All Chapters of GATAKA : Kesengsaraan Berujung Kematian: Chapter 51 - Chapter 60

80 Chapters

Kalimat yang Menusuk Sanubari

“Hilda!” Ria berteriak histeris, menarik Kiran menjauh. Jeritan menggema saat tubuh Hilda terhempas ke lantai, membasahi gaun merahnya dengan darah segar. Napas Kiran tercekat. Mata mereka bertemu sejenak, tatapan Hilda penuh makna sebelum ia merintih kesakitan. Kaki Kiran terasa seperti terpaku di tempat, tak mampu bergerak. Bukan rasa takut yang mencengkeramnya, melainkan keheranan yang mendalam. Ranu sudah menghubungi ambulans, namun keheningan mencekam itu terasa begitu berat. Bau amis darah segar memenuhi ruangan, seakan mengundang kehadiran makhluk-makhluk tak kasat mata. Hilda, yang tadi berusaha meraih kaki Kiran, kini terkulai lemas, tak berdaya. Ranu memeriksa nadinya, kepastian pahit terucap dari bibirnya, “Dia meninggal.” Suara sirine ambulans memecah keheningan. Ria, yang baru tersadar, menarik lengan Kiran. “Kita harus pergi dari sini sekarang juga!” Namun, kaki Kiran terasa seperti tertancap di lantai. Ingatan tentang kematian Hilda, yang begitu mendadak dan tragi
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Sudut Pandang Angga Brawijaya

“Vilas menuju Hotel Seven1?” Raka mengulang kata-kata Angga dengan nada tak percaya. Angguk pelan dari Angga mengkonfirmasi kabar buruk itu. “Aku baru dapat informasi dari salah satu petugas keamanan hotel. Katanya, Vilas memang sudah melakukan reservasi.” Raka mengangguk, matanya tidak lepas dari layar laptop. “Sudah dapat yang aku minta?” Angga mengangguk, meletakkan tablet di atas meja. “Hilda Namira. Dia salah satu penerima sponsor dari Grup Hirawan. Selain bekerja di PT SH, ternyata dia juga punya hubungan khusus dengan seorang anggota dewan partai politik.” Raka menatap foto Hilda di layar tablet. Jari Raka dengan gesit menggulir layar ponselnya, membaca satu per satu cuitan Hilda di media sosial. “Hilda... dia tahu lebih banyak dari yang kita kira,” gumam Raka, matanya menatap intens pada layar. “Sepertinya Hilda tahu kamu CEO PT SH karena hubungannya dengan Vilas,” gumamnya, nada suaranya penuh makna. “Gita juga begitu, walaupun caranya tahu berbeda.” “Pola perm
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Membobol Brankas Vilas

Setibanya di jalan kecil tanpa kamera pengawas, Angga naik ke atas mobil dan melompati tembok pembatas kantor pusat yang terhubung ke pintu belakang. Sangat mudah menyusup karena tidak ada karyawan yang lembur. Angga memeriksa situasi supaya mengurangi potensi tertangkap petugas keamanan barangkali sedang patroli di sekitar gedung. Setelah berhasil menaiki tangga darurat sampai atas, Angga melangkah ke satu ruangan yang menjadi tempat eksekusi rencana. Papan bertuliskan Ruangan Pimpinan Utama di depan pintu menjelaskan Angga mengincar sesuatu di dalam sana. Pria itu memastikan tak ada siapa pun dari ekor mata, lalu memasukkan 6 digit PIN. Setelah berhasil masuk, Angga menutup pintu pelan dan langsung menuju brankas kecil di bawah meja Vilas. “Aku tahu pasti berat melakukan pekerjaan bersama Vilas. Ini permintaan terakhirku. Setelah rencana berhasil, terserah kamu mau tetap bertahan atau hengkang dari Grup Hirawan.” “Apa yang harus aku lakukan?” “Membobol brankas pribadi Vil
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Masa Kelam yang Terkuak

