Semua Bab Suami Lansiaku Ternyata CEO: Bab 41 - Bab 50

106 Bab

SLTC - 041

Sova mengikuti langkah kaki Roy, memasuki ruangan CEO. Ruangan yang didesain sangat apik serta homey. “Kayaknya, ruangan Akang punya konsep yang mirip sama tempat prakteknya Kak Hilda.” Sova terus memindai setiap sudut ruangan yang menurutnya sangat menenangkan. Terlebih, Roy menaruh air terjun dinding model klasik di salah satu sudut ruangannya, menambah keasrian ruangan. “Aku suka ini, Kang! Kayak pulang kampung.” Sova tertawa seraya memasukkan telunjuknya diantara air yang terus terjatuh. “Kamu suka, Sayang?” tanya Roy seraya memeluk Sova dari belakang. Lelaki itu mencium wangi gourmand dari parfume yang dikenakan gadis itu. “Akang!” sahut Sova kaget. Ia masih belum terbiasa diperlakukan begitu manis oleh Roy. “Biarkan dulu seperti ini!” pinta Roy saat Sova berusaha melepaskan diri. Wangi vanilla yang dipakai Sova sungguh memabukkan dirinya. “Kang!” panggil Sova yang berusaha membiasakan diri dengan perlakuan Roy. “Iya, Sayang!” sahut Roy lirih. “Aku... Sepertinya
Baca selengkapnya

SLTC - 042

Tuk... tuk... tuk...“Hey, ja**ng! Cepat buka!” Sova tersentak tak terima saat Ia dikatai oleh seseorang yang Ia tak tahu siapa, di kantor milik suaminya. Apalagi, Ia yang sedang menunaikan hajat kecilnya, merasa terganggu dan tak nyaman. Namun, Ia tetap berusaha berpikiran positif. “Mbak, jangan bikin pintu toilet ini rusak! Anda salah orang,” sahut Sova terpaksa. Ia khawatir pintu terbuka dengan terpaksa, apalagi dia sedang ada dalam kondisi memalukan. Sova segera menyudahi kegiatannya, kemudian Ia menekan tombol flush. Byurrrr... Terdengar suara siraman air setelah tombol flush itu Sova tekan. “Hey, ja**ng! Buka! Aku enggak salah orang. Kalau enggak, Aku dobrak pintu ini, biar bos tahu betapa bar-barnya cewek kampung kaya lu!” teriak seorang wanita dari balik pintu toilet sebelah luar. Sova baru paham bahwa wanita yang sedari tadi memanggilnya dengan sebutan yang tak mengenakkan itu memang bukan orang yang salah sasaran. “Oh, r
Baca selengkapnya

SLTC - 043

“Kalau kamu enggak mau sakit, maka jangan menghalangi jalan!” ucap Roy seraya masuk ke toilet wanita, tanpa menghiraukan Rania yang wajahnya masih nampak pucat. Tak ada kata apapun yang keluar dari mulut Rania. Ia nampak masih shock karena tetiba muncul Roy dan jajarannya di sana. “Pak Bos. Di kantor ini telah terjadi pembulian. Korban masih terduduk di sana! Kami mau menang... “ “Sayang, kamu enggak apa-apa?” tanya Roy seraya mendekati Sova. Bahkan, di hadapan kedua sekuriti itu, Roy memperlakukan Sova begitu manis dan penuh kekhawatiran. “Menang? Menang apa?” Beni mewakili Roy bertanya kepada dua sekuriti yang nampak sangat terkejut. “Itu... emmhhh... “ salah satu sekuriti yang memiliki kumis baplang, mendadak gagu dan tak mampu menjawab pertanyaan mudah dari Beni. “Ben, laporkan perempuan yang sedang duduk di hadapan kloset ke polisi. Dia sudah menghina dan berusaha memfitnah istri saya.” Mendengar ucapan Roy, wanita yang sedari tadi tak bergerak dari tempatnya, demi memperton
Baca selengkapnya

