All Chapters of GATAKA : Kesengsaraan Berujung Kematian: Chapter 61 - Chapter 70

80 Chapters

Ria Dirasuki Roh Aina

Ria, yang menyaksikan semuanya, hanya bisa menatap mereka dengan wajah bingung. Tak disangka, Aina langsung menuju ke arah Raka, niatnya jelas: balas dendam. Dengan lihai, roh itu meluncur masuk ke tubuh Ria dan langsung meraih belati yang tergeletak di dekatnya. Ranu berusaha menghentikan Ria, namun tendangan keras Ria ke dadanya membuat tubuh Ranu terpental. Ria, dengan tatapan mata yang dingin, perlahan mendekati Raka. Kiran dengan cepat berdiri di antara Raka dan Ria. Kedua tangannya menggenggam erat belati yang terhunus. Napas Raka tersengal, matanya menghindari tatapan tajam Aina yang merasuki tubuh Ria. “Lihat betapa pengecutnya kamu, Raka,” suara Aina terdengar dingin dan penuh kebencian, “Kamu sama sekali gak berubah!” Wajah Kiran semakin pucat pasi, bekas cekikan membiru di lehernya. Darah segar mengalir deras dari tangannya yang terluka. Ironis, ia harus melindungi orang yang dulu pernah menyakiti Aina, dan kini menipunya. “Kamu gak berhak melukai siapa pun mengg
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

Peristiwa Sebelum Kematian Aina

Raka berlari turun dengan napas tersengal-sengal, tangannya mengepal erat. Dia bersembunyi di balik pohon besar, jantungnya berdebar kencang. Suara Aina memanggil namanya bagai belati yang menusuk hatinya. Kenangan indah bersama gadis itu kini terasa begitu pahit. Sinar matahari pagi menyinari kelas, namun suasana di dalamnya terasa dingin. Aina melangkah masuk, membawa bekal makan siang. “Kiran sudah menunggu,” ujarnya sambil tersenyum. Raka yang sedang menatap keluar jendela, menoleh sekilas. “Aku gak lapar,” jawabnya datar. Aina mengerjap khawatir. “Tapi kamu seharian belum makan. Jangan sampai sakit.” Raka menatapnya tajam. “Aku bilang aku gak mau! Jangan paksa aku! Aku hidup atau mati bukan urusan kamu!” bentaknya. “Jelas urusan aku—“ Aina terdiam, matanya berkaca-kaca. Dia tidak menyangka Raka akan berbicara sekejam itu. Tatapan teman-teman sekelas yang tertuju pada mereka membuatnya semakin malu. Raka mengangkat wajahnya, senyum sinisnya memudar, digantikan oleh ekspre
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more

Kesempatan Kedua Hilang

“Baru kali ini aku mengalami serangkaian peristiwa horor saat mendaki dan belum sampai puncak terpaksa pulang.” Ria menghela napas panjang, matanya menatap kosong ke luar jendela. “Rasanya seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai.” Ranu menatap Kiran yang masih fokus ke luar jendela. “Ini yang terbaik, jangan terlalu kecewa.” “Siapa juga yang kecewa,” balas Ria bersandar pada kursi mobil, memejamkan mata dengan tenang. Kiran mengalihkan pandangannya ke luar jendela. “Raka pasti sudah pulang dan baik-baik saja.” Ia berusaha meyakinkan diri sendiri, namun rasa gelisah tetap menghantui pikirannya. Ria turun dari mobil, melambai sekilas pada Kiran sebelum menghilang di balik pintu masuk. Ranu melajukan mobilnya, lanjut mengantar Kiran ke rumahnya. Ranu membuka bagasi, siap menurunkan tas Kiran. Gadis itu hanya berdiri di belakangnya, menatap kosong ke depan. Ranu tahu Kiran sedang menahan sakit. “Letakkan saja di sini." Kiran menunjuk ke sebuah sudut di teras rumahnya. Pria itu me
last updateLast Updated : 2024-01-28
Read more

