Home / CEO / Suami Lansiaku Ternyata CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Suami Lansiaku Ternyata CEO: Chapter 31 - Chapter 40

106 Chapters

SLTC - 031

Sova membelalakkan matanya saat Ia mendengar ucapan bu Ranti. Tak ada angin, tak ada hujan. Mengapa ada tuduhan seperti itu? Sova tak menyadari bahwa tadi Ia berteriak dan menangis histeris sehingga menimbulkan spekulasi tak baik dari para tetangga dan pemilik kontrakan. “Enggak ada, Bu. Enggak ada KDRT. Suami saya penyayang banget, Saya percaya itu tak akan pernah terjadi.” Sova berkata dengan penuh permohonan agar Ia betul-betul dipercaya oleh para tetangganya.Bahkan, Ia merangkul Roy penuh. Ia tak mau dicap tak baik oleh para tetangga. Apalagi, sampai ada ancaman melibatkan kepolisian. “Akang, enggak apa-apa?” tanya Sova seraya membingkai wajah suaminya. Melihat hal itu, Roy merasa ada sesuatu yang terjadi pada Sova. Apakah itu sandiwara yang dimainkan secara apik oleh istrinya? Ataukah ada hal lain yang tak Ia ketahui? Roy menggelengkan kepalanya, mengecup pucuk kepala Sova, meski sedikit ragu. “Bu Ranti dan semuanya. Terima kasih banyak karena telah peduli dengan nasib Sova.
Read more

SLTC - 032

“Tunggu! Saya belum sepenuhnya faham dengan maksud perkataan Ibu. Tadi Ibu bilang kalau suami saya adalah... bos besar?” tanya Sova dengan memicingkan matanya. “Iya, Nyonya,” sahut bu Ais yang merasa serba salah. “Hehehehe... “ Sova terkekeh saat mendengar ucapan dari bu Ais. “Jangan ngadi-ngadi, Bu. Aneh rasanya, suami saya yang tukang ojol bisa jadi bos besar dalam semalam. Simsalabim... boommmbbb,” kolah Sova seraya menggerakkan tangan kanannya seolah seorang peri yang sedang memantrai sesuatu dengan tongkatnya. “Nyonya sengaja ingin menjadi nyonya kan? Makanya mendekati Tuan Roy,” ada sinisme di ucapan bu Ais, meskipun wanita paruh baya itu ragu mengatakannya. Sova memandangi semua ruangan dengan penuh tanya, tanpa menghiraukan tuduhan bu Ais. Otaknya bekerja untuk berpikir jika ucapan bu Ais bohong, lantas bagaimana dengan mobil semalam? Bagaimana dengan kamar yang mirip istana raja ini? “Dimana suami saya?” tanya Sova mulai serius dengan mimik wajahnya. “Tuan sedang
Read more

SLTC - 033

Hari berjalan dengan tegap sambil membawa sebuah tas kantor. Penampilannya pun lengkap dengan jas dan kaca mata hitam yang pas sekali di badannya. “Kalian ini, sebenarnya perawat atau apa?” tanya Sova seraya menunjuk kepada saudara kembar itu bergantian. “Siang, Nyonya!” sapa Hari, persis seperti saat Sari menyapa dirinya. “Mimpi apa Aku semalam?!” keluh Sova seraya memutar bola matanya. Perawat kembar Sari dan Hari yang beberapa minggu ini sudah seperti sahabat baginya, kini berubah menjadi kaki dan sangat formal. “Tolong, antar Aku nemuin Ayah. Setelah itu, terserah!” titah Sova dengan mimik wajah yang lebih tegas. “Baik,” sahut Hari yang tak menyulitkan permintaan Sova. “Mari, Nyonya!” ajak Hari seraya merentangkan tangan kanannya, mempersilakan Sova untuk berjalan lebih dulu. “Kamu duluan! Saya enggak tahu denah rumah ini, sama sekali,” ucap Sova yang malah menahan langkah kakinya, memberi kesempatan untuk Hari berjalan lebih dulu. “Ka..
Read more

