Semua Bab GATAKA : Kesengsaraan Berujung Kematian: Bab 21 - Bab 30

80 Bab

Bara di Hati Ranu

Ranu berniat mengunjungi Kiran di rumah dengan harapan mendapati Kiran sedang memasak atau beres-beres. Dia merasa momen-momen sederhana seperti itulah yang paling sesuai dengan Kiran. Selain itu, ada satu hal penting yang ingin dia sampaikan: permintaan maaf atas kejadian semalam di mana Ranu tanpa sengaja membuat Kiran merasa tersinggung. Pagar rumah tak terkunci, cahaya lampu teras menyala terang di siang hari. Sepertinya penghuninya kurang waspada. “Ini Ranu,” sapa Ranu sambil mengetuk pintu tiga kali. Dia menunggu, matanya menyapu lingkungan sekitar yang begitu tenang. Suara kunci bergeser memecah keheningan, membuat Ranu mendongak. Pandangannya langsung terpaku pada perempuan itu. Keringat membasahi rambutnya yang kusut, kelopak matanya terpejam sayu, dan ada bercak merah menyala di lantai. Semua kata-kata permintaan maaf yang sudah disiapkan seketika sirna. Telapak tangan Kiran berlumuran darah akibat menggigit mata pisau cutter kecil, tapi ia tak merasakan sakit. “Ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-05
Baca selengkapnya

Caranya Hanya Satu

Di kosan, Ria mondar-mandir tak tenang. Ranu menyuruhnya diam, tapi Ria tak bisa. “Kalau tahu gelisah begini, mending jangan kasih tahu. Harusnya ditenangkan, ‘Tenang, ada saya’,”rengeknya. Tak tahan dengan rasa gelisah, Ria langsung menelepon Ranu. “Halo,” suaranya berubah 180 derajat, dari singa menjadi kucing. “Ada apa?” Mendengar jawaban dari Ranu berpengaruh ke suasana hati Ria ternyata. “Aku gak betah di kosan. Mau ke rumah Kiran.” “Kamu punya masalah pendengaran atau sengaja menguji kesabaran saya? Belum ada satu jam habis saya ke situ, lho.” Ria menggigit bibir bawahnya ketika mendapat sungutan. “Ya sudah, besok jangan lupa ke sini!” “Jangan ke luar, awas nanti saya periksa di kosan kamu gak ada—‘ Ria menutup teleponnya padahal Ranu masih lanjut mengoceh. Ia lempar ponsel ke atas kasur, lalu badannya ikut tepar sambil menendang angin melampiaskan kekesalan. Ranu berdiri di depan pintu, tatapannya kosong. Ponselnya masih terkatup rapat. “Halo?” gumamnya, suaranya t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

Bayangan Rangkap Dokter Fandi

Memasuki kawasan Gedung A1, Ranu melepaskan tangannya dari lengan Ria sebelum gosip muncul. Ria terus mengikuti Ranu. “Ranu, punya kontak dokter tadi gak? Aku minta dong!” “Punya juga gak akan saya bagi.” Ranu melihat sekeliling mulai ramai karyawan berdatangan. “Mulai detik ini kita bukan teman, tapi rekan kerja. Pakai bahasa formal.” Ranu pergi ke mejanya untuk menghindari perhatian mereka. Sebelum mulai bekerja Ria sempat menanyakan sesuatu kepada Kiran. “Misalkan kita berdua dalam bahaya, kira-kia siapa yang Ranu tolong pertama kali?” “Kamu.” Menurut Kiran itu soal mudah. “Pikir dulu, jangan langsung jawab.” “Aku bakal suruh Ranu menyelamatkan kamu dulu,” kilah Kiran. “Mana boleh begitu peraturannya!” “Gataka gak semudah itu membiarkan aku dalam bahaya kecuali perbuatan Dia sendiri yang membahayakan aku. Kalau aku mati, Dia juga mati.” “Jangan bilang kata mati lagi kalau lagi ngobrol sama aku.” Ria cemberut, tidak ingin bicara lagi dengannya. “Kemarin Ranu beli
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-06
Baca selengkapnya