Rumor Keluarga Konglomerat

Ria keluar dari taksi, terpapah sinar matahari yang menyengat. Keringat mulai bermunculan di dahinya. “Gak nyangka harus keluar di hari libur, siang bolong lagi,” gumamnya. Ipda Aswin keluar dari kantor, menarik napas dalam-dalam. “Ah, akhirnya bisa sedikit bersantai,” gumamnya sambil berjalan santai menuju area bebas merokok. Berharap bisa melupakan sedikit kasus yang sedang dia tangani. Ria melihat Ipda Aswin sedang berbicara dengan seorang petugas di dekat pintu masuk. Dengan langkah pasti, Ria menghampiri keduanya. Saat mata mereka bertemu, Ria tersenyum ramah. Ipda Aswin membalas senyumannya, lalu menepuk bahu rekannya dan meminta izin untuk berbicara sebentar dengan Ria. Tangan kanannya dengan cepat menyembunyikan rokok di belakang punggung. “Ah, kamu. Ada apa datang ke sini?” suaranya terdengar sedikit gugup. “Kamu mau bertemu Iptu Cakra atau saya?” tanya Aswin sambil mengangkat alisnya. “Kalau boleh dua, kenapa harus satu?” jawab Ria sambil tertawa kecil. Ria tidak akan
last updateLast Updated : 2024-01-29
Read more

Pesan yang Ranu Tinggalkan untuk Raka

Ranu menatap foto Tarendra dan Kiran yang tergantung di dinding. Secangkir kopi susu hangat menghangatkan tangannya. Ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Dengan hati berdebar, Ranu melangkah menuju pintu, berharap yang datang adalah sosok yang selama ini ditunggunya. Namun, senyumnya memudar begitu melihat wajah Ria di balik pintu. Ria memicingkan mata, menatap Ranu dengan curiga. “Aku nggak salah alamat, kan?” Ranu berusaha tersenyum santai. “Ada apa? Kiran lagi pergi.” Ria langsung menerobos masuk, matanya menyapu ruangan dengan cepat. “Pergi ke mana?” tanyanya, nada suaranya dingin. “Kamu ngobrak-ngabrik rumahnya Kiran, ya?” Ranu duduk bersila di lantai, punggungnya bersandar pada bantal sofa. Ponselnya diraih, layarnya dinyalakan. Dia menggesek layar dengan cepat, mencari-cari nama Kiran di daftar kontak. Ria duduk di sebelahnya, jarak di antara mereka terasa begitu jauh. Matanya menatap langit-langit, seolah mencari jawaban di sana. “Ranu,” suaranya lirih, “saat kamu diras
last updateLast Updated : 2024-01-29
Read more

Sosok yang Ditakuti Vilas dan Gataka

"Kiran... Ingatannya sudah kembali." Raka merenungkan pesan itu dalam diam. Semua akan kembali ke titik semula, termasuk ingatan Kiran. Artinya, Ranu masih bersama Kiran hingga detik ini. Tindakan Ranu benar, pria itu harus berdiri di sisi Kiran daripada bersembunyi seperti dirinya. Rasa iri menusuk hatinya, namun dia juga merasa lega. “Raka,” panggil Angga, suaranya penuh kekhawatiran. Raka mengangkat wajahnya. “Kenapa raut wajahmu begitu muram?” Dia tertawa getir. “Ini pertanda bagus.” Angga mengangguk pelan. “Hanya bagus untuknya,” ujarnya, merujuk pada Kiran. Kegigihan Kiran mencari kebenaran atas kematian Tarendra dan balas dendamnya pada Vilas akan makin berapi. Kepribadian Kiran sebelum dan saat amnesia sangat jauh berbeda. “Angga. Aku butuh bantuan kamu. Demi kita semua. Meskipun aku harus pura-pura membela Vilas, tolong bantu Kiran,” pinta Raka benar-benar terakhir kali. “Kamu sudah banyak berkorban. Gak usah dipikirkan lagi masa lalu kalian.” Angga mencoba menenangkan
last updateLast Updated : 2024-01-30
Read more

Sang Lentera Dalam Kegelapan, Sagara Paramayoga

Pena emas itu menari anggun di atas kertas putih, menggoreskan kata-kata misterius. Sorot mata pria itu sendu, terpancar kesepian yang mendalam. Tiba-tiba, seorang gadis remaja dengan celana kulot abu-abu dan sandal selop hitam muncul dari balik bayangan, menghampiri meja tempat pria itu duduk. Gadis itu membaca tulisan itu perlahan-lahan, seolah-olah menimbang setiap kata. ‘Semua yang memulai harus mengakhiri supaya hidup orang yang direnggut bisa kembali.’ Kalimat itu bagai sebuah peringatan, sebuah konsekuensi dari tindakan yang telah dilakukan. “Sudah pulang? Kamu buat Ayah khawatir,” kata pria itu, suaranya sedikit melunak. “Kemana saja kamu?” “Aku mencari cara untuk membantu Kiran,” jawab gadis itu. “Ayah gagal, tapi aku gak akan menyerah.” Sagara Paramayoga, sosok lemah lembut yang selalu diselimuti misteri, duduk di kursi kulit tua, matanya terpaku pada tulisannya sendiri. “Ayah tahu kamu peduli sama Kiran, tapi jangan sampai kamu membahayakan dirimu sendiri.” Bersama put
last updateLast Updated : 2024-02-02
Read more