SLTC - 034

Roy kembali terkejut dengan tingkah Sova, padahal ini adalah yang kedua kalinya. Kali ini, ada rasa kesal dalam hati Roy. Lelaki itu mengira bahwa Sova sengaja melakukan hal tersebut, demi tak melakukan hal intim bersamanya. “Kalau kamu memang enggak mau besok kamu bisa pulang sama Ayahmu!” kesal Roy. Entah dari mana pesan ancaman itu keluar dari bibir Roy. Padahal, selama ini Ia begitu sabar memperlakukan Sova. Bahkan, Ia pun tahu bahwa Sova begitu menerima dirinya dengan segala kurangnya. Tapi, hasrat yang sedang meletup-letup dan tak bisa tersalurkan, membuat Roy tak berpikir panjang. Ya, berada dengan Sova membuat Ia bersikap kekanak-kanakan. Melihat Sova menangis dengan memeluk lututnya di pojokan, tak membuat Roy merasa kasihan. Justru, Ia menganggap bahwa Ia baru mengenal sifat Sova yang sebenarnya. Lelaki itu pun pergi meninggalkan Sova yang sedang menangis sendiri, menuju ruang kerjanya. Bahkan, Ia tak ingin tidur bersama Sova. Roy menekan tombol li
Read more

SLTC - 035

Roy mengerutkan keningnya cukup dalam saat mendengar kalimat pembuka dari bu Ais. Lelaki itu pun menyenderkan punggungnya ke kursi kebesaran miliknya, berusaha bersikap rileks. “Jadi... bagaimana?” tanya Roy lebih tenang. Ia hanya ingin tahu apa yang akan dikatakan oleh bu Ais. “Tuan, bolehkah saya duduk? Ini... Emmmhh, Saya akan runtut cerita dari awal.” Bu Ais meminta duduk, demi menurunkan detak jantungnya yang berpacu semakin kencang. Roy teringat kala menemukan Sova yang sedang duduk bersama bu Ais, masih hari kemarin. Ya, kejadian demi kejadian berjalan begitu cepatcepat, tepatnya terasa begitu cepat. “Oke. Silakan duduk di sofa!” titahnya seraya berdiri memutari meja kerjanya, menuju sofa yang berada di ruang kerja tersebut. Bu Ais menunggu Roy duduk di sana lebih dulu, sebelum akhirnya Ia ikut duduk di sana. Bu Ais memang diperlakukan sangat baik oleh mendiang Dania, tapi tidak terlalu dekat dengan Roy. “Duduklah, Bi!” titah Roy menunjuk ke arah sofa yang bersebrangan den
Read more

33. SLTC - 036

“Kang, jadi malam kemarin kita naik mobil mewah itu nyata ya? Bukan Cuma halusinasiku aja?!” Sova terus saja berbicara seperti kereta api yang tak kunjung berhenti. Matanya terus Ia edarkan ke setiap sudut jalanan, mencari apa yang menarik dan pantas untuk dikomentari. Bahkan, Ia sudah membicarakan hal ini ke tujuh kalinya selama di perjalanan. “Iya, Sayang. Ini udah ke sekian kali Akang jawab iya, ya!” kekeh Roy yang merasa gemas dengan tingkah laku Sova. Sepanjang perjalanan pun tak luput dari canda dan tawa sejoli itu. Bahkan, Agus yang merupakan sopir Roy hanya bisa berpura-pura tuli dan bisu. Tuli dari obrolan majikan yang mengarah pada mesra. Bisu dari keinginannya yang kuat untuk berkomentar. Akhirnya, mobil pun masuk ke pelataran sebuah klinik yang bernuansa taman dan homey.“Kita kemana? Ini... kayak bukan restoran, Kang!” tanya Sova keheranan. “Kamu lapar? Mau makan dulu?” tanya Roy yang merasa bersalah karena tak membawa Sova ke tempat makan terlebih dahulu. Se
Read more

SLTC - 037

Sova masih menangis dengan tangisan yang terdengar sangat pilu. Hilda pun mendudukkannya di sebuah sofa panjang, agar gadis itu menghabiskan semua rasa sedihnya. "Ambilkan minum! " titah Hilda kepada seorang asisten pribadinya yang baru saja masuk ke dalam ruangan, setelah dipanggil oleh Roy. "Baik, dok!" sahut asisten pribadinya tersebut. Tak lama, asisten berseragam hijau tua itu pun memberikan segelas air putih hangat kepada Sova. “Ayo, Mbak. Diminum dulu ya!” Pintanya seraya tersenyum hangat, sambil terdiam tak bergeming. Sova yang masih terisak di atas Sofa dengan kaki terangkat dan Ia peluk, menggelengkan kepalanya. Tak ada celah bagi asisten perawat itu untuk memberi Sova air hangat. Di saat itulah, Sova mengucapkan beberapa patah kata yang sudah mulai tersambung. Beberapa detik berjalan, Sova fokus dengan suara Hilda yang menuntunnya masuk ke alam yang Ia kehendaki. Perlahan tapi pasti, Sova pun semakin diam dan tak lagi mengeluarkan air mata. Roy yang menyaksikan keja
Read more

