“Kiran suruh kamu ke rumah aku, kenapa kita ke rumahnya lagi sih?” Ria protes, sambil menoyor kepala Ranu pelan. “Rumah Kiran kan markas kita, Ria. Sudah ah, ayo cepetan!” sahut Ranu, menarik tangan Ria. Mata Ria membulat sempurna, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pria tampan yang biasanya hanya ramah di luar jam kerja itu kini berdiri di hadapannya, ditemani oleh Kiran, si pawang Raka. Julukan itu memang pas, pikir Ria, karena Raka hanya menunjukkan sisi ramahnya pada Kiran. Mulut Ria menganga lebar, begitu terkejut hingga Ranu harus mengangkat dagunya agar menutup kembali. Ria menepis tangan Ranu dengan kesal. “Jadi, kamu beneran ngajak Raka?” tanyanya, nada suaranya meninggi. Tawa singkat di akhir terdengar lebih seperti sindiran. Raka hanya mengangguk santai. “Iya, kenapa?” Ranu, yang sedari tadi mengamati situasi, langsung menyahut. “Sudahlah, daripada ribut terus. Gini saja, biar adil. Raka, kamu urus Ria. Aku urus Kiran.” Kiran dan Ria sama-sama mengerutkan kening
Last Updated : 2024-12-03 Read more