SLTC - 044

“Minggir, Sari! Minggirkan mobilnya!” titah Sova yang sudah merasa panas di dadanya. “Nyonya, ini di jalan tol,” tolak Sari yang tentu saja tak bisa dibantah lagi oleh Sova. Sova mendengus kesal. Bahkan, Ia pun mengusap kasar wajahnya yang cantik. “Cari tempat makan dulu!” titah Sova pada akhirnya. “Tapi ini masih... ““Aku bilang cari tempat makan. Cari pintu tol terdekat!” titah Sova dengan mata mendelik tajam. Sari yang terbiasa mengintimidasi orang, tak bisa berbuat banyak karena Ia pun tahu jika Sova juga pemegang sabuk hitam di salah satu perguruan. Hanya saja, gadis yang kini duduk di sampingnya ini memiliki kehidupan yang tak seberuntung saat ini. Entahlah, Sari hanya bisa menganggukkan kepala dan menyimpan respek lebih besar kepada Sova. “Baik.” Sari segera memacu gas, demi mempercepat laju kendaraan mewah yang Ia kendarai. Bahkan, Ia mengendarainya cukup ugal-ugalan, melakukan zigzag dan menyalip setiap mobil yang berada lebih depan dari mereka. Sova tak pedul
Baca selengkapnya

SLTC - 045

Sari mengotak-atik ponselnya, tanpa memperhatikan obrolan ketiga orang di dekatnya. “Hey!” Sova menepuk pundak Sari cukup kencang. Sari mencengkeram kerah baju Sova dan membuatnya berada dalam posisi kuncian di Sari. “Apaan ini?” kesal Sova, namun Ia tak mampu berbuat banyak karena sudah berada di dalam kuncian Sari. Sova hanya mengerang dan memukul papan kayu tempat mereka duduk dengan tangan kanannya. “Maaf, Nya. Maaf!” ucap Sari buru-buru melepaskan Sova. Sova hendak memukul Sari karena kesal, namun tangan kanan yang sudah mengepal itu Ia biarkan tergantung di udara, sampai akhirnya Ia pukulkan ke arah angin. Sari yang mengerti bahwa Sova akan membalasnya, masih menutup mata tanpa melawan sedikit pun. Ia sadar bahwa dirinya salah, serta tahu tuan-nya siapa. Saat tak ada pukulan yang mendarat sedikitpun di pipi, kepala atau bagian tubuh manapun, Sari mengintip dengan membuka matanya sedikit. “Nyonya, maafkan saya!” ucap Sari sekali lagi, saat Ia melihat Sova masih me
Baca selengkapnya

SLTC - 046

Mendengar suara kegaduhan dari ruang makan, Roy yang baru keluar dari lift dengan menggunakan baju yang lebih santai, segera bergegas untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. “Ada apa ini?” tanya Roy yang langsung menghentikan segala tanya, saat netranya melihat bu Devi, sang Ibu mertua berada di dapur. “Maafkan Saya, tadi Saya nemuin istri Saya di dekat pasar. Tanpa minta izin dulu, Saya bawa ke sini,” ucap Pak Harun yang langsung menghampiri Roy. Lelaki paruh baya itu terus saja mencuri pandang ke arah Sova yang wajahnya sudah memerah dan bersimbah air mata. Roy mengerti perasaan Sova karena lelaki itu pernah meminta anak buahnya untuk menyelidiki Sova secara keseluruhan, sebelum akhirnya memutuskan untuk menikahinya. “Ayo, Sayang! Kita bicara di dalam dengan kepala dingin.” Roy memapah Sova agar mengikuti langkahnya. Ia tak ingin membuat wanita muda itu bertambah stress. “Bagaimana, apa boleh Saya membawa istri Saya ke sini?” tanya pak Harun lagi ka
Baca selengkapnya

SLTC - 047

“Sova!” lirih suara Roy memanggil nama Sova, dengan suara yang terdengar berat. Bagaimana pun usianya terpaut jauh dari Sova, Ia hanya lelaki biasa yang bisa berhasrat, terlebih dengan gadis yang begitu seksi di hadapannya. “Aku mau pernikahan yang sebenarnya, Kang! Aku ingin dengar dari mulut Akang, kalau Aku bukan hanya dijadikan alat untuk menyelamatkan semua harta Akang. Aku ingin jadi istri, Kang!” ucap Sova sambil tertunduk menahan air matanya agar tak lolos. Melihat Roy yang hanya diam saja di tempatnya, Sova mengira bahwa suaminya itu akan menolak dirinya. Dan yang pasti, Ia hanyalah seorang kacung yang dianggap tak punya hati. Berawal dari pernikahan paksaan, berlanjut dengan Ia yang berusaha ikhlas dan memberikan hati untuk suami, kini harus menelan pil pahit jika suaminya menolak. Harga dirinya sebagai seorang wanita runtuh seketika. Ia merasa menjadi seorang pel**ur yang keinginannya tak penting. “Maaf, Kang. Rupanya anganku terlalu jauh. Kita bisa menikah kontra
Baca selengkapnya