SLTC - 038

“Sova! Sova! Sayang!” Sova menggeliat saat pendengarannya menangkap suara bariton yang beberapa waktu ini sudah mengisi hari-harinya. “Kang!” panggilnya saat Ia mendapati wajah suaminya terbingkai dekat dengan wajah miliknya. “Sayang, bolehkah?” tanya Roy dengan mata sayu. “Jangan. Ini di tempatnya temen Akang. Geser, please!” minta Sova dengan memperlihatkan mata kucingnya. Roy menjauhkan dirinya dari Sova, kemudian duduk. Sova memindai ruangan tempat saat ini Ia berada. “Ini kan...?” Sova langsung duduk dari tidurnya, kemudian menepuk-nepuk ranjang yang tadi Ia tiduri. “Ini rumah Akang?” tanya Sova seolah tak percaya. “Rumah kita,” ralat Roy sambil tersenyum manis. Lelaki itu merasa gemas melihat tingkah polos istrinya. “Kan, semalem Aku masih di tempatnya dokter Hilda, nungguin Akang. Kok, sekarang... “ “Di tempat kita. Di tempat peraduan kita,” sahut Roy sambil menjawil dagu Sova dengan gemas. “Ya ampun, kenapa saat ada di samping Sova, Aku kaya anak kecil ya?
Read more

SLTC -039

Roy mengusap-usap pundak Sova, berusaha menenangkan kegelisahan istrinya. Setelah terapi, Sova memang masih memiliki sentimentil berlebih untuk hal-hal tertentu. Bahkan, Roy pun belum berani untuk memberikan ciuman di bibir Sova. Saat sesi hypnotherapy, Sova seringkali menolak verbal ataupun visual yang merangsang otak seseorang untuk masuk ke dalam halusinasi hipnosis. Bahkan, Sova pernah dibawa ke terapis lain, namun lebih gagal. “Maafin Ayah!” pinta pak Harun yang merasa bersalah karena telah menyebut kata ibumu. Padahal, sebenarnya pak Harun ingin membahas Atikah, ibu kandung Sova. Namun, karena selama Ia hidup hanya mengenal Devi sebagai seorang Ibu, tentu saja yang diterima oleh otak Sova adalah nama Devi. “Ayo. Kita berangkat ya!” ajak Roy seraya membawa Sova pergi, meninggalkan pak Harun di meja makan seorang diri. Sova naik ke dalam mobil high MPV itu terlebih dahulu. Ia merasa lelah setelah pikirannya mengingat dendam dan sakit hati terhadap Devi. “Bos!” panggil Hari, me
Read more

SLTC - 040

“Kamu siap, Sayang?” tanya Roy seraya menyunggingkan senyum termanisnya. Senyum matikan dari seorang pria matang nan elegan, membuat banyak wanita cantik terhipnotis dengan ketampanannya, apalagi uangnya. “Huuffhh... Aku siap!” jawab Sova tanpa menoleh ke arah suaminya. Ia membayangkan hal yang selalu diajarkan oleh Meri, untuk menjadi wanita elegan. “Ayo!” ajak Roy seraya menyerahkan lengannya untuk dipegang Sova. “Kang!” panggil Sova. Ia pun menatap manik mata Roy yang menunggu kalimat lanjutan darinya. “Apa Aku sudah terlihat lebih dewasa?” tanya Sova terdengar sedikit khawatir. “Maksudnya, Sayang?” tanya Roy tak mengerti. “Akang lebih suka kalau kamu imut. Bikin Akang pengen uwel-uwel,” ucap Roy seraya terkekeh. “Itu kalau di rumah aja Kang. Kalau di sini, apa iya kalau Aku harus imut? Entar, Aku enggak dihargai sebagai istri CEO? Aku enggak diperhitungkan sebagai wanita berkelas? Bukankah Aku harus berdiri kuat di atas kakiku sendiri, biar Akang tenang?!” tanya Sova s
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status