Akibat yang Harus Mereka Terima

Kiran melangkah keluar dari gedung A1, matanya mencari-cari sosok Raka. Saat melihat Raka keluar dari gedung B1, senyum merekah di wajahnya. “Raka!” panggilnya dengan riang, melambai-lambaikan tangan. Raka yang sedang berjalan santai, mendongak dan tersenyum saat mendengar namanya disebut. Dia sedikit mempercepat langkahnya, antusias untuk bertemu Kiran. Ponsel Kiran bergetar, sebuah notifikasi dari nomor tak dikenal muncul di layar. Rasa penasaran menggelitiknya, tapi juga membuatnya was-was. Dengan hati-hati, Kiran membuka notifikasi itu. Sebuah foto. Jantungnya berdebar kencang saat jemarinya menyentuh layar, namun tiba-tiba saja ponselnya terlepas dari genggamannya dan jatuh ke tanah. "S-siapa yang kirim ini?" gumamnya sedikit gemetar. Kiran buru-buru memungut ponselnya yang layarnya retak, jantungnya berdebar kencang. Raka yang melihatnya, mengerutkan kening. “Kiran, ada apa?” tanyanya perhatian. Kiran berusaha tersenyum, “Nggak sengaja jatuh.” Ia memasukkan ponselnya ke s
last updateLast Updated : 2024-02-04
Read more

Terhimpit Waktu

Suasana tegang menyelimuti rapat di Kantor Pusat Grup Hirawan. Vilas, sang Pimpinan Utama, menjadi sorotan setelah sebuah artikel viral membongkar aksi pembobolan ruang kerjanya oleh sosok misterius. Berita ini menyebar dengan cepat di media sosial, memicu kekhawatiran akan kebocoran informasi penting perusahaan. Dewan direksi dan komisaris pun dibuat geram. Sekretaris Vilas, Angga, terlihat sibuk mengabaikan panggilan telepon yang membanjiri ponselnya. “Pak Vilas,” suara Pak Adiyaksa terdengar tajam, “Apakah benar informasi dalam artikel itu? Bagaimana bisa ruang kerja utama dibobol? Keamanan di kantor pusat kita selama ini sangat ketat, bukan?” Direktur Manajemen Risiko itu menatap tajam ke arah Vilas. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat penuh kekhawatiran. Pak Darmawangsa, Komisaris Utama, ikut angkat bicara, “Saya merasa tidak aman sekarang, Pak Vilas. Apa mungkin ada orang dalam yang terlibat dalam kasus ini?” Pria botak itu terlihat gelisah, matanya terus berkeliling ru
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

Kiran dan Iptu Cakra Mengetahui Identitasnya

“Itulah sebabnya aku di sini. Untuk membantumu melihat kebenaran.” Pengalaman dan intuisi Bianca selama bertahun-tahun telah mempelajari karakteristik Gataka. Raka masih terdiam di sana, menatap kosong ke arah matahari terbenam. Kepalanya penuh dengan pertanyaan yang menuntut jawaban. Dia memutuskan, satu-satunya cara untuk menemukan kedamaian adalah dengan berbicara langsung pada Kiran. Raka buru-buru membuka pintu, berpapasan dengan Ranu yang baru pulang kerja. Ranu ingin bertanya, namun Raka sudah jauh melangkah. Sekuriti membungkuk hormat, matanya tertuju pada Raka dengan tatapan penuh penghormatan. Tanpa dia duga, Kiran menyaksikan itu ketika mereka sepakat bertemu di gerbang utama setelah jam pulang. Kiran menepuk pelan bahu Raka dari belakang. “Maaf ya, lama. Aku baru selesai lembur.” Sambil berjalan berdampingan, Raka bertanya pada Kiran, “Ria mana? Lembur juga?” Kiran mengangguk. “Iya, tapi dia lembur dua jam. Aku cuma satu jam.” Mau sekalian makan malam?” ajak Raka,
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status