga boks makan malam yang dibawanya membuat Cakra mengernyitkan dahi. “Buat siapa saja ini?” tanyanya penasaran. “Buat kamu, Ipda Aswin, sama Varafanu,” jawab Kiran sambil menyerahkan boks-boks itu. “Ayo masuk,” ajak Cakra. Dia meminta Kiran menunggu di ruang tunggu sementara dirinya masuk ke kantor Tim 1. Fuadi terlihat mengenaskan di dalam sel. Kantung mata hitamnya yang mencolok dan tatapan kosongnya menggambarkan penderitaan yang mendalam. Terkulai lemah di lantai, tubuhnya tampak kurus dan lemas. Besok pagi, dia akan dipindahkan ke lapas untuk menghadapi persidangan. Nasibnya sungguh memprihatinkan. “Aku boleh ke sana sebentar?” pinta Kiran, matany
last updateLast Updated : 2023-12-18
Read more

Haruskah Seperti Ini?

“HIHIHI, DIA MASIH SAMA.” Suara tawa Gataka membahana, mengagetkan Kiran. Ia mendongak, tatapannya bertemu dengan tatapan penuh makna Gataka. Seketika, jiwa Kiran melayang ke masa lalu. Cahaya matahari menyilaukan matanya ketika ia membuka kelopak mata. Hutan di depannya terlihat asing, namun terasa begitu familiar. Daun-daun kering berserakan di tanah, seakan mengundang dirinya untuk melangkah lebih jauh. Rasa penasaran dan rasa takut bercampur sulit dijelaskan. Sirine ambulans membelah keheningan malam. Kiran mengikuti petugas medis yang bergegas menuju lokasi kejadian. Suasana di sekitar lokasi kejadian mencekam. Warga berbisik-bisik, saling berpandangan dengan tatapan khawatir. Kiran berusaha menerobos kerumunan. Matanya terbelalak saat melihat seorang gadis muda tergantung di dahan pohon beringin. Tubuhnya yang mungil terlihat begitu rapuh. Ingatan tentang Tarendra kembali menghantuinya. Ia merasakan sakit yang sama seperti dulu, sakit yang menusuk hingga ke dalam jiwanya.
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more

Hilda Ingin Membongkar Rahasia Ranu dan Raka

Suasana pesta ulang tahun Hilda begitu hangat. Teman-teman kantornya yang akrab terlihat asyik berbincang di bawah pencahayaan lembut lampu pesta. Alunan musik pop yang santai menemani mereka menikmati hidangan manis seperti pancuran cokelat dan berbagai jenis kue. Pilihan minuman yang beragam, mulai dari mocktails hingga soda, semakin melengkapi suasana santai pesta. Ria mengangkat gelas champagne flute yang berkilau di bawah cahaya lampu. Kakinya jenjang melangkah mendekati Kiran yang sedang mengamati Ranu dari kejauhan. “Coba ini, deh. Kayaknya unik banget.” Kiran mendekati Ria, hidungnya mengernyit saat mencium aroma minuman itu. “Aneh baunya, agak menyengat.” Ranu yang memperhatikan mereka dari kejauhan langsung berseru, “Jangan sembarangan minum, ya! Tanya saya dulu.” Nada suaranya terdengar sedikit khawatir. Sebelum sempat mencicipi, gelas di tangan Ria sudah berpindah ke tangan Ranu. Ranu menghela napas lega, lalu mengambilkan mereka minuman yang lebih aman. “Ini lebih c
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status