“Aku di sini lagi,” gumam Kiran, suaranya lirih. Lapangan sekolah itu begitu familiar, seperti foto yang sering ia lihat saat SMA. Anak-anak berlarian ke sana kemari, tawa mereka berbaur dengan gemerisik daun. Kiran tertegun sejenak, nostalgia menyergapnya. Awan gelap mulai menyelimuti langit, perlahan-lahan rintikan hujan mulai turun membasahi wajahnya. Dingin, namun terasa begitu nyata. Sebuah tangan menepis kasar tangan Kiran, menyadarkannya dari lamunan. Ia mendongak, menatap tajam sosok perempuan yang berdiri di hadapannya. “Kamu pasti mengira semua ini nggak penting, kan?” Suara perempuan itu meninggi, penuh amarah. Kiran meringis saat bahunya didorong kasar. Ia berusaha mengingat siapa perempuan di depannya ini, namun pikirannya masih berkecamuk. “Maaf, aku nggak ngerti,” gumam Kiran, suaranya lembut. Perempuan itu semakin marah. “Jangan pura-pura nggak tahu! Aku tahu kamu menyukainya juga!” Kiran semakin bingung. Siapa yang dimaksud perempuan ini? Hujan semakin deras
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Jadi Pergi ke Gunung Arang

“Aku sudah memperingatkanmu.” Kiran menoleh pada Gataka, matanya penuh kebencian. “Ini semua salah kamu!” teriaknya. Ia berlari menuruni tangga, air matanya membasahi wajahnya. “Aina!” Gataka secara licik mengutak-atik ingatan Kiran melalui mimpi. Setiap malam, Kiran dihantui teriakan minta tolong, penyesalan yang tak terjelaskan, dan kesedihan mendalam. Semuanya adalah jebakan yang dirancang Gataka. Pertemuan tak terduga itu ternyata adalah jebakan yang sudah dirancang matang oleh Ranu dan Raka. Ketiganya terikat oleh masa lalu yang kelam, di mana kematian Aina menjadi titik pusatnya. Sejak lima tahun lalu, mereka telah saling mengenal, namun Kiran masih belum menyadari bagaimana Aina bisa menemukan jejak Gataka. Gataka menyeringai, tatapannya menusuk. “Pergilah, nikmati saja sisa hidupmu yang menyedihkan bersama para pecundang. Itulah balasanmu.” *~* Kedua tangan Raka menopang dahinya, matanya terpejam rapat. Angga berdiri di hadapannya, sosok tegap yang sabar menunggu.
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Perjalanan ke Gunung Arang

“Kiran suruh kamu ke rumah aku, kenapa kita ke rumahnya lagi sih?” Ria protes, sambil menoyor kepala Ranu pelan. “Rumah Kiran kan markas kita, Ria. Sudah ah, ayo cepetan!” sahut Ranu, menarik tangan Ria. Mata Ria membulat sempurna, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pria tampan yang biasanya hanya ramah di luar jam kerja itu kini berdiri di hadapannya, ditemani oleh Kiran, si pawang Raka. Julukan itu memang pas, pikir Ria, karena Raka hanya menunjukkan sisi ramahnya pada Kiran. Mulut Ria menganga lebar, begitu terkejut hingga Ranu harus mengangkat dagunya agar menutup kembali. Ria menepis tangan Ranu dengan kesal. “Jadi, kamu beneran ngajak Raka?” tanyanya, nada suaranya meninggi. Tawa singkat di akhir terdengar lebih seperti sindiran. Raka hanya mengangguk santai. “Iya, kenapa?” Ranu, yang sedari tadi mengamati situasi, langsung menyahut. “Sudahlah, daripada ribut terus. Gini saja, biar adil. Raka, kamu urus Ria. Aku urus Kiran.” Kiran dan Ria sama-sama mengerutkan kening
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Hukum Dunia Menurut Vilas

Wajib hukumnya bagi setiap pendaki Gunung Arang untuk melakukan registrasi di pos pendakian. Mereka pun tak luput dari kewajiban ini. Mereka mencari tempat duduk yang teduh untuk mengisi formulir pendaftaran. Saat itu, Kiran cukup terkejut melihat jumlah pendaki yang cukup banyak, terutama mereka yang telah menginjak usia setengah baya. Jalur pendakian yang tidak terlalu terjal membuat gunung ini ramah bagi semua kalangan usia. Banyak pendaki yang memanfaatkan akhir pekan untuk menikmati keindahan alam, berburu foto di spot-spot menarik, atau sekadar mencari ketenangan. Ria mengintip kertas Ranu, “Hah? Ranu H.? Nama lengkap kamu sepanjang gerbong kereta, kah? Terusin dong, ‘H’-nya apaan sih?” Ranu langsung menutup kertasnya, “Ini nama aku, bukan nama kamu!” Ria mendecih sambil melihat nama belakang Raka, “Kamu juga sama! ‘Ranu H.’ Dan ‘Raka H.’... kayak kode rahasia agen rahasia saja.” Kiran yang sudah selesai mengisi formulirnya, menjawab tenang, “Nama lengkapnya Ranu Hardan
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Gataka Menyambut