Petaka Memanggil Gataka

"Selamat datang, Gataka. Akhirnya kamu datang juga." "Jangan salah paham," ujar Gataka dengan nada meremehkan. "Aku hanya datang untuk menyelesaikan urusan yang belum selesai." “Kekuatanmu sebesar ini, padahal belum menyatu dengan gadis itu.” Nyeri menusuk dada Kiran, seakan ada dua tangan tak kasat mata yang saling tarik menarik “Kamu iri, Pembunuh?” balas Gataka, tersenyum sinis. “Pembunuh??” Dokter Fandi melotot, urat-urat di lehernya menegang. “Benar, Pembunuh. Kamulah yang membunuh wanita itu beberapa hari lalu. Dasar, bodoh.” Kiran terpaku di tempatnya. Jantungnya berdebar kencang, seakan hendak pecah dari rongganya. “Apa... apa maksudnya?” lirihnya, suaranya gemetar. “Gita? Kamu... kamu membunuhnya?” “Menyingkir!” Dokter Fandi berteriak, matanya memancarkan kegilaan. Tangannya melilit leher Kiran dengan cepat, jemarinya mencekik kuat. Kiran meronta, wajahnya memerah menahan napas. “Aku akan membunuh kalian semua!” Gedoran pintu membuyarkan konsentrasi Dokter Fa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-07
Baca selengkapnya

Bagaimana Jika Kamu Terluka?

Kiran mengalihkan pandangannya ke wajah Ranu yang berkaca-kaca. Air mata mengalir deras membasahi pipi Ranu, menggambarkan betapa khawatirnya ia pada Kiran. “Ranu...” lirih Kiran, suaranya lemah. Seorang dokter IGD mendekat, matanya tertuju pada luka di dahi Kiran. “Cepat bawa ke ruang perawatan,” perintahnya. Ranu menatap kosong ke arah pintu ruangan IGD. Penyesalan menghantamnya sekeras pukulan. Seharusnya dia tidak meremehkan pesan Kiran. Seharusnya dia datang lebih cepat. Sekarang, Kiran terbaring lemah, dan dia hanya bisa berharap yang terbaik. “Pak Ranu?” suara lembut Dokter Winda membuyarkan lamunannya. Mereka merupakan teman dekat semasa SMA. “Gimana keadaan Kiran?” tanya Ranu, suaranya serak. “Dia jelas sangat syok,” ucap Dokter Winda, suaranya lembut namun tegas. “Lukanya memang nggak parah, tapi dia mengalami dehidrasi yang cukup serius. Aku sudah pasang infus untuk menggantikan cairan tubuhnya. Nanti aku kasih rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut di Hirawan Hosp
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-08
Baca selengkapnya

Penegak Keadilan Seharusnya Menguak Kebenaran

“Aku rela melakukan apa pun asal kamu selamat.” Suaranya terdengar tulus dan meyakinkan. Bahkan jika nyawanya bisa menyelamatkan Kiran, tidak masalah Ranu mati saat itu juga. Ria meletakkan makanan di meja, matanya tertuju pada Kiran dan Ranu yang duduk berjauhan. “Kalian kenapa sih?” tanya Ria, matanya menyapu ruangan. Suasana tegang sekali. Kiran dan Ranu saling tatap, lalu sama-sama menunduk. “Berantem?” Ranu hanya menggeleng, sementara Kiran terlihat tak nyaman. Setelah berjam-jam menanti, akhirnya kabar baik datang. Dokter yang ikut dalam ambulans menelepon Ranu. “Dokter Fandi sudah dalam kondisi stabil,” ujarnya. Ranu merasa beban berat di hatinya seketika terangkat. Dia tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada tim medis PT SH atas bantuan mereka. “Karena sudah dapat kabar baik, kita bisa langsung pulang. Infusnya juga mau habis,” seru Ranu energinya terisi kembali. Ria menatap jam dinding. “Masih jam tiga sore, Ranu. Jam pulang kita kan jam empat.” Ranu terkeke
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-12
Baca selengkapnya

Membebaskan Jiwa Dokter Fandi

Setahun setelah kasusnya ditutup, sahabat Mila datang menemui Cakra. Dia mengungkapkan bahwa sebelum Mila mengakhiri hidupnya, beredar rumor di forum sekolah yang menyebut Mila menjalin hubungan dengan seorang anggota dewan eksekutif dan menerima dukungan finansial dari Grup Hirawan. “Grup Hirawan bergerak cepat merespons situasi ini. Setelah kabar mengenai Mila menyebar, mereka langsung hadir dan menawarkan uang. Ibu saya menerima tawaran uang, asal tutup mulut. Saya harap informasi yang saya berikan dapat sedikit membantu." Sejak saat itu, Cakra mulai menyelidiki Grup Hirawan secara diam-diam. Meskipun nama mereka sering muncul dalam berbagai kasus, namun selalu berhasil lolos dari proses hukum. Sebuah wawancara eksklusif dengan Vilas Hirawan, pimpinan utama grup tersebut, menarik perhatian Cakra. Dalam wawancara yang ditayangkan di saluran internal mereka, GSH News, Vilas mengkonfirmasi rencana pembangunan PT X di Kawasan Adiarang. Ketika ditanya mengenai keterlibatan putranya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-12
Baca selengkapnya

