Di kosan, Ria mondar-mandir tak tenang. Ranu menyuruhnya diam, tapi Ria tak bisa. “Kalau tahu gelisah begini, mending jangan kasih tahu. Harusnya ditenangkan, ‘Tenang, ada saya’,”rengeknya. Tak tahan dengan rasa gelisah, Ria langsung menelepon Ranu. “Halo,” suaranya berubah 180 derajat, dari singa menjadi kucing. “Ada apa?” Mendengar jawaban dari Ranu berpengaruh ke suasana hati Ria ternyata. “Aku gak betah di kosan. Mau ke rumah Kiran.” “Kamu punya masalah pendengaran atau sengaja menguji kesabaran saya? Belum ada satu jam habis saya ke situ, lho.” Ria menggigit bibir bawahnya ketika mendapat sungutan. “Ya sudah, besok jangan lupa ke sini!” “Jangan ke luar, awas nanti saya periksa di kosan kamu gak ada—‘ Ria menutup teleponnya padahal Ranu masih lanjut mengoceh. Ia lempar ponsel ke atas kasur, lalu badannya ikut tepar sambil menendang angin melampiaskan kekesalan. Ranu berdiri di depan pintu, tatapannya kosong. Ponselnya masih terkatup rapat. “Halo?” gumamnya, suaranya t
Terakhir Diperbarui : 2023-11-06 Baca selengkapnya