Aina tak pernah menyerah mengejar Raka. Di saat yang sama, Kiran dan Ranu semakin dekat. Merasa terisolasi, Raka akhirnya membuka hati untuk Aina. Awalnya, hubungan dengan Aina hanyalah pelarian bagi Raka. Namun, ketulusan Aina perlahan-lahan meluluhkan hatinya yang keras. Perhatian dan kasih sayang Aina menjadi oase di tengah kehidupannya yang penuh persaingan. Raka terdiam saat melihat foto-foto itu berserakan di meja. “Ayah... kenapa harus sampai begini?” “Ini semua sudah kuduga!” Vilas menunjuk foto-foto itu dengan marah. “Kamu pikir Ayah tidak akan tahu? Kamu sudah berani membangkang!” Raka meremas tangannya. “Jadi selama ini Ayah mengawasi aku dan Aina?” suaranya bergetar. Vilas menampar wajah Raka dengan keras. “Ini hukumanmu!” Raka merasakan sakit yang luar biasa, baik secara fisik maupun emosional. “Kamu bilang akan mengingat perkataan Ayah, ini hasilnya? Kamu menikmati menjadi pasangan pembawa sial, hah!” Vilas membentak, wajahnya memerah karena marah. Raka menatap ay
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Keturunan Cenayang

Kiran meremas kepalan tangannya, berusaha mengabaikan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. Tatapannya tertuju pada rumah tua di kejauhan, tempat di mana Gataka terakhir terlihat. Kabut tipis menyelimuti rumah-rumah tua itu, menciptakan suasana mencekam. Raka, yang seharusnya menjadi sumber kekuatannya, kini justru terlihat pucat pasi. Batu cempaka birunya redup, seakan kehilangan cahayanya. Di tengah hamparan tanah basah, rumah tua itu berdiri kokoh, menjulang tinggi. Angin berhembus dingin, membawa serta hawa mistis yang menusuk tulang. “Aku enggak habis pikir,” gumam Ria, lebih pada dirinya sendiri. “Kenapa tempat seangker ini dijadikan jalur pendakian? Gimana kalau ada yang punya niat nggak baik? Dengan aura gelap begini, bukannya tambah sehat malah bisa sakit parah. Aku yakin, kalau kita pulang dari sini, langsung masuk rumah sakit,” canda Ria, meskipun suaranya terdengar agak gemetar. “Mungkin diagnosisnya: keracunan aura negatif atau semacamnya.” “Kalian lihat, ruma
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Ranu Dirasuki Entitas Misterius

“Sagara... masih hidup?” gumam Kiran, suaranya bergetar. “Kiran mana?” tanya Ria kepada Ranu, suaranya terdengar cemas. “Lama sekali kalian di dalam.” Kiran mengantongi kertas itu dengan erat. “Di sini.” “Kalian kenapa?” tanya Raka, matanya menyipit curiga. Kiran berusaha terlihat biasa saja. Ranu menimpal, “Nggak ada apa-apa. Ayo kita ke rumah berikutnya.” Ria menatap Kiran dengan penuh tanya. “Beneran?” Kiran hanya tersenyum tipis, menyembunyikan kegelisahannya. “Kiran,” bisik Ranu, “Kamu percaya semua yang dibilang cenayang itu?” Kiran berhenti melangkah, matanya menatap jauh ke depan. “Percaya.” Suara Gataka membayangi Kiran. “Apa yang kamu sembunyikan dariku, Kiran? Jangan kira aku tidak tahu kamu mendapatkan sesuatu dari cenayang itu. Aku tidak bisa masuk ke dalam, kamu tahu? Kamu mengabaikan aku!” Gataka semakin berang. “Kamu sudah tahu dia anak Sagara? Apa yang akan kamu lakukan? Kamu ingin aku memberitahu mereka bahwa ingatanmu telah kembali?!” Kiran mengaj
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status