Bekerja Sama dengan Gataka, Artinya Kamu Menyerahkan Hidup

Ranu menarik napas panjang, perasaan lega memenuhi dadanya. Akhirnya, beban yang selama ini menindih hatinya terasa hilang. “Terima kasih banyak, Kiran. Aku benar-benar berutang budi sama kamu.” Mereka duduk berdampingan di bangku taman, menikmati suasana sore yang tenang. “Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan sebagai teman,” jawab Kiran sambil tersenyum. “Aku tahu,” balas Ranu, merasa sedikit menyesal. “Aku seharusnya lebih peka. Fandi memang pernah cerita tentang perempuan yang ia sukai. Aku enggak menyangka kalau ternyata ada hubungannya dengan kasus ini.” “Itulah hidup, Ranu,” sahut Kiran. “Kadang, kita terlalu fokus pada masalah kita sendiri sampai lupa memperhatikan orang di sekitar kita. Mulai sekarang, coba deh lebih peka sama cerita teman-temanmu.” Ponsel mereka berdering hampir bersamaan, notifikasi pesan masuk membanjiri layar. Dengan jantung berdebar, mereka membuka ponsel masing-masing. Sebuah tautan dari Ria menarik perhatian mereka. Dengan ragu, mere
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-13
Baca selengkapnya

Ranu Punya Rahasia?

Kiran dan Ranu saling bertukar pandang, masih tak percaya dengan keterkaitan Gita Serayu dengan Grup Hirawan. Semua kematian yang menimpa orang-orang di sekitar mereka semakin menguatkan dugaan itu. Kiran melamun, pikirannya melayang jauh. Tiba-tiba, lengannya ditarik Ranu. Mereka menoleh ke pintu masuk rumah sakit. Seorang pria paruh baya, dikelilingi enam bodyguard berjas hitam putih, baru saja keluar dari mobil mewah. Aura kekuasaan terpancar jelas dari setiap gerakannya. Pria itu langsung menuju ruang VVIP, ruangan yang sama tempat Dokter Fandi dirawat. “Itu dia!” Ranu berbisik, matanya terpaku pada sosok yang baru saja masuk lift. “Vilas Hirawan, Pimpinan Utama Grup Hirawan.” Suaranya datar, tanpa emosi. Kiran mengamati pria itu dengan seksama. Wajah yang familiar. “Aku pernah lihat dia di foto kelulusan Ayah.” Ranu mengangguk, matanya menyala dengan tekad. “Kita ikuti dia sekarang.” Kiran terbelalak. “Hah?” Ranu dengan cepat menutupi kepala Kiran dengan tudung jaketny
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-14
Baca selengkapnya

Kawan Bisa Menjadi Lawan, Berlaku Sebaliknya

Tujuan akhir Ranu adalah kediaman pribadinya, yang asli. Tersembunyi di balik gedung-gedung produksi dan tembok tinggi PT SH, rumah megah itu bagai istana tersembunyi. Hanya segelintir orang terpilih yang mengetahui keberadaannya. Begitu memasuki halaman rumah, Ranu disambut oleh pemandangan yang menawan: air mancur menari gemulai, lapangan basket pribadi, dan deretan mobil mewah. Dua dari mobil tersebut adalah miliknya. Dengan langkah pasti, Ranu mendekatkan diri pada pintu masuk utama. Kunci mobil yang berkilau di genggamannya menjadi satu-satunya akses menuju dunia pribadinya. Sebuah kode angka pendek kemudian mengetikkan sandi, dan pintu otomatis meluncur ke samping, memperlihatkan interior rumah yang begitu megah. Desain monokrom yang elegan menciptakan suasana tenang namun mewah. Setiap furnitur yang tertata rapi seolah berbicara tentang kekayaan dan selera tinggi pemiliknya. Ranu berjalan menuju ruang kerja yang luas, dinding kaca membatasi ruang tersebut sehingga dia dapat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status