SLTC - 048

“Sova!”Sova yang masih menangis dengan tangan kanan tergantung ke handle pintu walk in closet, sedangkan tangan kirinya Ia biarkan memeluk Kedua lutut yang tak lagi sanggup berdiri, tak langsung menoleh saat Ia mendengar panggilan seseorang. Orang itu baru saja membuka pintu kamar miliknya. Rasanya semua suara terdengar seperti suara Roy. Bisa jadi, suara jangkrik pun akan Ia anggap seperti nyanyian suaminya. “Sayang. Ada apa?” tanya seseorang yang terdengar lebih dekat dan nyata. Akhirnya Sova mengangkat pandangannya. Namun, sebelum Ia melihat sosok yang ada di hadapannya, lelaki itu sudah lebih dulu membawanya ke dalam pelukan. “Sayang, ada apa? Apa kamu menyesal? Maafkan Akang!” ucapnya begitu lirih. “Akang, ini betulan Akang kan? Aku enggak mimpi?” Sova berusaha melepaskan diri dari pelukan Roy. Ia hanya ingin memastikan bahwa Ia dipeluk oleh orang yang benar, orang yang Ia cari sedari terjaga tadi. Roy pun melepaskan pelukannya, mengikuti keinginan Sova. “Iya, ini A
Baca selengkapnya

SLTC - 049

“Entahlah. Mamamu seperti orang linglung. Ayah tak tega membiarkan Mamamu di jalanan dekat pasar lagi makan di tempat sampah,” ucap pak Harun membuat Sova tak mampu mengatupkan mulutnya. Ia kaget mengingat bahwa bu Devi merupakan pemilih untuk makanan. Saat mereka hidup bersama, Sova lah yang menjadi penanggung jawab makanan bu Devi. Makanan enak kan lezat harus selalu tersedia, bagaimana pun caranya. Dan semua itu adalah tugas Sova. Lezat versi keluarga mereka. “Maksudnya? Bu Devi makan makanan dari sampah?” tanya Roy memastikan. “Iya. Bahkan, saat Ayah menghampiri nya, Mamamu tak mengenali Ayah. Maaf kalau Ayah membawanya ke sini, Ayah janji kalau usaha Ayah sudah membuahkan hasil dan Ayah mendapat bagian dari sana, Ayah akan membawa Mamamu pergi dari sini. Maaf, Ayah selalu merepotkan!” ucap pak Harun menunduk. “Dia bukan Mamaku, Yah. Enggak perlu menekankan kata ‘Mamamu' terus pada Sova.” Sova menghembuskan nafas panjang setelah mengatakan hal itu. Setelah siang kemarin da
Baca selengkapnya

SLTC - 050

Roy mengerutkan kening, menerka-nerka siapa orang yang berani mengatai dirinya, terlebih wanita yang terlihat seperti ondel-ondel bagi Roy itu, menyebutnya pria tua dan miskin. Itu artinya, ondel-ondel itu tak mengenali dirinya. “Yulia?” tanya Sova sambil mengerutkan keningnya, persis seperti Roy. Ia mencoba meyakinkan apa yang Ia lihat, khawatir salah. “Sayang, kamu kenal dia?” tanya Roy melirik ke arah Sova. Roy pun mulai menahan tawa karena melihat penampilan wanita itu yang tak berubah, tetap seperti ondel-ondel di mata Roy. “Dia... “ Sova menjeda kalimatnya, kemudian menoleh ke arah wanita itu, “Yulia kan?” tanya Sova berusaha mendapatkan jawaban yang belum Ia dapat. “Haduh, jadi istri kakek tua plus kere aja sombongnya minta ampun!” ketus Yulia sambil menepuk jidatnya sendiri. “Asal kamu tahu ya, perempuan sombong macam kamu yang cuma bisa morotin lelaki tua macam dia, mau dinikahi demi uang lima juta doang, aduh... Capek deh!” ledek Yulia yang me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status